Saya bukan maniak rawon Surabaya. Ketika diajak makan ya ayok. Tetapi kalau diminta mengkhususkan diri mencari rawon? Saya lebih baik mencari makanan lainnya yang secara tampilan mirip. Entah tongseng, atau soto.
Akan tetapi bukan berarti saya nggak menikmati makanan yang kuahnya ada kluweknya itu, ya. Ketika berada di Jakarta, rawon aadalah makanan yang jadi pilihan terakhir. Pasalnya rawon di sana semi oplosan gitu. Kuahnya nggak seperti rawon Surabaya umumnya, tetapi lebih kepada rasa kaldu lodeh atau soto. Aneh? Ya begitulah.
Ketika pindah di Surabaya, rawon jadi makanan yang nggak sulit amat saya jangkau. Saya pun direkomendasikan seorang kawan beberapa warung rawon yang sudah legendaris. Dan rasanya memang enak. Tetapi di sisi lain, meski berada di Surabaya, keberadaan rawon yang nggak autentik karena penjualnya red flag pun tak jarang ditemukan.
Pengalaman mengecewakan makan rawon di Surabaya
Suatu hari, saya bersama seorang kawan secara acak memasuki warung rawon di area Surabaya bagian selatan. Sebetulnya bukan murni warung rawon. Soalnya di dalamnya terdapat menu makanan lainnya.
Ketika rawon disuguhkan, kami mencicipinya. Di sela-sela menikmati rawon itu, teman saya nyeletuk, “Iki rawone KW, Cuk!”
“Eh, iya, sih, kuahe koyok aneh rasane. Agak ono pait-paite,” saya menimpali.
Dari situ teman saya menjelaskan kalau di Surabaya memang ada beberapa warung rawon red flag. Dia pun menguraikannya satu per satu.
#1 Rawon Surabaya yang menggunakan kluwek murahan atau masih agak mentah
Rawon Surabaya yang sebaiknya dihindari pembeli adalah rawon yang menggunakan kluwek murahan atau yang masih agak mentah. Perlu diketahui, kluwek adalah aktor utama dari rawon yang berasal dari biji buah Pangium edule. Jadi, kalau nggak ada kluweknya bukan rawon namanya.
Tetapi kalau salah olah kluwek, rasa rawon pun berubah. Biji ini ketika masih mentah mengandung senyawa beracun alami (hidrogen sianida). Jadi wajib diproses secara khusus sebelum aman dikonsumsi.
Proses membuat kluwek supaya aman ini biasanya direndam dan dikupas dulu kulitnya. Setelah itu kluwek difermentasi atau didiamkan beberapa hari untuk menghilangkan racun. Kemudian kluwek dicuci kembali setelah difermentasi dan dikeringkan lagi.
Nah, banyak pedagang rawon Surabaya nakal yang menggunakan kluwek cacat, sisa, atau gagal fermentasi karena harganya yang jauh lebih murah. Supaya lebih hemat, ada juga yang mencampur kluwek bagus dengan kluwek abal-abal. Akibatnya kuah rawon jadi nggak karuan.
Ciri rawon dengan kluwek oplosan ini biasanya memiliki rasa agak pahit dengan aroma asam yang agak menusuk. Warna kuah rawonnya pun agak abu-abu, nggak hitam kecokelatan. Dan yang paling terasa adalah aftertaste yang bikin lidah nggak nyaman. Nggak ada rasa gurih-gurihnya. Terkesan nggak jelas.
Di sisi lain, rawon Surabaya dengan kluwek bagus akan menghasilkan rasa sedap. Rasanya gurih, sedikit manis, dan aroma tajam yang khas.
#2 Rawon dengan kuah sulapan
Selanjutnya, banyak warung yang menjual rawon dengan kuah sulapan. Kalau sebelumnya pakai kluwek banyak tapi oplosan, khusus yang ini menggunakan kluwek minimalis dicampur kecap dan bumbu instan. Nah, rawon seperti ini membuat cita rasa rawon terasa hambar. Atau paling banter yang terasa asinnya saja.
Rawon dengan kuah sulapan ini nggak punya kedalaman rasa dan aroma yang menggugah selera. Padahal rawon asli Surabaya biasanya punya rasa kuat, gurih, dan agak sedikit manis.
#3 Rawon dengan porsi tanggung
Selanjutnya, rawon Surabaya yang sebaiknya dihindari pembeli adalah rawon dengan porsi tanggung. Ya Allah, ini paling menyebalkan.
Biasanya ini terjadi di warung yang menyuguhkan seporsi rawon dan nasi dalam satu mangkok. Nah, tak jarang, model suguhan seperti ini lebih banyak nasinya ketimbang rawonnya. Daging rawon hanya sedikit atau kayak topping doang.
Di sisi lain, ada juga yang menyajikan nasi dan rawon terpisah. Tetapi isian dagingnya tetap sedikit. Malah lebih banyak kuahnya.
Kalau harganya miring sih nggak apa-apa, ya. Pembeli juga maklum. Masalahnya, harga rawon dengan porsi tanggung ini mencapai angka Rp30 ribu per porsi. Kan jancuk!
#4 Rawon Surabaya yang harganya nggak transparan
Terakhir, rawon Surabaya yang perlu dihindari pembeli adalah rawon yang harganya nggak transparan. Maksudnya, banyak pedagang yang nggak mencantumkan harga jelas di daftar menu. Akibatnya, ketika pembeli akan bayar, pembeli dikejutkan dengan harganya.
Saya korbannya. Masih dalam konteks rawon yang saya nikmati bersama teman saya tadi. Waktu itu kami duduk di luar warung. Saat mau bayar, teman saya bilang, “Kita bayar sendiri-sendiri aja. Aku mau tahu harga rawonmu sama aku beda atau nggak.”
Benar saja. Saat membayar, teman saya kena harga Rp17 ribu, sementara saya harus bayar Rp23 ribu. Selisih Rp5 ribu, Gaes.
Tahu kenapa bisa beda gitu? Karena wajah dan logat saya yang nggak Jawa Timuran. Saya pun dikira turis dari luar daerah, makanya dikasih “harga spesial”. Wooo, jancuk! Situasi apes seperti itu bisa dialami siapa pun ketika nggak berhati-hati memilih warung rawon.
Tips terhindar dari warung rawon Surabaya red flag
Teman saya pun memberi beberapa tips supaya terhindar dari para pedagang rawon red flag. Ini dia tipsnya:
Pertama, pilih warung rawon Surabaya yang sudah legendaris dan dikenal banyak orang. Apa saja? Coba cari di TikTok, banyak rekomendasinya.
Kedua, nggak perlu malu bertanya harga seporsi rawon sebelum memesan. Ini prinsip penting supaya setelah makan hawanya nggak misuh-misuh.
Ketiga, sebelum membeli, coba intip rawon dari pembeli lain yang ada di sana. Perhatikan warna dan aroma kuahnya, apakah sesuai dengan kuah rawon Surabaya pada umumnya atau nggak.
Keempat, ajak teman yang asli Jawa Timuran untuk jadi guide saat makan rawon. Ini cukup membantu agar kamu terhindar dari kekecewaan.
Kalau kamu pencinta rawon Surabaya, hal-hal di atas perlu kamu perhatikan, ya. Semoga kamu nggak menjadi korban para pedagang rawon yang nakal.
Penulis: Muhamad Iqbal Haqiqi
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 3 Dosa Pedagang Rawon di Surabaya yang Mengecewakan dan Merugikan Wisatawan.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















