Jika hidup Anda masih ditakdirkan sebagai pengendara motor seperti saya, pernahkah Anda ketika di jalan menemui pengendara motor yang hobi ngobrol saat berkendara? Atau, jangan-jangan Anda sendiri yang melakukannya?
Baiklah, mau Anda atau teman Anda, yang pasti tindakan itu nggak bisa dibenarkan kendati dengan alasan apa pun. Sebab, selain karena hal itu berbahaya bagi Anda sendiri, juga mengundang petaka bagi orang lain.
Selama ini mungkin tindakan itu dianggap sepele oleh banyak orang. Dikira, ngobrol saat berkendara yang selalu dilakukan dengan kecepatan rendah, akan minim dan bahkan nggak berpotensi menimbulkan masalah di jalan.
Tapi sayangnya, sekalipun dilakukan dengan kecepatan berkendara yang rendah, tetap saja akan menimbulkan beberapa masalah di jalan. Kalau nggak percaya, berikut saya tunjukkan dosa besar pengendara motor yang hobi ngobrol saat berkendara.
Daftar Isi
Melanggar aturan berkendara
Saya yakin, kebanyakan pengendara motor yang melakukan tindakan sinting itu, nggak pernah menyadari kalau tindakannya itu sebetulnya melanggar aturan lalu lintas. Terlebih lagi, tilangan untuk tindakan tersebut memang masih minim dilakukan oleh pihak polisi. Padahal, kalau orang-orang itu menyadari, tindakan itu lumayan berat sekalipun hanya gara-gara nggak bisa menahan buat ngobrol saat berkendara.
Mengutip Detik, dalam UU Nomor 22 Tahun 2009 pasal 283, dijelaskan bahwa tindakan tersebut termasuk mengganggu konsentrasi pengendara lain. Dan sanksi yang akan didapat sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 106 ayat 1, adalah pidana kurungan paling lama tiga bulan, atau denda paling banyak tujuh ratus lima puluh ribu rupiah.
Bikin pengendara lain kesulitan menyalip
Selain itu, aktivitas mereka yang ngobrol saat berkendara pasti memakan jalan. Mau mereka jumlahnya tiga ataupun cuma dua orang, tetap saja memakan jalan. Lebar jalan yang awalnya ada space sekitar dua meter, tiba-tiba jadi nggak ada space sama sekali gara-gara mereka ngadain podcast sinting saat berkendara.
Kelakuan mereka itulah yang nggak jarang bikin saya atau pengendara lain di belakangnya kesulitan untuk menyalip. Apalagi, kalau mereka ngobrolnya kayak orang pacaran baru ketemu setelah LDR-an. Otomatis kecepatan berkendaranya mereka turunkan. Dan ini yang bikin saya nggak tahan buat menempeleng mulutnya pakai sandal. Udah menghalangi jalan, malah nyuruh nurunin kecepatan demi kenyamanannya sendiri.
Memantik emosi pengendara lain buat kebut-kebutan
Terus terang saja, saya nggak begitu percaya kalau ada yang bilang sabar ada batasnya. Kalau ada batasnya, artinya sudah nggak sabar. Demikian juga dalam konteks pengendara satu ini. Sebenarnya, saya orangnya sabar pake banget. Tapi kalau sudah diketemukan dengan orang sinting macam mereka, maka kesabaran saya yang pake banget itu terlalu berharga buat kelakuan bengis mereka.
Dari situ, kemudian timbullah rasa geram yang menuntut insting saya buat cari celah, lalu menyalip dengan cara nyasak-nyasak. Kadang saya juga menemui pengendara lain yang jadi korban mereka malah menyalip dengan cara kebut-kebutan sambil membetot gasnya berkali-kali. Entah kurang tahu apa maksudnya. Bisa jadi, motifnya sama seperti saya, atau memang sebagai bentuk pelampiasan amarah sekaligus teguran non verbal buat pengendara sinting satu ini.
Tentu saja cara berkendara seperti itu kurang tepat. Saya sendiri di satu sisi akan mengaku salah. Tapi di lain sisi, saya pikir menyalip dengan cara nyasak-nyasak atau kebut-kebutan nggak akan terjadi kalau pengendara sinting itu nggak memantik dari awal.
Potensi menimbulkan kecelakaan
Namanya di jalan raya, pasti banyak pengendara. Apalagi ketika situasinya ramai, bukan tak mungkin ngobrol saat berkendara akan menyebabkan kecelakaan. Sudah banyak kejadian kecelakaan hanya gara-gara ngobrol saat berkendara.
Terlebih lagi, ngobrol saat berkendara itu malah bikin pikiran nggak fokus. Pikiran akan terpecah jadi dua; fokus pada jalan dan pada obrolan. Dan tentu saja ini selain potensi kecelakaannya akan terjadi pada si pengendara sinting, pun pengendara lain yang mau menyalip bisa jadi korban.
Sampai sekarang saya betul-betul nggak tahu dan nggak akan pernah mau tahu, alasan yang membikin mereka ini tetap konsisten dengan kesintingannya itu. Pokoknya, pesan saya cuma satu. Kalau Anda menemui orang atau minimal kawan Anda sedang ngobrol saat berkendara, segeralah menegurnya.
Atau kalau Anda pemberani, jangan segan-segan menempeleng mulutnya pakai sandal. Jangan takut dosa. Sebab dengan begitu, Anda justru akan dapat pahala karena sudah mengobati kesintingannya dalam berkendara.
Penulis: Achmad Fauzan Syaikhoni
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 5 Kelakuan Pengendara Motor yang Bikin Kesal Pengendara Mobil