4 Macam Sensasi Tempat Duduk di Stadion Manahan Solo

4 Macam Sensasi Tempat Duduk di Stadion Manahan Solo terminal mojok.co

4 Macam Sensasi Tempat Duduk di Stadion Manahan Solo (Unsplash.com)

Bisa dibilang, Stadion Manahan Solo merupakan destinasi sepak bola Indonesia. Pasalnya, stadion yang berdiri di pusat Kota Solo ini sering menjadi tuan rumah untuk banyak event, laga-laga besar, hingga rujukan beberapa tim saat menjalani pertandingan usiran. Kendati sering dipakai banyak tim, stadion ini tetaplah menjadi rumah utama bagi tim lokal, Persis Solo.

Sebuah keniscayaan sepertinya bagi orang kabupaten di Solo Raya seperti saya untuk turut mendukung tim dari kotamadya ini. Kalaupun tak sering, setidaknya kami pernah berkunjung ke Manahan untuk menyaksikan Laskar Sambernyawa berlaga. Hal tersebut yang menjadikan saya cukup memahami beberapa macam tempat duduk di Stadion Manahan ketika tim tuan rumah berlaga.

Hal yang menarik, beberapa macam tempat duduk di Stadion Manahan Solo juga dipengaruhi oleh dinamika budaya sepak bola setempat yang selalu berjalan seiring zaman. Hal tersebut, akan sedikit saya jabarkan di sini.

#1 Belakang gawang

Tribun curva Manahan merupakan tempat tradisional bagi salah satu kelompok suporter tertua di Solo, Pasoepati. Di curva utara, diisi oleh Pasoepati yang dikenal sebagai “Curva Nord Sambernyawa”. Sementara di sisi selatan, tribun ini sering disebut sebagai “Mboergadol” alias Mburi Gawang Kidul (Belakang Gawang Selatan).

Tribun belakang gawang tidak hanya diisi kelompok Pasoepati, tapi suporter bergaya Ultras juga turut ngublek di dalamnya. Sebagai tempat tradisional kelompok Pasoepati, serta beberapa Ultras, tribun belakang gawang sering menyajikan aksi koreo, dari mozaik hingga koreo 3D, terutama di laga-laga besar.

#2 Tribun timur sayap

Dinamika zaman juga membuat tribun timur sayap (selatan dan utara) ikutan ramai oleh suporter. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh hadirnya kultur baru dalam mendukung tim sepak bola di Kota Solo, yaitu kultur kasual ala Inggris. Tak heran, di tribun ini lebih sering terdengar chant-chant berbahasa Inggris, pun didominasi suporter yang berpakaian kasual.

Kelompok bergaya kasual di Solo ini sering disebut sebagai Surakartans. Paling banyak, kelompok kasual tersebut mendiami tribun timur sebelah utara, yang juga dikenal sebagai Surakartans B6. B6 sendiri merupakan nama sektor tribun ini sebelum direnovasi. Hingga kini, nama tersebut masih familiar untuk menyebut suporter kasual Surakartans yang mendiami tribun timur sisi utara.

#3 Tribun timur bagian tengah

Selain tribun belakang gawang, kelompok Pasoepati juga mendiami tribun timur di sisi tengah. Suporter di tribun ini sering dikenal sebagai Pasoepati Gate B7. B7 sendiri merupakan nama sektor di timur bagian tengah Stadion Manahan sebelum renovasi. Tak kalah dengan tribun belakang gawang, tribun ini juga sering menghadirkan aksi koreo-koreo baik mozaik hingga koreo 3D.

Salah satu koreo yang memorable di tribun ini tercipta sekitar 2014 lalu. Kala suporter di tribun ini membuat koreo 3D dengan gambar punggawa Persis Solo menghadap ke belakang. Selain itu, ada juga banner bertuliskan, “Bring Back Our Victory”.

#4 Tribun barat

Seperti sebagian besar stadion sepak bola di belahan bumi mana pun, tribun barat (VIP dan VVIP) memang sering menjadi tempat yang nyaman bagi penonton. Suporter di sini bisa nonton sambil leha-leha. Namun, di Stadion Manahan tak selalu begitu.

Lantaran padatnya tribun di sisi selatan, timur, dan utara oleh suporter tuan rumah (apalagi karena kapasitas yang tak terlalu besar), menjadikan tribun barat utamanya sisi sayap, sering jadi tempat untuk suporter tamu yang datang dengan massa cukup besar. Oleh karena itu, tribun ini tak kalah ramai dari riuhnya suporter.

Itulah beberapa sensasi tempat duduk di Stadion Manahan Solo. Sebenarnya, saya cukup lama tak menonton pertandingan di stadion ini. Pasalnya, dulu stadion ini sempat direnovasi. Sementara setelah renovasi, stadion ini belum bisa digunakan untuk massa besar karena Covid-19. Akan tetapi, saya pikir, sensasi di tribun Manahan tersebut tak banyak berubah.

Ah, sejenak saya jadi rindu Manahan. “Take me home Manahan road, to the place, we are belongs.”

Penulis: Dicky Setyawan
Editor: Audian Laili

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version