Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Luar Negeri

4 Perbedaan Kuliah S1 di Jepang dan Indonesia

Primasari N Dewi oleh Primasari N Dewi
28 Februari 2022
A A
4 Perbedaan Kuliah S1 di Jepang dan Indonesia

4 Perbedaan Kuliah S1 di Jepang dan Indonesia (Shutterstock.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Kuliah S-1 di Jepang dan Indonesia itu mungkin tak banyak bedanya. Sewaktu di Jepang, saya sering mengobrol dengan teman Jepang tentang kuliah S-1-nya. Saya sempat mengambil kuliah umum anak S-1 karena kebetulan mata kuliahnya adalah dasar kuliah S-2 yang saya ambil. Saya dulu juga pernah bekerja paruh waktu menjadi asisten dosen mata kuliah anak S-1 di kampus Jepang.

Tapi, kalau dibilang sama persis, ya nggak. Ada beberapa perbedaan yang kentara. Agar paham, saya akan jelaskan semuanya.

#1 Kuliah

Kuliah di Jepang rata-rata dimulai jam sembilan. Itu hitungannya pagi lho, Gaes, karena masuk sekolah saja jam 8.30-an. Kuliah paling sore selesai sekitar jam lima. Untuk kuliahnya, sama seperti di Indonesia, kok. Mendengarkan dosen ceramah, diskusi, presentasi kelompok, tugas, dll.

Kalau kuliah di ruangan besar, biasanya kursi di depan jarang terisi. Kalau ini mah sama ya. Hehehe. Di Jepang, dari SD sampai kuliah, rata-rata papan tulisnya berwarna hijau dan memakai kapur. Panjang papan tulisnya selebar ruangan belajar, pokoknya besar sekali. Ada juga yang white board, tapi tak sebanyak di Indonesia. Di Indonesia SD saja sudah kenal whiteboard, malah sekarang jarang pakai yang berkapur kan?

Selain itu, ya hampir sama saja. Kuliah S-1 di Jepang, dari KBM, hampir sama. Cuman bedanya gini. Kalau di Indonesia, mahasiswa tidur di kelas itu bisa jadi masalah. Tapi, di Jepang, nggak masalah. Mending tidur ketimbang ngobrol.

Kegiatan belajar (Shutterstock.com)

Plus, jarang banget saya liat mahasiswa akamsi Jepang yang nongkrong santai gitu. Mereka isinya diskusi dan nugas. Kayaknya juga nggak ada abang-abang kekiri-kirian di Jepang.

#2 Tahun terakhir kuliah

Sistem kuliah S-1 di Jepang bikin kalian akan lulus pas empat tahun. Jarang ada yang lulus duluan secara tiba-tiba atau molor sampe masuk injury time.

Pada tahun terakhir, mereka mulai masuk zemi (semacam bimbingan dosen dengan fokus tema penelitian tertentu) dan mendiskusikan tentang apa yang pengin diteliti. Biasanya seminggu sekali mereka akan mengadakan semacam seminar zemi, membahas tentang tema/fokus penelitian, referensi yang digunakan, metodenya, dll. Seminar zemi ini biasanya bersama dengan mahasiswa lain sebimbingan, kok. Jadi, selain diberi masukan oleh dosen pembimbing, mahasiswa lain juga boleh memberi saran atau pendapatnya. Seru lho bimbingan ramai-ramai gini, Gaes.

Baca Juga:

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

Di tahun terakhir, selain skripsi, mahasiswa Jepang juga akan mulai sibuk dengan kegiatan shuukatsu (shuushoku-katsudou) alias mencari pekerjaan. Mereka akan disibukkan dengan mengikuti seminar persiapan melamar pekerjaan, seperti membuat CV, melamar, dan wawancara pekerjaan. Tak kaget kalau pada banyak yang dapet kerja sebelum lulus.

Malah, teman Jepang S-2 saya dulu diterima sebagai PNS sebelum wisuda. Jadi, bulan Maret wisuda, Aprilnya sudah mulai bekerja di instansi pemerintah.

Pekerja di Jepang (Shutterstock.com)

Enak dong kalau begitu? Ya, setidaknya setelah lulus langsung bekerja, tanpa jeda. Kalau yang gagal, biasanya mereka akan mencoba terus sampai dapat pekerjaan tetap atau menunggu sambil bekerja paruh waktu atau dengan sistem kontrak.

BTW, PNS di Jepang nggak main Zuma. Saya tahu pertanyaan yang terlintas di pikiran kalian.

#3 Skripsi atau tugas akhir

Mungkin ini agak berbeda dengan zaman saya S-1. Dulu, saat sidang skripsi, saya diuji tiga dosen penguji. Nah, kalau di Jepang, bukan seperti itu ya, Gaes.

Biasanya mahasiswa sejurusan akan “disidang” bersama di depan dosen-dosen sejurusan. Mahasiswa lain juga boleh melihat sidang ini, lho. Mahasiswa yang akan lulus diberi waktu tertentu (biasanya tak sampai setengah jam) untuk presentasi dan menjawab pertanyaan dari dosen-dosen.

Wah enak ya bareng-bareng?

Sama saja sih, deg-degannya. Kita juga nggak bisa memprediksi pertanyaan dari dosen tetapi harus menjawabnya sebaik mungkin. Kalau mahasiswa asing, pressurenya juga pada kemampuan bahasa Jepang ini. Yang jelas, meskipun bareng-bareng, punya medan perjuangannya sendiri-sendiri, kok.

#4 KKN

Ada KKN nggak di Jepang?

Kalau dikatakan sebulan sampai dua bulan tinggal di wilayah KKN dan berkegiatan volunteer di sana, tentu saja tidak ada. Akan tetapi, ada kok kegiatan volunteer ini di Jepang. Tentu saja mekanisme berbeda. Biasanya kegiatan ini berbayar dan akan diganti setelah program volunteer selesai. Kegiatan ini resmi program kampus, jadi tetap bisa diandalkan.

Kemudian, ada juga magang atau internship untuk jurusan tertentu. Waktunya biasanya kurang dari sebulan atau tergantung programnya juga. Dulu sewaktu saya kuliah S-1 di Sastra Jepang, kami kedatangan juga rombongan mahasiswa asing beserta dosennya yang melakukan kegiatan volunteer di desa pasca-gempa bumi Bantul 2006. Meski kegiatan ini resmi diizinkan oleh kampus, sepertinya bukan program wajib bagi semua mahasiswa kampus tersebut.

Sudah terbayang, kan, bagaimana kuliah S-1 di Jepang?

Selfie dolo di Shibuya (Shutterstock.com)

Sayangnya kalau kita kuliah di universitas Jepang bukan jurusan internasional, mau nggak mau memang bahasa pengantarnya bahasa Jepang. Ceramah dosen, presentasi, diskusi, tugas dan laporan, semua dalam bahasa Jepang. Yap, ada suka dukanya, kok.

By the way, jarang nama orang Jepang ber-embel-embel gelar pendidikannya, lho. Lulusan doktoral saja, jarang yang memakai tambahan gelar Sarjana blablabla, Master blablabla, Doktor bla bla/PhD, dll.

Tertarik kuliah S-1 di Jepang nggak, Gaes?

Penulis: Primasari N Dewi

Editor: Rizky Prasetya

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 28 Februari 2022 oleh

Tags: IndonesiajepangKuliahS-1
Primasari N Dewi

Primasari N Dewi

Guru bahasa Jepang tapi suka drakor.

ArtikelTerkait

Culture Shock Orang Indonesia yang Kuliah di Thailand Mojok.co

Culture Shock Orang Indonesia yang Kuliah di Thailand

31 Desember 2024
Singapura Negara Kaya, tapi Rapat Pejabatnya Terlalu Pelit dan Sederhana

Singapura Negara Kaya, tapi Rapat Pejabatnya Terlalu Pelit dan Sederhana

18 Mei 2024
5 Hal Enaknya Kuliah di Jurusan Matematika Terminal Mojok

5 Hal Enaknya Kuliah di Jurusan Matematika

27 Januari 2022
6 Jutsu Naruto yang Mirip dengan Ajian yang Ada di Indonesia

6 Jutsu Naruto yang Mirip dengan Ajian yang Ada di Indonesia

19 Januari 2023
Otaku dan Hikikomori, Masalah Sosial Jepang yang Tabu untuk Dibicarakan Terminal Mojok

Otaku dan Hikikomori, Masalah Sosial Jepang yang Tabu untuk Dibicarakan

17 Januari 2022
Kita Harus Menerima Keberadaan Jamet sebagai Subkultur Buruh Lepas Indonesia terminal mojok.co

Kita Harus Menerima Keberadaan Jamet sebagai Subkultur Buruh Lepas Indonesia

16 November 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

26 Desember 2025
Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

23 Desember 2025
Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

26 Desember 2025
Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

23 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
Tradisi Aneh Kondangan di Daerah Jepara yang Sudah Saatnya Dihilangkan: Nyumbang Rokok Slop yang Dianggap Utang

Tradisi Aneh Kondangan di Daerah Jepara yang Sudah Saatnya Dihilangkan: Nyumbang Rokok Slop yang Dianggap Utang

27 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.