Terkenal dengan keindahan lautnya, seolah menutup rapat pintu orang-orang untuk mengetahui keindahan lain di Wakatobi. Setiap kali ada orang tahu bahwa saya orang Wakatobi tulen, selalu yang pertanyaan yang dilontarkan kepada saya adalah perihal “laut”.
Padahal jika pengin menelisik lebih jauh, Wakatobi layaknya daerah wisata lain, tidak melulu soal keindahan laut. Ada juga surga kuliner yang jika Anda baru pertama kali ke sana, akan bilang bahwa kulinernya juga termasuk kategori unik. Seperti halnya orang Jawa yang mengolah beras menjadi banyak sekali jenis makanan, di Wakatobi juga ada hal serupa.
Bedanya, karena di Wakatobi adalah daerah tandus yang bahkan aliran sungai saja tidak ada, maka jangan harap makanan mereka dari olahan beras. Walau sekarang, sudah banyak jenis makanan dari beras yang menyerang, olahan singkong masih jadi favorit.
Nah, sebagai seorang Wakatobi tulen, kurang rasanya jika saya tidak memperkenalkan makanan khas Wakatobi dengan singkong sebagai bahan dasarnya.
#1 Kasoami
Dari sekian banyak makanan yang sudah mulai terkenal dari Wakatobi adalah kasoami. Di Maluku, Papua, bahkan beberapa daerah di Probolinggo, makanan khas ini sebenarnya sudah mulai menginvasi. Kegemaran orang Wakatobi untuk merantau, serta merta membawa makanan yang biasa mereka makan ke perantauan. Hal ini tentu saja, biar nggak shock culture banget macam saya saat pertama kali merantau ke Pulau Jawa.
Cara bikin kasoami sebenarnya sederhana. Hanya butuh singkong sebagai bahan baku. Diparut, dipisahkan sari dan ampasnya, lalu ampasnya dikeringkan, tinggal dimasak dengan cara dikukus. Pokoknya gampang, lah. Lebih simpel dari bikin KTP yang ngurusin ke RT saja bisa sampai hitungan minggu itu.
#2 Kansenga
Jangan kira setelah mengolah singkong (yang dipisah sari dan ampasnya lalu diambil ampasnya), sarinya dibuang. Tidak begitu, singkong mah harusnya bisa dijadikan tumbuhan serbaguna, macam kelapa di lambangnya pramuka.
Sari singkong dari yang dipisah, lalu dikeringkan sampai menjadi tepung. Nah, tepung ini yang nanti dibikin kansenga.
Tepungnya akan dicampur dengan bahan “rahasia” (biar kayak ayam goreng kentucky-nya KFC). Lalu tinggal dimasak macam kerak telor gitu. Hasilnya juga nggak jauh beda dengan kerak telor, cuma kansenga ada rasa manis-manisnya. Ah, pokoknya rasanya juara. Pengin tau rasanya kayak gimana? Sana ke Wakatobi.
#3 Lapa-lapa
Bayangkan lemper, tapi terbuat dari singkong (walau sebenarnya ada juga lapa-lapa yang terbuat dari beras). Rasanya, mungkin tidak akan membuat Anda menjadi Iron-man. Namun paling tidak, Anda akan merasakan dua sensasi setelah menikmati olahan asli Wakatobi ini.
Pada gigitan pertama saat gigi Anda menancap dimakannya, sensasi memakan karet akan terasa. Untuk yang giginya gampang copot atau orang yang sudah mulai usia lanjut dengan gigi mulai rapuh, tidak disarankan mencicipi makanan ini. Takut gigi Anda bergabung dengan makanannya. Nanti Anda nggak jadi Iron-man malah jadi Teeth-man.
Sensasi kedua yang akan Anda rasakan adalah gurih dan manis menjadi satu. Kalau kasoami itu rasanya hambar, tidak dengan lapa-lapa. Rasa manis yang muncul berasal dari campuran gula Jawa (orang Wakatobi lebih suka menyebut gula batu).
#4 Tombole
Jika Anda pernah mendengar tradisi bakar batu masyarakat Papua, di Wakatobi ada tradisi serupa. Ya, tujuannya kita anggaplah sama juga, untuk merekatkan hubungan antar warga. Biar nggak dikira kita kapitalis terus dan tidak ada sosialisnya sama sekali.
Tombole ini diolah dengan cara yang mirip sama dengan tradisi bakar batu di Papua. Jadi setelah tepung dari singkong diolah sesuai kebutuhan untuk tombole, lalu olahan akan dibungkus dengan janur yang dibentuk mirip wadah lemper.
Sembari sebagian orang mengisi wadah “lemper” dengan olahan singkong, sisanya akan membuat perapian yang di atasnya diletakan batu-batu pipih. Trus ditungguin tuh sampai apinya jadi bara dan batunya panas. “lemper singkong” yang sudah siap, tinggal diletakan di bawah batu yang panasnya sama kayak liat mantan dengan gebetan barunya itu.
Tinggal atasnya bara itu itu ditutupi dedaunan. Biasanya, sih, gitu. Kalau Anda mau coba menutupnya, lalu membuka lembaran baru ya boleh-boleh aja.
Oh iya, menunggu tombole matang jangan lama-lama, nanti gosong. Kayak keberanianmu menyatakan cinta yang sampai bertahun-tahun itu. Menunggu tombole matang cukup satu sampai dua jam saja. Sudah itu tinggal disantap dengan lauk ikan kuah. Sungguh sebuah kebahagiaan yang haqiqi.
BACA JUGA Mitos tentang Laut di Film ‘Pirates of Caribbean’ yang Diambil dari Legenda Laut Wakatobi dan tulisan Taufik lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.