Saat bicara film anime keluarga, nama Studio Ghibli mungkin bakal terlintas di pikiran banyak orang. Memang studio yang didirikan sutradara Hayao Miyazaki dan Isao Takahata ini sudah dikenal oleh khalayak luas. Bahkan orang yang jarang nonton anime atau skeptis pada medium ini, minimal sudah pernah menonton satu film dari studio tersebut.
Akan tetapi film anime keluarga bukan cuma diproduksi Studio Ghibli. Masih banyak film anime keluarga antimainstream lainnya yang layak mendapatkan perhatian. Saya punya beberapa rekomendasi film anime keluarga yang bisa dinikmati tak hanya penonton anak-anak, namun juga pentonton dewasa.
#1 Children Who Chase Lost Voice (13+)
Setelah kehilangan ayahnya, seorang siswi SD, Asuna Watase, harus mengurus dirinya sendiri saat ibunya bekerja. Di sela-sela kesibukannya, Asuna menghabiskan waktunya bermain di gunung untuk mendengarkan siaran radio misterius. Saat akan mendengarkan siaran tersebut, Asuna bertemu dengan seorang anak laki-laki bernama Shun. Pertemuannya dengan Shun membawa dirinya ke negeri fantasi bernama Agartha, di mana semua keinginan dapat terwujud, termasuk mengembalikan orang yang telah pergi dari dunia ini.
Walaupun tidak setenar filmnya yang lain, Children Who Chase Lost Voice adalah karya panjang pertama dari Makoto Shinkai. Tidak seperti film Shinkai lainnya, film ini mengeksplorasi tema seputar kematian dan apa artinya bagi mereka yang masih hidup. Namun, penggunaan sudut pandang anak-anak dalam melihat tema tersebut membuat tema ini cukup mudah dimengerti anak-anak. Di saat bersamaan, eksplorasi bagaimana setiap orang memiliki reaksi berbeda menghadapi kematian dari orang terdekat membuat cerita ini juga lebih gampang relate dengan penonton lebih tua.
Dengan desain karakter unik dari sutradara animasi Takayo Nishimura dan penggambaran fantastis dari pemandangan Agartha oleh sutradara seni Takumi Sanji, nuansa fantasi dalam film ini bisa dibilang lebih kental dibanding film Shinkai lainnya. Kedua nama di atas juga bakal banyak hadir di film Shinkai selanjutnya seperti 5 Centimeters per Second hingga Weathering with You. Jadi, buat kalian penggemar berat Shinkai, film anime satu ini layak ditonton bareng keluarga.
#2 A Letter to Momo (Semua Umur)
Saat ayahnya tiba-tiba meninggal dalam sebuah kecelakaan, Momo terpaksa harus berpindah tempat tinggal bersama ibunya. Masih tidak bisa menerima kepergian tiba-tiba sang ayah, Momo yang merasa tidak bisa berbaur dengan lingkungan barunya mulai merasakan rangkaian peristiwa aneh. Hingga akhirnya dia tersadar bahwa dirinya diikuti oleh 3 roh misterius. Namun, roh yang mengikutinya bukan sembarang roh, melainkan roh pelindung yang bertugas menjaga Momo dan ibunya. Dimulailah petualangan aneh Momo dan ke-3 roh pelindung misterius tersebut.
Di kalangan komunitas sakuga, nama Hiroyuki Okiura dikenal sebagai animator legendaris yang terkenal akan realisme dari adegannya. Hal sama bakal kalian temukan pada film kedua dari Okiura ini. Dari gerakan tubuh manusia hingga akting karakter, semua adegan di film ini tersaji dengan realisme yang jarang ditemukan di banyak film anime lainnya. Desain karakter dari Masashi Ando dan animasi dari Toshiyuki Inoue juga memberikan kesan bahwa setiap gerakan dan raut wajah dari karakter terasa serealistis mungkin. Anime ini juga cocok ditonton bersama anggota keluarga yang mungkin rada kurang sreg dengan desain karakter kebanyakan anime mainstream.
Di lain sisi, plot film ini bisa dibilang disajikan dengan cara sederhana, tetapi dengan pesan yang tetap mengena. Pergulatan Momo berusaha menerima kepergian ayahnya dan terus melanjutkan hidup, menurut saya merupakan pesan moral bagus untuk ditonton anak-anak. Jika ingin film keluarga dengan tema sedikit lebih berat tetapi tetap bisa ditonton anak-anak, kalian harus tonton A Letter to Momo.
#3 The Boy and The Beast (13+)
Di dunia ini, ada dua sisi yang selalu hidup berdampingan tetapi tidak bercampur satu sama lain. Di Shibuya, seorang anak kecil hidup di jalanan setelah kabur dari rumah setelah ibunya meninggal. Di Juutengai, seorang monster penyendiri bernama Kumatetsu berusaha memenangkan turnamen demi mendapat gelar master selanjutnya. Apa yang terjadi saat Kumatetsu menerima anak tersebut sebagai muridnya dan mulai tinggal bersama-sama?
Jika harus merangkum semua film Mamoru Hosoda dalam satu kata, mungkin keluarga adalah pilihan paling tepat. Dari cerita seorang ibu mengurus 3 anak serigala, satu keluarga besar melawan program komputer lepas kendali, hingga seorang kakak adik bertualang melewati waktu, hampir semua film Hosoda berkutat pada tema keluarga. Jadi pasti ada yang kurang kalau menyarankan film anime keluarga tanpa menyebut satu pun film Hosoda.
Dalam The Boy and the Beast, Hosoda mengambil fokus lebih spesifik tentang bagaimana keluarga tidak selalu dibentuk oleh ikatan darah, tetapi oleh ikatan emosional. Film ini juga menarik ditonton oleh orang tua lantaran pergulatan menjadi keluarga digambarkan bukan hanya dari sisi anak-anak, melainkan juga dari sisi orang tua. Maka dari itu, cara paling afdal menonton The Boy and the Beast ya bersama-sama dengan keluarga.
#4 Lu Over the Wall (Semua Umur)
Seorang siswa SMP, Kai, menemukan dirinya kesulitan berbaur dengan lingkungan barunya di Pulau Hinashi sejak ikut ayahnya pindah. Lewat musik, dia menemukan tempat untuk melarikan diri. Saat teman sekelasnya, Yuho dan Kunio, mengundang dirinya bergabung dalam band mereka, Kai dengan berat hati ikut dalam latihan band tersebut. Namun, musik sepertinya dapat menyatukan semua orang, bahkan mereka yang berasal dari bawah laut.
Film Lu Over the Wall adalah upaya pertama sutradara Masaaki Yuasa dalam membuat film anime keluarga. Jika pernah menonton anime Yuasa lainnya, kata eksperimental mungkin yang pertama terlintas. Maklum, sang sutradara selalu memiliki artstyle yang sering kali berlawanan dengan pakem kebanyakan anime.
Lu Over the Wall dalam hal ini berusaha memberikan anime dengan gaya familier, tetapi tetap tak melupakan semua aspek yang menjadi ciri khas dirinya. Keberadaan animator yang terkenal akan gaya ekspresionistiknya seperti Shinya Ohira dan Shinji Hashimoto, juga membuat banyak adegan animasi di film ini terasa sangat ekspresif. Kalau kalian mau film anime yang penuh warna untuk ditonton bersama anak-anak, Lu Over the Wall adalah jawabannya.
#5 Liz and the Blue Bird (13+)
Di sebuah negeri dongeng, hidup seorang gadis kesepian bernama Liz. Semuanya berubah saat seorang gadis misterius datang dan mulai tinggal bersama-sama Liz. Keduanya berjanji untuk hidup bersama sampai selama-lamanya. Sementara itu di dunia nyata, Mizore dan Nozomi adalah dua anggota klub musik SMA dengan kepribadian berbeda. Mizore pendiam dan penyendiri, sedangkan Nozomi periang dan supel. Di dalam perbedaan tersebut, mereka menjalin hubungan pertemanan. Namun seiring dengan kelulusan yang tepat berada di depan mata, keduanya menyadari bahwa tidak ada namanya bersama sampai selama-lamanya.
Sutradara Naoko Yamada tentunya sudah tidak asing lagi dalam menangani cerita-cerita kehidupan sehari-hari. Namun, berkat fokusnya kepada detail adegan dan bahasa tubuh karakter, eksekusi dari setiap anime Yamada selalu terasa berbeda dari yang lain. Liz and the Blue Bird adalah satu lagi karya dari sang sutradara, yang menunjukkan talentanya dalam melakukan eksekusi terhadap premis paling sederhana sekalipun.
Yamada bekerja kembali bersama komposer Kensuke Ushio dan penulis skenario Reiko Yoshida dari film A Silent Voice untuk menggambarkan kisah pertemanan 2 siswi SMA ini dengan cara paling halus. Di mana cerita disampaikan tidak melalu dialog panjang, tetapi melalu cara berjalan seseorang, gerakan tangan saat duduk, hingga penggunaan soundtrack untuk mendikte ritme dari suatu adegan. Liz and the Blue Bird cocok ditonton bersama anggota keluarga untuk menunjukkan ada sesuatu yang lebih di anime dari sekadar adegan pertarungan dan komedi nan bombastis.
Tentunya ada lebih banyak lagi film anime keluarga di luar Studio Ghibli yang layak ditonton. Mudah-mudahan rekomendasi judul film anime di atas bisa jadi awal mula bagi siapa pun yang ingin mengeksplorasi anime secara lebih luas. Selamat nonton!
Penulis: Raynal Payuk
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 5 Anime Jepang 18+ yang Bakal Bikin Kamu Geregetan.