Kita mungkin sudah terbiasa pergi liburan ke mal, berwisata alam, atau bahkan jalan-jalan ke luar negeri. Iya, liburan seperti itu adalah hal yang lumrah. Namun, apakah kamu pernah mencoba pergi liburan untuk menyaksikan ritual tertentu di suatu suku?
Suku Tengger adalah suku yang mendiami sekitaran wilayah Bromo-Tengger-Semeru. Kebanyakan dari mereka tinggal di empat kabupaten di Jawa Timur, yakni Pasuruan, Malang, Lumajang, dan Probolinggo. Kita mungkin sudah tak asing mendengar cerita bahwa wilayah Gunung Bromo-Semeru memiliki bentang alam yang indah, lebih dari itu, masyarakat Tengger ternyata punya beberapa ritual yang rutin dilaksanakan tiap tahunnya.
Bagi masyarakat yang tinggal di kota metropolitan, istilah ritual mungkin terdengar asing. Namun bagi masyarakat suku Tengger, ritual justru telah menjadi kebiasaan dan pedoman hidup mereka. Bagi mereka, ritual adalah menyeimbangkan alam dan ungkapan rasa syukur. Orang tua atau muda, laki-laki atau perempuan, semua sudah terbiasa dengan kesibukan pra-ritual seperti menyiapkan sesaji, hidangan, tempat acara, dll.
Jika kebetulan kamu tengah mencari ide liburan yang antimainstream, menyaksikan prosesi sejumlah ritual suku Tengger mungkin bisa jadi pilihan tepat. Sejumlah ritual besar di Tengger dilaksanakan di area Gunung Bromo dan dilakukan oleh masyarakat Tengger dari empat kabupaten sekaligus. Ritual-ritual ini bisa dinikmati para wisatawan yang kebetulan sedang berada di area Bromo-Tengger-Semeru. Namun, kamu harus memperhatikan momen pelaksanaan ritualnya, lho, mengingat masyarakat suku Tengger mengacu pada kalender mereka dalam menentukan pelaksanaan ritual.
#1 Pembukaan Hari Raya Karo
Ingin melihat pelaksanaan hari raya dengan vibes berbeda? Hari Raya Karo adalah salah satu pilihannya. Hari Raya Karo adalah ritual yang dilaksanakan masyarakat suku Tengger pada bulan kedua penanggalan Tengger, yaitu bulan Karo. Seperti halnya Idulfitri yang dilaksanakan umat Islam, pada Hari Raya Karo, masyarakat Tengger akan bersilaturahmi ke rumah sanak saudara mereka.
Uniknya, pembukaan upacara Karo menjadi momen yang nggak boleh dilewatkan wisatawan yang datang ke wilayah Bromo-Tengger-Semeru. Pembukaan upacara Karo yang biasanya dilaksanakan di kecamatan mempertunjukkan tarian sakral yang hanya ditampilkan ketika upacara Karo, yaitu tari Sodoran.
Tari Sodoran adalah tarian yang menyimbolkan sangkan paraning dumadi atau awal dan akhir proses kehidupan alam semesta. Tarian ini menampilkan enam pasang pengantin sodor (istilah bagi penari Sodoran), yaitu laki-laki dan perempuan pilihan di antara remaja Tengger. Dengan posisi saling berhadapan, para pengantin sodor menari dengan penuh penghayatan.
Tentu saja kamu nggak boleh melewatkan momen yang hanya dilaksanakan sekali dalam setahun ini, kan?
#2 Pujan Kasanga
Suku Tengger juga memiliki upacara yang mirip dengan festival, yakni Pujan Kasanga atau biasa juga disebut dengan Pujan Mubeng. Upacara ini dilaksanakan setahun sekali atau tepatnya pada bulan kesembilan, panglung sembilan pada penanggalan Tengger dan dilaksanakan di sore hari.
Pujan Kasanga termasuk upacara bersih desa dan dilaksanakan oleh setiap desa secara terpisah. Upacara yang dipimpin oleh dukun pandita ini memiliki serangkaian tahapan pelaksanaan. Salah satu tahapan yang menarik adalah prosesi mubeng desa atau mengelilingi desa.
Masyarakat desa secara berbondong-bondong akan mengelilingi desa dengan membawa sejumlah peralatan kebersihan sebagai simbol dari “bersih desa”. Cara mengelilinginya pun perlu diperhatikan, yaitu melawan arah jarum jam. Bukan tanpa alasan, arah tersebut dipilih untuk mengusir dan menghalau bhuta kala, simbol perusak di bumi Tengger.
Uniknya lagi, upacara ini menyajikan pertunjukan seni yang berbeda di setiap desa suku Tengger. Di Desa Ngadiwono, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan misalnya, terdapat pertunjukan bantengan di sela mubeng desa. Biasanya, masyarakat akan melanjutkan pertunjukan tersebut hingga malam hari.
#3 Hari Raya Yadnya Kasada (Pujan Kasada)
Siapa yang nggak tahu ritual suku Tengger satu ini? Pujan Kasada selalu ramai dikujungi oleh wisatawan, apalagi dilaksanakan di wilayah Gunung Bromo. Namun sayangnya, selama dua tahun pandemi kemarin, ritual ini ditutup untuk pengunjung.
Puncak upacara Pujan Kasada adalah tengah malam ketika masyarakat Tengger melarungkan sesaji di kawah Gunung Bromo. Melawan dinginnya bumi Tengger demi melangsungkan upacara, tentu menggambarkan bagaimana kecintaan masyarakat Tengger terhadap tanah kelahiran mereka.
Pujan Kasada dilaksanakan pada bulan kesepuluh pada penanggalan Tengger. Biasanya pada pelaksanaan Pujan Kasada, bumi Tengger sedang dingin-dinginnya, lho. Ritual ini merupakan wujud rasa syukur masyarakat suku Tengger kepada Sang Pencipta dan leluhur atas hasil bumi Tengger yang melimpah. Oleh sebab itu, pada proses larung sesaji, masyarakat akan membawa hasil bumi mereka untuk dilarungkan.
Nah, ketiga ritual di atas hanya secuil ritual yang dilaksanakan masyarakat Tengger setiap tahunnya. Kamu bisa mengabadikan momen pelaksanaan ritual tersebut ketika berkunjung ke bumi Tengger. Tentu masyarakat yang ramah akan menyambutmu dan memperkenalkan kekayaan bumi mereka.
Penulis: Elvin Nuril Firdaus
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 5 Destinasi Wisata Menarik di Indonesia dan Hal-hal yang Harus Dihindari Saat Berkunjung ke Sana.