Di mana pun tinggalnya, dikira dekat dengan Puncak
Hal lain yang bikin orang Bogor merasa kesel adalah betapa ceteknya pikiran orang-orang tentang wilayah Kota Hujan ini. Gimana nggak kesel? Hampir tiap kali berkenalan dengan orang baru, selalu saja ada respon begini, “Wah, tinggal di Bogor. Dekat dengan Puncak, dong!”
Mbahmu.
Puncak memang ikonik sekali, namun bukan berarti tinggal di Kota Hujan itu dekat dengan Puncak. Contohnya Kecamatan Dramaga. Meskipun sama-sama terletak di Kabupaten Bogor, bukan berarti jarak antara Kecamatan Dramaga dan Puncak cuma sekedipan mata. Salah itu. Yang benar, jarak keduanya adalah 48 km lebih. See? Nggak bisa dibilang dekat dengan Puncak, dong~
Gunung Putri dikira ada di Puncak
Masih soal Puncak. Selain mengira bahwa semua tempat di Kota Hujan itu dekat dengan puncak, ada salah kaprah lain yang juga membuat orang Bogor kesal. Yaitu, mengira jika kawasan Gunung Putri ada di Puncak. Duh, mentang-mentang namanya mirip-mirip, gunung dan puncak, dua tempat ini dikira berdekatan!
Padahal jarak keduanya saja sekitar 50 km. Gunung Putri bagian dari Kabupaten Bogor Timur, sedangkan kawasan Puncak bagian dari Bogor Selatan. Kalau naik kendaraan bisa satu jam lebih, tuh! Alih-alih dekat dengan Puncak, wilayah Gunung Putri justru lebih dekat dan berbatasan dengan Cibubur serta juga Bekasi.
Bukan hanya jaraknya saja yang berjauhan. Karakteristik kedua tempat tersebut juga bak langit dan bumi. Jika kawasan Puncak dipenuhi perkebunan teh dan juga tempat wisata, di Gunung Putri justru banyak ditemui sejumlah pabrik. Tak heran jika berkunjung ke wilayah Gunung Putri, banyak truk-truk proyek yang melintas.
Minta diajari bahasa Sunda sama orang Bogor, padahal…
Terakhir, hal sederhana yang membuat orang Bogor merasa kesal adalah ketika ada yang minta diajari bahasa sunda.
Di Kota Hujan, kita akan sering menjumpai warga lokalnya berbicara dalam bahasa Sunda. Namun, bukan berarti semua warganya bisa bahasa Sunda. Itu sebabnya jangan coba-coba minta diajari bahasa Sunda, terutama jika kamu tahu kalau orang tersebut jarang atau bahkan tidak pernah kedapatan menggunakan bahasa Sunda. Bisa-bisa harga diri orang tersebut terluka karena merasa gagal jadi orang Bogor.
Itulah 5 hal sederhana yang ternyata bisa membuat orang Bogor merasa kesal. FYI, angkot di sini yang doyan ngetem sampai berjam-jam, termasuk pengamen yang demen banget masuk dalam angkot, sengaja tidak dimasukkan dalam list, ya. Kan judul tulisannya Hal Sederhana yang Bikin Orang Bogor Marah. Memangnya, angkot ngetem dan pengamen yang makin meresahkan itu masuk kategori sederhana?
Penulis: Dyan Arfiana Ayu Puspita
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Membayangkan Apa yang Akan Terjadi Jika di Bogor Tidak Ada Angkot.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















