Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kuliner

4 Perbedaan Mencolok Angkringan di Pekalongan, Jogja, dan Solo

Deddy Perdana Bakti oleh Deddy Perdana Bakti
26 Agustus 2022
A A
4 Perbedaan Mencolok Angkringan di Pekalongan, Jogja, dan Solo

4 Perbedaan Mencolok Angkringan di Pekalongan, Jogja, dan Solo (Saiful Al Ali Anwar via Unsplash)

Share on FacebookShare on Twitter

Mendengar kata angkringan, hal yang terbesit secara langsung pastilah tentang hidangan sederhana namun istimewa, tempat yang enak untuk bercengkrama, atau penjaga warung yang ramah menyapa dan bersenda gurau dengan pelanggannya.

Tapi tampaknya “keindahan” tadi hanya berlaku di wilayah pecahan kerajaan Mataram Islam saja, yaitu Solo dan Jogja, yang selanjutnya akan saya sebut sebagai daerah Mataraman. Sementara di daerah Pantura, utamanya tempat asal saya, Pekalongan, hal-hal tersebut belum saya rasakan. Entah saya belum belum tahu kalau angkringan di daerah Pantura lainnya bagaimana.

Sebagai orang yang lahir di Sukoharjo, besar di Pekalongan, pernah kerja di Jogja, dan sekarang kerja di daerah pusat kota Solo, sulit rasanya untuk tidak membandingkan perbedaan angkringan antara dua daerah yang berbeda karakteristik sosial dan budayanya ini. Bahkan sudah seperti kegelisahan pribadi saja setiap melihat tenda-tenda angkringan di Pekalongan.

Bagi kamu yang pernah hidup di Solo atau Jogja dan menjadikan angkringan sebagai oase di tengah kelaparan atau sekadar mencari tempat tongkrongan, sebaiknya jangan kaget ketika menemui perbedaan ini pada angkringan di Pekalongan.

#1 Nasi bungkus

Makanan utama angkringan tentu adalah nasi bungkus dengan sisipan lauk-pauknya. Kalau di daerah Solo, yang terkenal adalah sego kucing. Tidak hanya itu, ada nasi oseng, nasi telur, nasi teri, bahkan nasi belut. Lengkap sudah, bisa pilih tergantung selera. Kalau kurang, bisa tambah dengan lauk laik seperti gorengan atau sundukan yang juga lengkap.

Berbeda dengan nasi angkringan yang disajikan di Pekalongan. Pengalaman saya, tidak banyak angkringan di Pekalongan yang menjual nasi selengkap itu. Kebanyakan, menu utama yang disediakan hanya nasi teri, nasi oseng, atau malah nasi sambal saja.

Sebenarnya kalau pilihan nasi tidak saya masalahkan, solusinya tinggal ambil lauk pauk yang lain saja. Cuma yang pernah membuat saya sedikit menggerutu adalah ketika saya pernah mampir ke angkringan di Pekalongan dan warung tersebut tidak menjual nasi bungkus. Cuma jual gorengan, sate/sundukan, dan berbagai minuman saja. Lho ya ra mashok.

Tentunya hal tadi menjadi salah satu rapor merah bagi dunia angkringan di Kota Batik.

Baca Juga:

4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka

#2 Sate/sundukan

Kita tidak bisa meremehkan perkara sundukan atau sate di angkringan. Sebab, itulah salah satu daya tarik utama di angkringan. Sundukanmu sepi, pelanggan prei.

Nah, sepertinya hal ini pun diamini juga oleh pemilik angkringan di Pekalongan. Namun, bedanya, jika sundukan angkringan Jogja dan Solo itu masih berpegang dengan pakem biasanya (sate keong, usus, puyuh, dsb), kalau Pekalongan, mereka pakainya suki-suki. Itu lho, jajanan sundukan seperti sosis, tempura, fishball, otak-otak, nugget ayam, dkk.

Angkringan Pekalongan memang lebih kekinian, tapi kok, nggak kayak angkringan ya? Vibes-nya agak aneh gitu.

#3 Pedagang

Jadi gini, menurut saya, salah satu faktor yang membuat angkringan nyaman adalah keramahan pedagangnya. Hal itu seperti kewajaran ketika kamu jajan di angkringan daerah Mataraman. Bahkan, para penjual ini bisa saja menjadi teman curhat atau teman guyon pelanggannya di kala suntuk. Meski ada beberapa pengecualian, seperti bakul angkringan pagob yang ternyata malah pertanda angkringan tersebut enak.

Apa yang bikin pemilik angkringan Mataraman sifatnya begitu? Menurut saya, terletak pada umurnya. Di daerah Mataraman, penjual angkringan biasanya sudah paruh baya. Lebih mengayomi dan bisa diajak ngobrol menyesuaikan situasi dan kondisi. Ya sudah makan banyak asam garam kehidupan, kan.

Nah, ini berbeda banget dengan Pekalongan. Kebanyakan penjual angkringan adalah para anak muda yang mencoba peruntungan dengan membuka lapak yang menghadirkan romantika ala-ala Jogja. Ada yang ramah, namun ada juga yang penting melayani pelanggan saja. Sebetulnya tidak salah walau realisasinya tentu jadi berbeda. Efeknya, angkringan jadi ala kadarnya. Yang penting ada tempat buat nongkrongnya. Yang penting ramai dulu.

Alih-alih menyediakan tempat syahdu seperti trotoar jalan untuk duduk bersila. Pedagang angkringan di Pekalongan lebih memilih menyewa ruko dan menyediakan koneksi wifi untuk membuat betah pelanggannya. Alhasil, angkringan penuh suara ulti Layla atau Balmond.

#4 Wedang jahe susu

Setelah menyinggung perbedaan pada bagian makanan dan pedagang, ada satu perbedaan mencolok: wedang jahe susu.

Seperti mengaminkan betapa praktisnya angkringan di Pekalongan, saya pernah menemui pedagang yang menggunakan jahe bubuk yang siap saji. Hal itu tentu saja kartu merah dari saya. Jahe itu ya dibakar dan ditumbuk, mosok pake jahe siap saji? Waaa iki Mbappe banget alias ra mashok.

Mohon maaf, nih. Kita kalau pesan wedang jahe susu itu tentunya kepengin mencari minuman dengan rempah asli yang bisa menghangatkan tenggorokan dan tubuh. Kalau dapatnya yang bubuk dan cepat saji kaya gini yang ada malah radang tenggorokan ini, Mas.

Terlepas dari beberapa perbedaan di atas, saya pahami bahwa faktor sosial, budaya, dan preferensi adalah hal yang menyebabkan adanya kesenjangan tersebut. Sulit juga kalau untuk membawa keromantisan angkringan dari Solo atau Jogja, di mana dua daerah tersebut memang sudah memiliki magis sendiri akan sosial dan budayanya.

Selain itu, di Pekalongan memang sudah ada warung khas sendiri yang lebih digandrungi oleh warganya, ya, warung lesehan sego megono. Namun, selama pakem yang tersemat di warung angkringan masih bisa dihadirkan di kota lain seperti Pekalongan, saya rasa itu akan lebih baik bagi eksistensi warung angkringan itu sendiri kedepannya. Siapa sih yang tidak akan balik lagi ke angkringan dengan suasana syahdu, makanan yang menggugah selera, dan penjualnya yang ramah?

Sumber gambar: Saiful Al Ali Anwar via Unsplash

Penulis: Deddy Perdana Bakti
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA 5 Hal yang Harus Ada kalau Mau Sukses Bisnis Angkringan ala Jogja

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 26 Agustus 2022 oleh

Tags: angkringanJogjapekalongansolo
Deddy Perdana Bakti

Deddy Perdana Bakti

Lulusan Pendidikan Bahasa Inggris UMS. Seorang personalia perusahaan IT. Fans MU dan Timnas Indonesia (kalau menang)

ArtikelTerkait

Sejarah Sengkarut Bisnis Miras Jogja, Saling Sikut demi Berjualan Air Perdamaian

Sejarah Sengkarut Bisnis Miras Jogja, Saling Sikut demi Berjualan Air Perdamaian

18 Juli 2024
3 Parkiran Mal di Jogja yang Unik dan Bikin Sebal Pengunjung

3 Parkiran Mal di Jogja yang Unik dan Bikin Sebal Pengunjung

16 Desember 2024
Lesehan Pring Ori Sorowajan Cocok untuk Mahasiswa Jogja Mendang-mending yang Berkantong Tipis Mojok.co

Lesehan Pring Ori Sorowajan Cocok untuk Mahasiswa Jogja Mendang-mending yang Berkantong Tipis

30 Juli 2024
nasi goreng di jogja pakem wonosari tegal jawa timur ciri khas mojok.co

Mengidentifikasi 3 Jenis Nasi Goreng di Jogja: Pakem Wonosari, Tegal, dan Jawa Timuran

28 Juli 2020
Malang Tak Perlu Meniru Jogja yang (Katanya) Istimewa Lebih "Menyala" biaya hidup di malang

Malang Tak Perlu Meniru Jogja yang (Katanya) Istimewa karena Lebih “Menyala”

14 Juli 2024
4 Alasan Orang Solo Lebih Sering Plesir ke Jogja Dibanding ke Semarang Mojok.co

4 Alasan Orang Solo Lebih Sering Plesir ke Jogja Dibanding ke Semarang

10 November 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

29 November 2025
Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

1 Desember 2025
Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

30 November 2025
Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern Mojok.co

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern 

5 Desember 2025
Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025
Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.