Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

4 Hal yang Saya Rasakan Saat Tinggal di Pulau Terluar Indonesia

Erma Kumala Dewi oleh Erma Kumala Dewi
2 Juni 2022
A A
4 Hal yang Saya Rasakan Saat Tinggal di Pulau Terluar Indonesia Terminal Mojok

4 Hal yang Saya Rasakan Saat Tinggal di Pulau Terluar Indonesia (Shutterstock.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Bagi saya, pengalaman tinggal untuk mengikuti program KKN di Pulau Moa menjadi salah satu momen paling berharga dalam hidup. Buat kalian yang belum tahu, Pulau Moa merupakan salah satu daerah 3T (terluar, terdepan, tertinggal) di Indonesia. Secara administratif, Pulau Moa terletak di Kabupaten Maluku Barat Daya.

Ada banyak sekali tantangan yang saya rasakan ketika tinggal di Pulau Moa. Di sisi lain, saya banyak belajar hal baru dan mampu melihat Indonesia dari perspektif lain. Setidaknya ada tiga hal berikut yang saya rasakan ketika tinggal beberapa bulan di salah satu pulau terluar Indonesia tersebut.

#1 Pembangunan dalam segala bidang cukup tertinggal dari pulau-pulau besar

Tinggal di Pulau Moa berarti akan merasakan gap besar pembangunan antara pulau-pulau terpencil dengan pulau-pulau besar. Bukan hanya perkara infrastrukturnya, tapi juga dalam segala bidang.

Menurut penduduk lokal, listrik baru masuk ke Pulau Moa tahun 2000-an ke atas, sedangkan internet diperkenalkan baru-baru ini. Saat saya ke sana dulu, internetnya masih menggunakan internet satelit Ubiqu yang biayanya jauh lebih mahal daripada internet provider pada umumnya. Itu pun hanya bisa berfungsi di kantor kepala desa.

Bidang pendidikan pun tak kalah tertinggal. Jika di Pulau Jawa dan pulau-pulau besar lainnya mata pelajaran TIK sudah diajarkan sejak SD, di Pulau Moa beberapa SMA bahkan belum mengajarkannya karena tidak punya komputer. Sehingga saat ujian nasional tiba, para siswa harus menumpang ujian ke sekolah lain yang punya komputer.

Jangankan komputer, kondisi sekolahnya saja masih memprihatinkan. Masih ada gedung sekolah yang kurang layak untuk kegiatan belajar mengajar di Pulau Moa. Begitu juga dengan kesejahteraan guru-guru di sana. Banyak di antara mereka yang belum PNS, sehingga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, para guru ini memiliki pekerjaan sampingan lain seperti bertani atau beternak.

Kondisi ini masih lebih baik ketimbang sebelum adanya pemekaran. Perlu diketahui bahwa wilayah Maluku Barat Daya dulunya merupakan bagian dari Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan baru mengalami pemekaran di tahun 2008. Sejak saat itu, pemerintah mulai membangun Maluku Barat Daya termasuk Pulau Moa sebagai ibu kota kabupaten sedikit demi sedikit. Bandara mulai dibangun, dan jalanan pun mulai diaspal meskipun hanya satu jalan di satu pulau.

#2 Sulit mobilisasi

Mobilisasi jadi masalah besar selama saya tinggal di Pulau Moa. Di sana, sebagian besar penduduk belum punya kendaraan bermotor. Untuk mobilisasi sehari-hari, para penduduk mengandalkan sepeda, kuda, atau jalan kaki. Sebenarnya ada juga sih transportasi publik yang memfasilitasi ibu-ibu sayur—sebutan untuk ibu-ibu desa yang berdagang—untuk bepergian ke pasar di pusat kota, namun angkutan ini hanya lewat beberapa kali dalam seminggu. Sisi positif dari masalah ketiadaan transportasi ini adalah udara di Pulau Moa belum tercemar.

Baca Juga:

5 Pekerjaan yang Bertebaran di Indonesia, tapi Sulit Ditemukan di Turki

Pengalaman Melepas Penat dengan Camping ala Warlok Queensland Australia

Untuk mobilisasi antarpulau, para penduduk sangat mengandalkan kapal laut. Sebenarnya kurang efektif lantaran perlu waktu tempuh beberapa jam hingga hitungan hari. Belum lagi kalau cuacanya buruk, kapal jadi tidak bisa berlayar dan kepastian waktu keberangkatan jadi tidak menentu. Ada sih pesawat, tapi ongkosnya mahal dan kapasitas penumpangnya terbatas.

Sementara untuk anak sekolah, tiga tahun lalu pemerintah sudah meresmikan bus sekolah yang tiap hari mengantar jemput anak-anak. Bus ini beroperasi ke seluruh Pulau Moa dan akan menaikturunkan penumpang di titik-titik pemberhentian yang telah ditentukan. Ongkosnya gratis. Yang agak sulit kalau anak-anak terlambat bangun dan ketinggalan bus, sebab jarak sekolah umumnya cukup jauh dari rumah mereka.

#3 Anomali harga bahan pangan

Sebagai wilayah kepulauan, harga boga bahari di Pulau Moa sangat murah. Setiap hari akan ada truk ikan yang berkeliling ke desa-desa untuk menjajakan dagangannya. Ikan yang dijual tentunya segar-segar karena baru ditangkap. Jika sudah agak siang, harga ikan ini akan diturunkan daripada tidak laku terjual. Satu ekor ikan momar (sejenis ikan makarel) harganya bisa lebih murah dari satu batang Es Kiko.

Yang mahal justru harga sayur dan buah-buahan. Mengingat kondisi Pulau Moa yang tandus dan sulit air, sayur dan buah sering kali didatangkan dari Ambon atau daratan-daratan besar terdekat. Jadi, kalau pengiriman oleh kapal terhambat cuaca buruk, harga sayur dan buah akan melambung. Akan tetapi di desa tempat saya tinggal, ada kelompok ibu-ibu yang menanam sayur di pekarangannya. Sayur ini juga dijual ke tetangga-tetangga yang membutuhkan. Sayurannya ditanam secara organik dan baru dipanen saat ada orang yang membeli. Jadi, kualitas makanan di Pulau Moa sangat bagus jika dibandingkan dengan di daratan.

#4 Jadi kaum minoritas

Di Pulau Moa, nyaris 100% penduduk beragama Nasrani. Agama Islam umumnya hanya dianut oleh para pendatang yang banyak bermukim di pusat kabupaten. Di Pulau Moa, melihat babi dan anjing berkeliaran adalah pemandangan biasa, layaknya kucing dan ayam di kampung-kampung Pulau Jawa. Masjid pun hanya ada satu di seluruh pulau, yaitu di Tiakur (pusat pemerintahan Kabupaten Maluku Barat Daya). Jaraknya sekitar 45 menit hingga 1 jam berkendara dari Desa Klis tempat saya tinggal.

Namun, hal itu tidak menyurutkan toleransi penduduk lokal pada kaum minoritas. Bahkan, hak-hak kami sebagai kaum minoritas sangat dihargai di sana. Para penduduk lokal yang menampung kami selalu memberi jamuan yang halal. Setiap ada acara-acara pemerintah atau adat yang mengundang kami, secara otomatis panitia konsumsi menyisihkan makanan halal bagi undangan muslim. Bahkan setiap hari Jumat, kepala desa selalu menyiapkan pick up desa beserta supirnya untuk mengantar teman-teman yang perlu salat Jumat ke masjid di Tiakur. Begitu juga saat salat Iduladha.

Saat Iduladha tiba, kepala desa menghadiahkan satu ekor kambing bagi tim KKN saya dan mengajak piknik seluruh anggota tim. Beliau bahkan memanggilkan orang Sulawesi yang muslim untuk membantu kami menyembelih kambing tersebut. Sungguh pelajaran mengenai toleransi yang sangat berharga dari daerah yang dulunya pernah berkonflik karena agama. Nyatanya, berbeda agama bukan menjadi alasan untuk tidak hidup rukun.

Saya rasa tidak hanya di Pulau Moa, hal-hal yang saya jabarkan di atas juga terjadi di banyak pulau terpencil lainnya di Indonesia. Tinggal di pulau terluar Indonesia semakin membukakan mata saya tentang kompleksitas kehidupan di Indonesia, dari keberagaman hingga berbagai ketimpangannya. Di sana, penduduk lokal mengajari saya arti ke-Bhinneka-an yang sesungguhnya.

Penulis: Erma Kumala Dewi
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 5 Salah Paham yang Kerap Terjadi Terkait Pulau Sulawesi.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 2 Juni 2022 oleh

Tags: Indonesiapulau terluar
Erma Kumala Dewi

Erma Kumala Dewi

Penggemar berat film kartun walaupun sudah berumur. Suka kulineran dan kekunoan.

ArtikelTerkait

syiah indonesia muslim sunni mojok

Begini Rasanya Jadi Orang Syiah di Indonesia

7 Oktober 2020
5 Hal yang Lumrah di Spanyol, tapi Nggak Wajar di Indonesia Mojok.co

5 Hal yang Lumrah di Spanyol, tapi Nggak Wajar di Indonesia

7 Februari 2025
mukena adalah budaya indonesia bukan islam mojok

Mukena Adalah Budaya Indonesia, Bukan Syariat Islam

11 Januari 2021
5 Hal Konyol yang Terjadi Saat Berburu Minyak Goreng Subsidi Terminal Mojok.co

5 Hal Konyol yang Terjadi Saat Berburu Minyak Goreng Subsidi

17 Maret 2022

Buruh Belum Sejahtera, tapi Kemenaker Bilang Upah Minimun Kita Terlalu Tinggi

18 November 2021
5 Hal yang Harus Disiapkan sebelum Kuliah di Turki Mojok.co

5 Hal yang Harus Disiapkan sebelum Kuliah di Turki

5 November 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

4 Desember 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025
Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025
5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

29 November 2025
4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang Mojok.co

4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang

3 Desember 2025
Nggak Ada Gunanya Dosen Ngasih Tugas Artikel Akademik dan Wajib Terbit, Cuma Bikin Mahasiswa Stres!

Dosen yang Minta Mahasiswa untuk Kuliah Mandiri Lebih Pemalas dari Mahasiswa Itu Sendiri

5 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat
  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.