• Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Login
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Sapa Mantan
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Sapa Mantan
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Hiburan
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO
ADVERTISEMENT
Home Nusantara

3 Tradisi di Surabaya yang Jarang Diketahui Orang

Tiara Uci oleh Tiara Uci
26 Maret 2022
A A
6 Kebiasaan Buruk Pengendara Mobil di Surabaya Terminal Mojok.co

6 Kebiasaan Buruk Pengendara Mobil di Surabaya (Shutterstock.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman budaya yang luar biasa banyaknya. Hampir setiap daerah atau kota memiliki tradisinya masing-masing. Misalnya saja, saat berkunjung ke Maluku, saya pernah melihat tradisi pukul sapu (Manyapu), beberapa pemuda saling memukul dengan sapu ijuk sampai badannya terluka, lalu lukanya diolesi minyak mamala.

Ada juga tradisi yang mengharuskan anggota keluarganya tidur di lantai ketika ada salah satu keluarga yang meninggal. Tradisi ini masih ada di kampung ibu saya, daerah Bojonegoro. Para orang tua di sana biasanya juga masih melakukan bancaan atau syukuran dengan bubur merah dan menaruhnya dibawah ranjang bertepatan dengan weton anaknya.

Di Surabaya juga ada tradisi lokal yang diwariskan turun temurun, sayangnya beberapa tradisi tersebut nggak banyak diketahui orang karena sudah mulai jarang dipraktekkan dan terancam punah. Penasaran nggak, tradisi apa yang saya maksud? Berikut ini list-nya:

#1 Manten Pegon

pernikahan mojok.co
Ilustrasi pernikahan. (Shutterstock.com)

Manten Pegon adalah upacara pernikahan yang lahir dari akulturasi budaya Arab, Cina, Belanda, dan Jawa. Merujuk pada Direktorat Jenderal Kebudayaan Intelektual Kementrian Hukum dan Ham RI (DIKI), manten pegon diperkirakan dimulai pada abad ke-19 seiring ramainya para pendatang dari berbagai wilayah masuk ke Surabaya. Maklum saja, Surabaya dulunya memiliki pelabuhan yang menjadi salah satu pintu masuk kedatangan saudagar dari berbagai negara utamanya Cina, Arab, dan Belanda.

Percampuran budaya antara Jawa, Cina, Arab, dan Belanda terlihat dari pakaian pengantin yang dikenakan oleh mempelai pria dan wanitanya. Dalam manten pegon, busana pengantin perempuannya mirip seperti dress perempuan Eropa (Belanda), namun bahannya terbuat dari sutra (khas orang Cina) dan rambutnya ditata ala perempuan Jawa dengan sanggul dan bunga melati. Sementara pengantin prianya menggunakan jubah dan sorban layaknya pakaian orang Arab.

Sama dengan pengantin pada umumnya, pihak laki-laki akan diantar menemui pihak perempuan, namun dalam manten pegon, pihak laki-laki dikawal oleh pendekar silat dan diiringi oleh terbang jidor yang melantunkan sholawat.

Mirip dengan tradisi Betawi, dalam manten pegon pendekar silat dari pihak laki-laki dan perempuan akan beradu pantun, lalu beradu kekuatan. Dan pertandingan tersebut selalu dimenangkan oleh pendekar dari pihak laki-laki. Hal tersebut dilakukan sebagai simbol kalau pihak laki-laki berhasil mendapatkan mempelai perempuan setelah melewati perjuangan.

Dalam tradisi manten pegon, iring-iringan pengantin juga selalu membawa rontek (tiruan bunga yang dililit kertas warna warni, bentuknya mirip payung yang biasa diapakai ondel-ondel). Iring-iringan pengantin juga membawa jagoan loro pangkon yaitu orang yang membawa ayam jago (sebuah simbol pengantin prianya berani, ulet dan pekerja keras). Dalam iring-iringan tersebut ada juga lerok (penari yang berdandan menyerupai monyet). Lerok digunakan sebagai simbol kalau seseorang nggak boleh memandang orang lain dari segi fisik saja.

Sama dengan pernikahan pada umumnya, manten pegon juga dilakukan dengan membwa jodhang atau seserahan. Jodhang berisi jajajan pasar dan setelan pakaian untuk diberikan kepada mempelai wanita.

Sayangnya, tradisi manten pegon ini sudah jarang kita temui di Surabaya. Selama tinggal di Surabaya, saya hanya pernah menghadiri satu kali pernikahan yang menggunakan tradisi manten pegon. Umumnya orang Surabaya sekarang menikahnya dengan tradisi Jawa. Bahkan, banyak juga kok, orang asli Surabaya yang nggak tahu kalau ada tradisi manten pegon. Sepertinya arek-arek Suroboyo harus mulai menikah dengan tradisi manten pegon ini, deh, agar tradisi yang diwariskan leluhur kita nggak punah tergerus zaman.

#2 Larung Ari-ari

lautan mojok.co
Ilustrasi lautan. (Shutterstock.com)

Di Jawa, ketika bayi lahir umumnya ari-arinya akan ditanam di tanah lalu diberi lampu. Tapi masyarakat asli Surabaya punya tradisi yang berbeda yaitu melarung ari-ari bayi ke lautan. Bersatunya ari-ari bayi dengan air lautan diharapkan akan membuat bayinya ketika dewasa memiliki wawasan luas dan tak terbatas seperti lautan. Beberapa orang tua juga mempercayai jika melarungkan ari-ari bayi ke lautan akan memberikan banyak rezeki untuk si anak.

Untuk proses upacara larung ari-ari, pertama-tama ari-ari yang sudah dicuci bersih akan dimasukkan ke dalam kendi bersama dengan garam, ayat Al-Qur’an, buku tulis, pensil, bunga telon, jarum, kain putih dan benang. Setelah itu kendinya akan diazani oleh bapak dari si bayi. Kemudian kendinya dibawa oleh bapak diiringi keluarga, kerabat dan tetangga dan diarak menuju lautan. Dalam proses arak-arakan ini harus diiringi dengan tembang mocopat dandhang gulo.

Setelah sampai di lautan, ari-ari didalam kendi akan dilarung sambil menaburkan beberapa bunga. Setelah ari-arinya dilarung, para keluarga beserta orang yang sudah mengikuti upacara larung ari-ari tersebut  akan melakukan doa dan menikmati tumpeng yang sudah disediakan pihak keluarga bayi. Isi tumpengnya sama seperti tumpeng pada umumnya, hanya saja, selalu ada jenang sengkolo dalam hidangan penutupnya.

Tradisi larung ari-ari ini sudah jarang kita lihat di Surabaya. Bahkan banyak juga orang yang tinggal di Surabaya nggak tahu kalau ada tradisi larung ari-ari. Mungkin sebabnya karena di Surabaya sekarang ini banyak pendatangnya dan mayoritas dari mereka ketika bayi lahir mengikuti tradisi orang Jawa dengan mengubur ari-arinya. Hanya di daerah pesisir Surabaya biasanya kita masih bisa menemui warga yang melakukan upacara larung ari-ari ini.

#3 Gulat okol

gulat mojok.co
Ilustrasi gulat. (Shutterstock.com)

Menurut warga Sambikerep, satu-satunya daerah di Surabaya yang masih melestarikan tradisi gulat okol, Dulunya kegiatan gulat okol dilakukan saat warga sedang mengembalakan hewan ternak. Sambil menunggu hewan ternaknya merumput, para pengembala melakukan gulat okol diatas jerami. Itulah sebabnya, hingga hari ini gulat okol tetap dilakukan diatas jerami.

Gulat okol ini mirip dengan sumo-nya orang Jepang. Akan tetapi, pada gulat okol peserta nggak boleh menyentuh tubuh lawannya secara langsung, dalam permainan gulat okol para peserta harus memakai selendang atau kain yang diikatkan dibagian tubuh. Untuk membuat lawannya jatuh, masing masing dari mereka harus menggoyang atau menjatuhkan lawan dengan selendang yang melingkar ditubuhnya.

Di era modern ini, kita sudah jarang menemui gulat okol. Hanya jika kita beruntung, setahun sekali kita bisa melihat gulat okol di daerah Sambikerep, Surabaya, tepatnya ketika ada acara sedekah bumi. Selain di hari tersebut, saya sudah hampir nggak pernah melihat ada pertunjukan gulat okol di Surabaya. Selain di Surabaya, gulat okol ini sebenarnya juga bisa ditemui di beberapa daerah di Gresik.

Itulah tiga tradisi di Surabaya yang jarang diketahui orang dan keberadaannya. Tradisi ini terancam punah jika kita sebagai generasi mudanya nggak mencoba melestarikannya.

Penulis: Tiara Uci
Editor: Purnawan Setyo Adi

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

 

Terakhir diperbarui pada 27 Maret 2022 oleh

Tags: Surabayatradisitradisi di surabaya

Tiara Uci

Tiara Uci

Lulusan Teknik Mesin. Buruh tower telekomunikasi.

ArtikelTerkait

Nona Penjual Seblak Paling Dicintai Mahasiswa Unesa (Unsplash)

Nona Penjual Seblak Paling Dicintai Mahasiswa Unesa

30 Mei 2023
Terminal Purabaya Sidoarjo (Unsplash)

Persoalan Terminal Purabaya Sidoarjo di Tengah Kemegahannya

28 Mei 2023
KA Jayabaya: Opsi Trip Malang-Surabaya yang Paling Nyaman

KA Jayabaya: Opsi Trip Malang-Surabaya yang Paling Nyaman

23 Mei 2023
4 Jenis Nasi Goreng yang Laris di Surabaya, Bukan Nasi Goreng Biasa!

4 Jenis Nasi Goreng yang Laris di Surabaya, Bukan Nasi Goreng Biasa!

12 Mei 2023
Jalanan Situbondo Itu Mirip Dangdut Koplo, Bikin Kendaraan Bergoyang!

Jalanan Situbondo Itu Mirip Dangdut Koplo, Bikin Kendaraan Bergoyang!

11 Mei 2023
Terminal Tambak Osowilangon di Surabaya Butuh Inovasi Agar Tidak Sepi

Terminal Tambak Osowilangon di Surabaya Butuh Inovasi Agar Tidak Sepi

9 Mei 2023
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
50 Kosakata yang Sering Digunakan Suku Osing Banyuwangi dalam Percakapan Sehari-hari Terminal Mojok

50 Kosakata yang Sering Digunakan Suku Osing Banyuwangi dalam Percakapan Sehari-hari

Panduan Menikmati Lagu BTS dalam Berbagai Suasana Terminal Mojok

Panduan Menikmati Lagu BTS dalam Berbagai Suasana

Top 5 Indomie Goreng Terenak yang Pernah Ada Terminal Mojok

Top 5 Indomie Goreng Terenak yang Pernah Ada

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

Jasa Raharja, BUMN yang Diam-Diam Cuan (Unsplash)

Jasa Raharja, BUMN yang Diam-Diam Cuan

oleh Diaz Robigo
30 Mei 2023

Malioboro Ekspres: Kereta Api Primadona Sobat Malang-Jogja yang Mati Suri

Malioboro Ekspres: Kereta Api Primadona Sobat Malang-Jogja yang Mati Suri

oleh Erma Kumala Dewi
31 Mei 2023

BRI Ambunten Sumenep Mengajarkan Saya Arti Kesabaran

BRI Ambunten Sumenep Mengajarkan Saya Arti Kesabaran

oleh Zubairi
28 Mei 2023

Keluh Kesah Guru Honorer di Pelosok Perbatasan Kalimantan

Keluh Kesah Guru Honorer di Pelosok Perbatasan Kalimantan

oleh Lois Elisabeth Maria
28 Mei 2023

Nyatanya, Romantisme Jogja itu Diskriminatif

Nyatanya, Romantisme Jogja itu Diskriminatif

oleh Dhimas Bima Shofyanto
31 Mei 2023

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=lzHUMXKyXus

DARI MOJOK

    • Tentang
    • Ketentuan Artikel Terminal
    • F.A.Q.
    • Kirim Tulisan
    DMCA.com Protection Status

    © 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

    Tidak Ada Hasil
    Lihat Semua Hasil
    • Login
    • Nusantara
    • Kuliner
    • Gaya Hidup
      • Sapa Mantan
      • Fesyen
      • Gadget
      • Game
      • Hewani
      • Kecantikan
      • Nabati
      • Olahraga
      • Otomotif
      • Personality
    • Pojok Tubir
    • Kampus
      • Ekonomi
      • Loker
      • Pendidikan
    • Hiburan
      • Acara TV
      • Anime
      • Film
      • Musik
      • Serial
      • Sinetron
    • Tiktok
    • Politik
    • Kesehatan
    • Mau Kirim Tulisan?
    • Kunjungi MOJOK.CO

    © 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

    Halo, Gaes!

    atau

    Masuk ke akunmu di bawah ini

    Lupa Password?

    Lupa Password

    Silakan masukkan nama pengguna atau alamat email Anda untuk mengatur ulang kata sandi Anda.

    Masuk!