• Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Login
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Sapa Mantan
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Sapa Mantan
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Hiburan
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Kota Bandung yang Semakin Terasa Asing

Anisah Meidayanti oleh Anisah Meidayanti
15 Januari 2023
A A
Kota Bandung yang Semakin Terasa Asing (Unsplash)

Kota Bandung yang Semakin Terasa Asing (Unsplash)

Share on FacebookShare on Twitter

Saya pernah tinggal di Kota Bandung dalam waktu lama. Setelah pindah, saya hanya sesekali saja berkunjung ke sebuah kota yang kini identik dengan masjid estetik. Terakhir, saya menghabiskan waktu selama tiga hari di sana. Sayang, kota yang dulu nyaman kini terasa sangat asing, pun bikin lelah.

Iya, saya hanya tiga hari saja di Kota Bandung. Namun, fisik dan psikis dengan cepat drop. Saking lelahnya, muncul beberapa jerawat di wajah saya. Salah satu sebabnya adalah kemacetan dan polusi yang dulu tak pernah saya bayangkan bisa terjadi. 

Kenapa begitu? Karena apa yang sudah bagus, saya kira akan dipertahankan. Yah, setidaknya dijaga supaya tidak merepotkan atau membuat sengsara warganya. Tapi, anggapan dan harapan saya salah. Kota Bandung yang sekarang, bagi saya pribadi, bukan surga di Jawa Barat lagi.

Mood yang hancur

Saya sudah membayangkan akan disambut hawa sejuk sesampainya di Kota Bandung. Hawa sejuk, bahkan dingin, yang memaksa saya untuk melipir demi semangkuk cuanki dan segelas bandrek.

Namun, apa daya, begitu keluar dari Stasiun Kiaracondong, mood saya langsung hancur. Kemacetan yang semakin parah menyambut saya. Suara klakson dan bisingnya knalpot saling bersahutan. Macet, polusi udara, dan polusi suara langsung membuat saya kangen kasur di rumah. 

Saya mencoba bertahan dan berpikir positif, meski harus menahan mood yang kadung rusak. Mungin, kemacetan di Kota Bandung disebabkan oleh banyaknya pasar di pinggir jalan. Saya coba memvalidasinya dengan bertanya kepada mamang ojek yang menjemput saya.

Katanya, bukan hanya pasar di pinggir jalan yang bikin macet. Penambahan kendaraan, jalanan yang terasa makin sempit, pembangunan tidak tepat, hingga lamanya lampu merah menjadi penyebab. Kompleks sekali.

Kemacetan yang saya rekam

Hampir setiap kota besar mempunyai titik kemacetan. Misalnya Jalan Gejayan dan Jalan Godean kalau di Yogyakarta. Namun, jalan-jalan kecil di beberapa tempat masih bisa dilalui dengan nyaman, meski agak padat. Setidaknya lancar.

Berbeda dengan Kota Bandung, di mana kemacetan tidak hanya terjadi di jalan besar. Kemacetan sudah terjadi di akses jalan menuju perumahan. Misalnya daerah Ujung Berung menuju Arcamanik. Jalanan yang mungkin hanya cukup untuk dua mobil Xenia berjejer itu rata-rata dua arah.

Jadi, bisa kami bayangkan kemacetan di sana. Selain mobil, masih ada motor, truk, dan bus dari arah Gedebage maupun  Cileunyi. Gambaran jalan yang sempit dan sumpek karena padatnya kendaraan ini terbukti dengan ramainya pembicaraan jalan menuju masjid Al-Jabbar beberapa waktu lalu. 

Padatnya kendaraan pribadi menjadi salah satu penyebabnya. Apalagi, penduduk di wilayah aglomerasi Bandung Raya seperti Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, dan Kabupaten Sumedang banyak beraktivitas di sini. Membuat Kota Bandung semakin padat dan ruwet. Belum lagi masalah transportasi umum dan penataan kotanya. Duh, riweuh!

Kemacetan tak mengenal waktu

Kemacetan di Kota Bandung juga tak mengenal waktu. Jangan pikir macet hanya ada saat pagi dan sore. Suatu kali, saya memilih untuk berangkat keluar rumah saat siang hari di daerah yang bukan pusat kota. Pertimbangan saya, jam berangkat sekolah dan kerja sudah berakhir. 

Saat membuka Google Maps, hampir setiap jalan yang akan saya lalui nantinya berwarna merah menyala. Semangat untuk beraktivitas di luar perlahan menurun.

Apakah naik transportasi umum jadi solusi? Oh tentu tidak selalu. Kebanyakan jarak daerah perkampungan dan perumahan dengan jalan utama sangat jauh. Halte juga terpantau jauh dari kawasan perkampungan. Menunggu kedatangan bus pun sangatlah lama. Iya kalau haltenya layak. Kebanyakan kotor, sepi, hingga tak ada tempat duduknya.

Pusing jadi warga Bandung

Beberapa minggu yang lalu, teman saya yang asli Kota Bandung curhat. Dia bilang bahwa saat ini menjadi warga Bandung itu pusing. Bahkan katanya sampai stres.

“Jadi warga atau tinggal di Bandung tuh stres akhir-akhir ini. Mau healing itu males banget karena capek di jalan. Keluar rumah itu kalau nggak cari makan di depan gang, ya cuma berangkat dan pulang kerja.”

Setelah menyaksikan pemandangan macet di Kiaracondong, saya sependapat dengan teman saya itu. Kota Bandung yang sekarang tidak lagi cocok disandingkan dengan kata “estetik”, “sejuk”, “aman”, dan “cocok untuk plesiran”.

Menurut saya, kota ini sudah kehilangan jati diri. Mulai bingung mau memperbaiki dari mana. Mungkin mau memperbaiki akhlak dulu dengan membangun masjid estetik. Siapa tahu, memang akhlak dulu yang mau diperbaiki, alih-alih membangun transportasi publik yang mumpuni atau menangani begal dan gangster yang ramai akhir-akhir ini.

Entahlah.

Penulis: Anisah Meidayanti

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Sisi Gelap Kota Bandung yang Sudah Jadi Rahasia Umum

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 15 Januari 2023 oleh

Tags: BandunggedebageJawa Baratkiaracondongkota bandungRidwan Kamil

Ikuti untuk mendapatkan artikel terbaru dari Terminal Mojok

Unsubscribe

Anisah Meidayanti

Anisah Meidayanti

Sering dianggap perempuan setengah lelaki. Mari bersama menikmati nasi bebek goreng saat malam hari.

ArtikelTerkait

Es Cendol Elizabeth, Minuman Legendaris dari Bandung yang Cocok Jadi Hidangan Buka Puasa

Es Cendol Elizabeth, Minuman Legendaris dari Bandung yang Cocok Jadi Hidangan Buka Puasa

25 Maret 2023
Colenak Murdi Putra: Camilan Legendaris dari Bandung yang Jadi Jamuan Istimewa KAA 1955

Colenak Murdi Putra: Camilan Legendaris dari Bandung yang Jadi Hidangan Istimewa KAA 1955

19 Maret 2023
5 Hal tentang Masjid Raya Al-Jabbar yang Jarang Orang Ketahui ridwan kamil

Ridwan Kamil Lebih Siap Jadi Artis ketimbang Presiden

18 Maret 2023
Naik Jembatan Penyeberangan di Kota Bandung: Alih-alih Aman, Malah Bisa Celaka

Naik Jembatan Penyeberangan di Kota Bandung: Alih-alih Aman, Malah Bisa Celaka

16 Maret 2023
Jangan Pernah Kritik Ridwan Kamil, jika Nggak Siap dengan Konsekuensinya

Jangan Pernah Kritik Ridwan Kamil, jika Nggak Siap dengan Konsekuensinya

16 Maret 2023
Aib Kota Karawang Titik Nadir Pertanian di Kota Lumbung Padi (Unsplash)

Aib Kota Karawang: Titik Nadir Pertanian di Kota Lumbung Padi

16 Maret 2023
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Bongkar Rancangan Perda Khusus DKI Jakarta Soal Wacana Jalan Berbayar

Bongkar Rancangan Perda Khusus DKI Jakarta Soal Wacana Jalan Berbayar

Figur Publik Juga Manusia, Apa Salahnya Melindungi Privasi Keluarga?

Figur Publik Juga Manusia, Apa Salahnya Melindungi Privasi Keluarga?

Tiba-tiba Basi: Misteri Warung Makan yang Sering Dikaitkan dengan Mistis

Tiba-tiba Basi: Misteri Warung Makan yang Sering Dikaitkan dengan Mistis

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

Derita Pemilik Honda CS1, Mulai dari Biaya Servisnya Mahal Sampai Disinisin Montir di Bengkel
Otomotif

Derita Pemilik Honda CS1, dari Biaya Servis yang Mahal Sampai Disinisin Montir di Bengkel

oleh Rachmat Satya Nurhidayat
25 Maret 2023

Bawa motor Honda CS1 ke bengkel malah dicuekin dan disinisin montir. Kata mereka bongkar motornya susah!

Baca selengkapnya
Surat Cinta untuk Walikota: Pak, Malang Macet, Jangan Urus MiChat Saja!

Mati Tua di Jalanan Kota Malang

28 Maret 2023
Pengalaman Saya Naik ATR 72, Pesawat Baling-baling yang Katanya Berbahaya

Pengalaman Saya Naik ATR 72, Pesawat Baling-baling yang Katanya Berbahaya

23 Maret 2023
Pantes Nissan Evalia Nggak Laku di Indonesia, Desainnya Aneh!

Pantes Nissan Evalia Nggak Laku di Indonesia, Desainnya Aneh!

28 Maret 2023
3 Dosa Tempat Kursus Bahasa Inggris di Kampung Inggris Pare yang Bikin Kecewa

3 Dosa Tempat Kursus Bahasa Inggris di Kampung Inggris Pare yang Bikin Kecewa

20 Maret 2023

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=_zeY2N8MAE4

Subscribe Newsletter

* indicates required

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
DMCA.com Protection Status

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Login
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
    • Sapa Mantan
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Halo, Gaes!

atau

Masuk ke akunmu di bawah ini

Lupa Password?

Lupa Password

Silakan masukkan nama pengguna atau alamat email Anda untuk mengatur ulang kata sandi Anda.

Masuk!