4 Hal yang Bikin Purwokerto Nggak Beda Jauh dengan Jogja

4 Hal yang Bikin Purwokerto Nggak Beda Jauh dengan Jogja Terminal Mojok

4 Hal yang Bikin Purwokerto Nggak Beda Jauh dengan Jogja (Shutterstock.com)

Saat menulis artikel ini, saya memang merasa insecure. Beribu pertanyaan hinggap di kepala saya, kenapa Jogja sering sekali jadi pokok pembicaraan di sebagian artikel Mojok. Padahal kalau boleh jujur, kota saya juga nggak kalah keren, lho, dari Jogja.

Kota yang nggak kalah keren dari Jogja yang saya maksud adalah Purwokerto. Kota yang terkenal sebagai Kota Satria ini juga menyediakan berbagai hal yang bisa dijumpai di Jogja. Setidaknya ada empat hal yang melatarbelakangi saya mengatakan Purwokerto nggak jauh berbeda dan bahkan sejajar dengan Jogja.

#1 Destinasi wisata

Saya mafhum betul kalau Jogja adalah tujuan utama kebanyakan pelancong lokal dan mancanegara ketika liburan tiba. Di Jogja ada gunung dan pantai yang jumlahnya banyak itu. Eits, tunggu dulu. Purwokerto juga punya destinasi wisata serupa meski tak sama dengan Jogja.

Kalau bicara soal laut, saya angkat tangan. Sebab, kenyataannya Purwokerto memang nggak punya wisata pantai seperti Jogja. Di sini yang ada hanya telaga dan air terjun. Tapi, kalau kalian mencari tempat wisata yang mirip seperti Kaliurang, Purwokerto punya Baturaden yang nggak kalah tenar itu.

Baturaden punya segalanya, mulai dari hotel, motel, air terjun, kebun raya (sudah kayak Bogor saja, kan?), hingga berbagai kafe hits tersedia di sini. Udaranya pun sejuk, nggak jauh beda lah sama Kaliurang. Akses menuju Baturaden nggak begitu sulit, hanya sekitar 20 menit ke utara dari Kota Purwokerto.

Curug Bayan di Baturaden (Zulfan Ardiansyach/Shutterstock.com)

#2 Tugu ikonik

Seperti yang kita ketahui bersama, Jogja punya tugu yang sangat legendaris yang dikenal juga dengan nama Tugu Pal Putih. Siapa pun yang datang ke Jogja rasanya belum afdal kalau belum berkunjung ke sana.

Serupa dengan Jogja, Purwokerto punya tugu ikonik. Namanya Menara Teratai. Menara ini jadi identitas baru masyarakat Banyumas, utamanya Purwokerto. Siapa pun yang berkunjung ke Purwokerto, wajib singgah ke Menara Teratai. Menara ini baru saja dibuka untuk umum akhir bulan April lalu bertepatan dengan akhir bulan Ramadan. Hal ini memang merupakan strategi untuk menarik pengunjung yang sedang mudik Lebaran.

Menara Teratai (Untung Subagyo/Shutterstock.com)

#3 Tempat nongkrong muda-mudi

Tentu sudah menjadi kewajiban mampir ke Malioboro jika berkunjung ke Jogja. Tempat romantis yang sering menjadi tujuan para pelancong itu terkenal juga sebagai tempat lahirnya para sastrawan hebat di bawah asuhan “Presiden Malioboro” Umbu Landu Paranggi.

Meskipun Purwokerto belum mampu melahirkan penyair dan cendekiawan sehebat Emha Ainun Nadjib, Purwokerto punya tempat yang boleh dibilang sebelas dua belas dengan Malioboro. Ya, tempat itu adalah Alun-alun Purwokerto. Alun-alun Purwokerto mulai dibuka kembali pada tahun 2022 ini setelah mengalami proses renovasi. Walau tak seromantis Malioboro, Alun-alun Purwokerto mulai digandrungi para muda-mudi yang sekadar ingin berkumpul bersama teman atau menghabiskan waktu bersama keluarga. Alun-alun Purwokerto didesain dengan berbagai lampu model klasik layaknya Maliboro dan tempat duduk yang bisa digunakan untuk sejenak menikmati malam di Kota Satria.

Lampu yang didesain klasik menyerupai lampu di Malioboro (Untung Subagyo/Shutterstock.com)

#4 Kuliner

Kalau Jogja punya bakpia, Purwokerto juga punya mendoan yang namanya sudah mendunia. Mantap, kan? Tempe mendoan sudah menjadi warisan budaya tak benda Indonesia sejak tahun 2021 lalu. Siapa sih yang bakal menolak ngopi dengan ditemani sepiring tempe mendoan hangat? Dijamin siapa pun yang mencicipi kuliner satu ini bakal ketagihan!

Empat hal di atas menunjukkan pada kita semua bahwa di barat Jogja ada kota seindah Purwokerto dengan budaya panginyongan dan masyarakatnya yang plural. Gimana? Tertarik buat berkunjung ke sini? Nanti saya suguhi mendoan~

Penulis: Yanuar Abdillah Setiadi
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 4 Alasan Surabaya Nggak Bisa Diromantisasi Layaknya Jogja.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version