Sejak dimulainya Marvel Cinematic Universe pada 2008, DC Extended Universe pada 2013, dan Monsterverse yang dimulai pada 2014, banyak orang yang menyebut bahwa konsep menggabungkan sejumlah judul film pada satu semesta yang sama adalah sebuah inovasi besar dalam industri hiburan global.
Tidak saja menggabungkan sejumlah tokoh tersebut dalam satu semesta yang sama, semesta tersebut juga terdiri dari sejumlah semesta lainnya dengan sebutan multiverse. Inovatif banget sih mereka ini. Disebut inovasi, sebetulnya nggak juga. Jauh sebelum hal tersebut terjadi, konsep gabungan beberapa judul komik pada satu sharing universe yang sama dan konsep multiverse sudah diperkenalkan pada komik-komik Marvel dan DC puluhan tahun yang lalu.
“Tapi kan konsep sharing universe terbukti baru terealisasi pada 2008. Konsep multiverse juga baru populer setelah adanya film Spiderman: No Way Home pada 2021!”
Sebetulnya, adaptasi sharing universe maupun multiverse sudah ada sejak saya kecil, yang dimulai pada 90-an. Berikut ini sejumlah series yang memiliki konsep cinematic universe maupun multiverse yang menarik untuk kamu tonton.
#1 Hercules dan Xena
Pada era 90-an, ada dua series kolosal yang sangat digemari, jauh sebelum Game of Thrones atau The Witcher. Series tersebut adalah Hercules: The Legendary Journeys dan Xena: Warrior Princess. Keduanya sama-sama mulai tayang pada 1995. Dua series tersebut sangat digemari pada zamannya. Series Hercules dibuat berdasarkan mitos Dewa-Dewi Yunani. Sedangkan series Xena merupakan gabungan mitos Dewa-Dewi Yunani yang dibumbui cerita fiksi dari tokoh sejarah beneran seperti Julius Caesar. Seingat saya, dulu Hercules tayang di RCTI, sedangkan Xena tayang di SCTV.
Mulanya, dua series ini berdiri masing-masing tanpa adanya keterikatan sama sekali. Sampai pada suatu episode di mana Xena muncul pada series Hercules. Sebaliknya, Hercules juga muncul pada series Xena. Dua tokoh fiksi ini kemudian bekerja sama untuk membasmi penjahat dalam series tersebut. Waktu mereka berdua muncul bersamaan, ini bikin semua anak 90-an senangnya bukan main. Pasalnya, dua tokoh favorit mereka bisa dalam satu universe yang sama.
Jadi, jauh sebelum adanya Marvel Cinematic Universe, series Hercules dan Xena sudah lebih dulu mengusung konsep sharing universe. Saya berharap dua series ini bisa di-remake dengan teknologi zaman sekarang layaknya Game of Thrones atau The Withcer karena ceritanya udah bagus banget!
#2 Fujiko Fujio Unverse
Siapa yang tidak mengenal Fujiko Fujio? Kalau nggak kenal, kebangetan banget! Minimal, kalian pasti pernah mendengar namanya. Fujiko Fujio merupakan nama pena dari Fujimoto Hiroshi dan Abiko Motoo sebelum akhirnya berpisah dengan nama masing-masing, yakni Fujiko F. Fujio dan Fujiko A. Fujio. Sebagai individu maupun ketika sedang berduet, karya mereka telah abadi sebagai tokoh ikonik dari Jepang seperti Doraemon, Ninja Hattori, P-Man, 21 Emon, hingga Mojacko.
Bagi yang sering baca manga dan nonton anime dari tokoh-tokoh yang saya sebutkan di atas, kalian pasti sering melihat cameo Ninja Hattori atau P-Man yang muncul pada semesta Doraemon kan? Kalian juga pasti sering lihat cameo tokoh dalam semesta Doraemon pada semesta Ninja Hattori. Bahkan P-Man pernah muncul dalam manga dan anime Doraemon ketika Nobita tidak sengaja berbuat onar dengan memakai alat Doraemon yang memaksa siapa pun yang terbang udara untuk mendarat di tanah, termasuk P-Man yang lagi patroli.
Jadi, tokoh-tokoh tersebut sebetulnya berada pada satu universe yang sama. Bahkan wajahnya pun mirip-mirip karena merupakan karya dari dua orang yang sama. Sayangnya, tokoh-tokoh tersebut tidak banyak muncul dalam satu frame yang sama untuk sama-sama berpetualang. Kalau dibuat dalam satu sharing universe seperti Marvel atau DC, pasti bakal rame!
#3 Forever Red Power Rangers
Bukan saja penggemar Spiderman yang dimanjakan dengan kehadiran tiga orang Peter Parker dalam film Spiderman: No Way Home. Penggemar Power Rangers pun pernah dimanjakan dalam salah satu episode Power Rangers Wild Force dengan menghadirkan seluruh Ranger Merah mulai dari series Mighty Morphin Power Rangers sampai series Power Rangers Wild Force.
Cerita ini bermula ketika Andros, Ranger Merah dari series Power Rangers In Space menghubungi seluruh Ranger Merah yang ada di dunia ketika ia kewalahan menghadapi musuh-musuhnya. Hasilnya? Seluruh Ranger Merah hadir dalam satu episode yang sama!
Ranger Merah legendaris mulai dari Jason dan Adam dari Mighty Morphin Power Rangers, Tommy Oliver dari Power Rangers: Zeo, T.J. Johnson dari Power Rangers: Turbo, Leo Corbett dari series Power Rangers Lost Galaxy, Carten Grayson dari Power Rangers Lightspeed Rescue, Wesley Collins dan Eric Myers dari Power Rangers Wild Force hadir untuk sama-sama membasmi kejahatan. Tidak hanya itu, tokoh legendaris lainnya seperti Alpha 7 serta Bulk dan Skull juga hadir! Ini baru namanya multiverse of maddness, MyLove!
#4 Mutivision Plus Universe
Yang terakhir adalah sharing universe dari tanah air. Jadi pada 2000-an, serial-serial seperti Jin dan Jun, Tuyul dan Mbak Yul, Jinny oh Jinny, sampai Hari Potret itu pernah muncul di serial-serial yang berbeda layaknya para tokoh Marvel atau DC yang muncul pada film yang berbeda-beda, lho!
Dalam salah satu episode Jin dan Jun, Ucil dari serial Tuyul dan Mbak Yul pernah muncul dalam kamar Jun. Bagus dalam serial Jonny oh Jinny pun pernah menyebut tokoh dan peristiwa dalam serial Jin dan Jun dalam salah satu episodenya. Hari Potret pun pernah muncul dalam salah satu episode Jin dan Jun.
Jadi, semua peristiwa yang kita tonton pada serial Jin dan Jun, Tuyul dan Mbak Yul, Jinny oh Jinny, sampai Hari Potret berada pada satu semesta yang sama. Satu sharing universe layaknya Marvel Cinematic Universe, lho! Sayangnya, ini tidak dilanjutkan. Kalau ini di-remake jadi cinematic universe versi Indonesia, saya jamin bakalan rame. Dengan catatan: asalkan universe ini dikemas dengan apik.
Itulah empat series yang punya konsep cinematic universe dan konsep multiverse yang melampaui zamannya. Keempatnya worth it banget untuk ditonton untuk mengisi kegabutan kamu. Yakin. Percaya, deh sama saya.
Penulis: Raden Muhammad Wisnu
Editor: Audian Laili