4 Alasan Kenapa Mahasiswa FEB Bukan Pasangan Ideal – Terminal Mojok
  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Kuliner
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Hewani
    • Personality
    • Nabati
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Kuliner
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Hewani
    • Personality
    • Nabati
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
Home Artikel

4 Alasan Kenapa Mahasiswa FEB Bukan Pasangan Ideal

Firdaus Al Faqi oleh Firdaus Al Faqi
2 Mei 2020
0
A A
mahasiswa FEB

4 Alasan Kenapa Mahasiswa FEB Bukan Pasangan Ideal

Share on FacebookShare on Twitter

Biasanya, saya membaca tentang artikel perihal alasan kenapa mahasiswa dari jurusan tertentu merupakan pasangan yang ideal. Dan, bagi saya hal tersebut sangat biasa. Bukan tanpa sebab, upaya untuk meninggikan derajat diri sendiri itu hal yang mudah. Memuji diri sendiri itu hal yang gampang. Padahal, dalam hidup kita harus membiasakan diri untuk melihat dari dua atau lebih sudut pandang. Kalau ada yang lebih, pasti ada kurangnya. Kalau ada yang bagus, pasti ada buruknya.

Bagi saya, ini bukan sesuatu yang perlu disembunyikan. Karena, dengan mengetahui kekurangan dan kelemahan, kita bisa menjadikannya bahan evaluasi setelah bilas muka dan gosok gigi. Hasilnya, terjadilah keseimbangan hidup dan menyadari bahwa tidak ada yang benar-benar baik dan tidak ada yang benar-benar buruk. Apasi~

Agar tak terlalu ngelantur, baiknya langsung saja pada pembahasan. Tapi ini berbeda. Saya ingin menuliskan yang sebaliknya. Berhubung saya kuliah di FEB, maka yang menjadi objek utama adalah diri saya sendiri secara khusus dan diri mahasiswa FEB secara umum. Saya mohon izin untuk menjlentrehkan beberapa alasan mengapa mahasiswa Feb bukan merupakan pasangan ideal.

Daftar Isi


  • Alasan pertama, terlalu perhitungan
  • Alasan kedua, punya mindset profit-oriented.
  • Alasan ketiga, kebanyakan pertimbangan.
  • Alasan keempat, selalu menginginkan sesuatu yang baru.

Alasan pertama, terlalu perhitungan

Mengenai alasan ini, semua yang kuliah di FEB, pasti dari awal semester hingga akhir diberikan mata kuliah yang tak jauh-jauh dari hal hitung-menghitung. Akuntansi selalu melakukan pencatatan terhadap kas, debit, kredit, dst. Ilmu Ekonomi selalu menghitung-hitung pendapatan negara secara makro, menghitung pertumbuhan ekonomi, proyeksi ekonomi suatu negara, dst. Begitupun dengan jurusan manajemen, seluruh mata kuliahnya pasti perihal laba-rugi suatu perusahaan, keuangan, menghitung apakah investasi untung atau buntung, menghitung apakah biaya yang dikeluarkan bisa lebih rendah dari yang didapatkan, menghitung apakah bisa memproduksi barang atau jasa dengan modal yang kalau bisa sedikit tapi dengan hasil yang banyak. Semuanya tak pernah lepas dari hitung-hitungan.

Namanya pendidikan, kan, tujuannya adalah membentuk pola pikir, karakter, dan sikap seseorang. Dan dari sini saya yakin, kalau mahasiswa FEB yang setiap harinya dijejali dengan hitung-menghitung maka, ia akan membawanya ke kehidupan sehari-hari termasuk dalam menjalani proses yang-yangan.

Kalau perhitungan apa yang salah? Loh, begini. Kalau sudah terbiasa hitung-menghitung, seluruh pengeluaran yang digunakan untuk membiayai pasangan bakalan dicatat dan disimpan dengan rapi. Biaya nonton, makan, minum, bensin, dst. bakal dibuatkan semacam tabel khusus. Nota-nota, faktur, dan bukti pembayaran lainnya akan selalu disimpan. Mengapa? Jika sewaktu-waktu putus, dia akan menunjukkan semua itu untuk diminta ganti rugi. Kalau kata Sujiwo Tejo, cinta itu sudah tidak lagi pakai hitung-hitungan. Kalau masih menghitung, itu namanya kalkulasi.

Menyoal masalah kalkulasi, coba tanyakan pada mahasiswa yang kuliah di FEB, apakah dia punya kalkulator atau tidak. Saya yakin, mayoritas dari mahasiswa FEB bakal menjawab punya. Dan ini menurut saya mengindikasikan bahwa hidupnya tak bakal jauh-jauh dari perhitungan. Semua akan dicatat dan semua akan ia simpan rapi.

Alasan kedua, punya mindset profit-oriented.

Kalau ini sudah tidak bisa ditolak lagi. Seluruh jurusan di FEB memberikan mata kuliah agar entah itu keuangan pribadi, perusahaan, atau negara sekalipun mengerjakan sesuatu yang sekiranya memiliki nilai keuntungan. Kalau saya di manajemen, ketika menempuh mata kuliah manajemen strategi, komponen utamanya adalah agar perusahaan memiliki competitive advantage dari perusahaan yang diolahnya. Dan ini tujuannya tidak lain dan tidak bukan agar perusahaan mampu menjadi perusahaan pilih tanding yang kalau bisa tetap tegak jika diterjang badai dan gelombang persaingan sebesar apapun.

Bagi saya, ini adalah poin alasan yang sangat berbahaya jika sampai terbawa dalam hal yang-yangan. Begini, dalam memilih pasangan, bisa jadi mahasiswa FEB yang punya mindset profit-oriented ini, akan memilih orang yang sekiranya membawanya pada hal-hal yang menguntungkan. Mungkin menguntungkan bisa didefinisikan sebagai hidup enak karena pasangan yang dipilih kaya, punya bisnis, dan berbagai pertimbangan menguntungkan lainnya. Ini baru dalam hal memilih pasangan. Tapi bagaimana jika sudah berpasangan? Wah, pola pikirnya bakal begini. “Gimana, ya, caranya dapat untung dari pasangan saya ini?”. Saya harap, jangan sampai ada yang berpikir, “Lebih baik dijual saja”. Astaghfirullah.

Alasan ketiga, kebanyakan pertimbangan.

Dua alasan di atas, adalah hal paling mendasar yang dimiliki oleh mahasiswa FEB. Dampaknya, ya, di alasan ketiga ini. Waktu saya belajar manajemen, biasanya disana sangat banyak metode, strategi, dan cara-cara yang dianggap ampuh dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Misalnya, bagaimana perusahaan yang incumbent tetap bertahan di arus disrupsi yang ngedap-edapi ini? Nah, caranya itu, nanti kita disuruh pilih. Mau pakai cara perusahaan A yang memilih untuk menyasar pasar yang lepas dari pandangan banyak perusahaan atau perusahaan B yang memilih untuk mengembangkan insan-insan yang ada di dalam organisasi agar memiliki karakter yang bergerak cepat dan responsif. Ketika sudah hampir memilih, ternyata ada opsi lain lagi, bahwa lebih baik meniru perusahaan C saja yang memilih untuk membeli satu platform usaha yang lebih kecil untuk kemudian digunakan dengan mengganti nama platform tersebut. Dah, intinya njlimet. Disuruh milih lama buangett dan punya pertimbangan seabrek.

Bayangkan jika jadi pasangan ketika ingin jalan-jalan. “Ini mau ke tempat A yang dekat sungai dan suasananya asri atau tempat B yang tempatnya classy, bersih, dan eyecathing? Atau kita pilih tempat C saja yang punya konsep sederhana, desain interiornya memakai konsep tradisional, dan tersedia makanan yang uueenak pol?” Ribet puool, kesuwen milih akhir e gak sido budal.

Alasan keempat, selalu menginginkan sesuatu yang baru.

Saya masih sangat ingat, kalau di FEB, seluruh upaya yang dilakukan itu harus selalu berbeda dan kalau bisa tidak seperti yang pada umumnya dilakukan. Atau sederhananya, selalu berinovasi. Nah, kalau inovasi ini, kan, intinya mencari-cari sesuatu yang baru agar entah itu perusahaan atau negara sekalipun punya value agar bisa pesaing keder ketika melihatnya. Di manajemen, seperti ada keharusan untuk selalu memperbaharui produk, layanan, dan dalam banyak lini lainnya. Kalau inovasi ini konteksnya yang-yangan bagaimana? Ya selalu cari yang baru, lah. Bosen yang ini, buang. Cari yang lebih fresh. Bosen lagi? Ya cari lagi.

Dari sini, apa ada yang mau mengatakan kalau anak FEB ini merupakan pasangan ideal? Saya harap, yang sekarang punya pasangan anak FEB dimohon lebih waspada lagi. Wkwk.

Wah, jadi panjang gini ya. Tapi harap diingat, ya. Walaupun saya sendiri ini mahasiswa FEB, saya tidak punya sifat-sifat di atas, loh. Untuk alasannya, bisa dilihat di tulisan saya yang judulnya ‘Bagi saya gelar S.E. bukan Sarjana Ekonomi, Tapi Sarjana Edan’. Di tulisan itu, saya rasa bisa jadi alasan kenapa saya tidak memiliki sifat-sifat di atas ini. Sekian~

BACA JUGA Habis Putus terus Ngeluh Udah Ngabisin Biaya Banyak buat Pacaran. Dipikir Cinta itu Investasi? dan tulisan Firdaus Al Faqi lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.


Terakhir diperbarui pada 2 Mei 2020 oleh

Tags: mahasiswa FEBpasangan ideal
Firdaus Al Faqi

Firdaus Al Faqi

Sejak lahir belum pernah pacaran~

Artikel Lainnya

Nikmatnya Hidup jika Pasangan Kita Penonton Setia Drama Korea Selatan reply 1988 startup drakor terbaru terminal mojok.co

Nikmatnya Hidup jika Pasangan Kita Penonton Setia Drama Korea Selatan

27 November 2020
cewek bandung cantik, orang sunda

Cari Jodoh? Orang Sunda aja

31 Mei 2020
Pos Selanjutnya
lapo tuak medan batak sumatera utara fungsi sosial ngobrol debat diskusi waerung kopi gelas minum mabuk nyanyi nongkrong sama teman mojok

Lapo Tuak, Tempat Orang Batak Menghibur Diri dan Mengasah Skill Debat

Terpopuler Sepekan

Cara-cara Starbucks Membuat Pembeli Mengeluarkan Uang Lebih Banyak

Cara-cara Starbucks Membuat Pembeli Mengeluarkan Uang Lebih Banyak

6 Mei 2022
3 Rahasia Sukses Bisnis Toko Kelontong ala Orang Cina

3 Rahasia Sukses Bisnis Toko Kelontong ala Orang Cina

14 Mei 2022
Transportasi Publik di Surabaya Dibuat Sekadar untuk Gimik Politik Terminal Mojok

Transportasi Publik di Surabaya Dibuat Sekadar untuk Gimik Politik

15 Mei 2022
Sebagai Orang Magelang, Saya Menuntut Adanya Malioboro di Kota Ini Terminal Mojok.co

Sebagai Orang Magelang, Saya Menuntut Adanya Malioboro di Kota Ini

16 Mei 2022
Fitur Canggih pada Mobil yang Sebenarnya Nirfaedah Terminal Mojok

Fitur Canggih pada Mobil yang Nirfaedah

14 Mei 2022
Kol Goreng, Lalapan Nikmat yang Mengandung Bahaya

Kol Goreng, Lalapan Nikmat yang Mengandung Bahaya

5 Mei 2022
Punya Mobil Pribadi Itu Sebenarnya Nggak Enak

Punya Mobil Pribadi Itu Sebenarnya Nggak Enak

11 Mei 2022

Dari MOJOK

  • Dubes Palestina: Perjuangan Melawan Israel Dilanjutkan Anak-anak Muda
    by Arif Hernawan on 17 Mei 2022
  • Piala Dunia, Ketakutan Romo Sindhu di Usianya yang ke-70
    by Yvesta Ayu on 17 Mei 2022
  • D.N. Aidit dalam Semesta Literasi dan Indonesia Kini
    by Redaksi Mojok on 16 Mei 2022
  • Di Balik Kemudi Bus Eka ‘Belahan Jiwa’, Teman Para Pejuang Rupiah
    by Deddy Perdana Bakti on 16 Mei 2022
  • Higgs Domino dan Parlay Bola Memang Seksi, Membuatku Berani Bilang Persetan kepada Trading, Kripto, dan NFT
    by Thariq Munthaha on 16 Mei 2022

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=H_-ObSbVslU

Subscribe Newsletter

* indicates required

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
DMCA.com Protection Status

© 2022 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Gaya Hidup
    • Cerita Cinta
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Kuliner
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Luar Negeri
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2022 Mojok.co - All Rights Reserved .

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In