Cinta para bucin remaja baru pubertas tampak susah, rumit, penuh gejolak, dan gila. Mereka seperti dirasuki arwah Romeo dan Juliet yang menuntut balas atas tragedi yang menimpa mereka. Bagi kalian yang baru menginjak umur belasan, serius saya mau nanya: kenapa sih kalian berpikir cinta ke gebetan atau pacar adalah sesuatu yang harus dipikirkan dan dikhawatirkan setiap saat?
Maksud saya, ayolah! Es di kutub utara dan selatan sudah mulai mencair, habitat penguin dan beruang kutub sedang terancam! Sedangkan kalian, masih meributkan tentang pesan yang lama dibalas pacar, marah kepada pacar yang tidak sengaja menyukai postingan mantan, cemburu tak tertahankan karena pacar kalian tidak sengaja mengobrol dengan lawan jenis, dan berbagai macam hal lainnya yang tidak saya mengerti. Saya sudah berusaha memahami kalian, tapi tetap saja sulit.
Mungkin sebagian dari kalian yang merasa terganggu dengan paragraf di atas akan menggerutu, “Coba deh punya pacar bayangin gimana rasanya, rintangannya, kebahagiaannya!”
Ya kali manusia cuma mendapat kebahagiaan dari dan hanya dari cinta. Kalian kan tahu sendiri, terkadang cinta bikin “penggunanya” sakit hati berkepanjangan bahkan bisa mengubah hidup 190 derajat.
Kalian ngerti nggak sih arti cinta? Pastinya bukan sembarang kata yang bisa diucapkan dengan ringan seperti saat kalian marahan sama pacar lalu berkata, “Kamu nggak cinta aku lagi.”
Lalu dibalas lagi sama si pacar, “Kamu nggak ngerti perjuanganku!”
Perjuangan yang mana dulu nih? Perjuangan nyembunyiin selingkuhan? Perjuangan membuat dua akun WhatsApp berbeda?
Yang terutama tidak saya mengerti dari orang-orang bucin adalah tingkah laku mereka yang rela menghalalkan berbagai cara agar tetap bisa bersama. Mulai dari yang paling moderat sampai yang paling radikal kayak di daftar ini.
Perilaku bucin yang tidak masuk akal #1 Rela dikekang kebebasannya
Contoh kali ini kita sebut saja X. Dia ini lucu orangnya. Ia seakan-akan tidak hidup untuk dirinya sendiri, melainkan untuk dikendalikan oleh kekuatan jahat bernama bucin yang dengan seenaknya mengatur takdirnya.
X sering berkata kepada kawannya ketika diajak hangout, “Nanti pacarku marah kalau sampai tahu. Aku nggak boleh begitu, nggak boleh begini tanpa sepengetahuannya.”
Saya tertegun. Kok bisa ya ada orang yang rela melepas kebebasan diri sendiri demi larangan pacar? Bahkan alasan di balik pelarangan tersebut tidak masuk akal. Apa pacarnya tidak tahu bahwa hak kebebasan berkumpul diatur dalam UUD 1945?
Contoh lainnya yang membuat saya gedeg adalah pasangan posesif yang tiap jam nelepon mulu, update kabar, sama siapa di sana, jumlah cewek/cowoknya berapa. Posesif gitu termasuk gangguan mental nggak sih? Misalnya OCD gitu karena pelakunya melakukan tindakan yang berulang-ulang?
Perilaku bucin yang tidak masuk akal #2 Rela menghabiskan uang untuk pacar
Contoh kali ini kita panggil Y. Ia mengenal pacarnya dari game online. Singkat cerita, mereka menjalin hubungan jarak jauh.
Y pernah mau pinjam uang kepada saya untuk membiayai kedatangan pacarnya ke kota tempat Y tinggal. Ya saya tolak. Saya pikir Y akan menyerah dan pacarnya tidak jadi berkunjung, tetapi saya salah. Beberapa hari kemudian Y update status media sosial bahwa mereka sedang memadu kasih di kota Y berada.
Sebenarnya saya tidak peduli Y menghabiskan uangnya untuk pasangan. Masalahnya, kebucinan Y sudah menyusahkan orang lain karena ia sampai merepotkan orang lain demi meminjam uang. Ini nggak masuk akal sekaligus menyebalkan. Romantis memang, saking romantisnya saya yang pelit ini lebih baik menghabiskan uang untuk diri sendiri daripada membiayai orang lain yang belum tentu akan berkorban sama atas alasan cinta. Ingat satu hal, realistislah. Kalian nggak hidup di dunianya Shakespeare.
Perilaku bucin yang tidak masuk akal #3 Rela menikah tanpa persiapan mental dan finansial yang matang
Kali ini contohnya Z, teman satu SMP saya. Kami sempat cukup lama hilang kontak dan beberapa tahun kemudian saya tahu, ia sudah menikah dan punya anak. Ternyata ia putus sekolah saat SMA karena memilih menikah.
Kalau yang seperti ini sih umum terjadi di Indonesia. Pernikahan muda masih menjadi permasalahan serius yang harus dituntaskan, atau kalau bisa diberantas karena merugikan kedua belah pihak serta dalam jangka panjang akan merugikan negara. Percaya deh!
Saya jadi ingat kampanye di media sosial yang mengajak nikah mudah agar terhindar dari zina. Sekarang saya ingin bertanya, kenapa sih makna pernikahan itu sempit banget? Seakan-akan tujuan akhir dari pernikahan itu hanyalah ingin memuaskan nafsu dan arti pernikahan itu hanya untuk melegalkan hubungan badan dua manusia?
Padahal, pernikahan itu pelik, ribet, dan perlu kesiapan mental dan finansial dua orang waras agar tidak membawa kesengsaraan untuk anak-anak mereka. Menemukan pasangan yang tepat itu bukan hanya berdasarkan kulit luarnya, seperti postingan media sosial yang agamis, hormat orang tua, dan mengasihi sesama manusia. Bukan!
Menemukan pasangan yang tepat, berkualitas, yang memahami diri kalian serta sepemikiran dan satu frekuensi satu sama lain tentulah jalan yang panjang dan untuk remaja seumuran kalian lebih baik memantaskan diri sendiri terlebih dahulu daripada ke depannya mengidap depresi karena tuntutan rumah tangga.
Sebagai penutup, jadilah bucin yang sedang-sedang saja, tidak kekurangan dan tidak pula kelebihan agar terhindar dari petaka jangka panjang.
BACA JUGA 5 Ciri-Ciri Bucin Alias Budak Cinta: Romantis, tapi Nalarnya Tipis dan tulisan Mahdayati lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.