Ada satu hal yang orang jarang tahu tentang Klaten. Kota ini punya wisata ziarah makam yang beragam. Sarjana kuburan, merapat!
Perbedaan antara kiai dan dukun adalah jika kiai diselimuti dengan nur (cahaya), sedangkan dukun diselimuti dengan nar (api). Setidaknya itulah pesan yang masih teringat jelas dari almarhum guru saya, Kiai Asyiqudin. Saya merasa harus menuliskan ini sebelum kalian terjebak pada persepsi sesat dan tidaknya ziarah kubur.
Klaten ini kota yang unik. Gara-gara diapit dua kota besar, identitas mereka seakan kabur. Sepenemuan saya, mereka lebih sering mengaku asli Solo atau Jogja. Gara-gara diapit dua kota besar itu jugalah, mereka dianggap kota mati, tempat singgah sementara, atau kota yang “bingung” karena diapit dua raksasa.
Namun, Klaten tak sepenuhnya buruk. Kota ini, adalah salah satu penghasil beras yang memenuhi stok beras nasional. Selain itu, kota ini punya banyak wisata air. Serius, banyak banget wisata air di kota ini. Perlu tulisan lain untuk mendata umbul di kota ini.
Namun, ada satu hal yang orang jarang tahu tentang Klaten. Kota ini punya wisata ziarah makam yang beragam. Bagi kalian “sarjana kuburan”, saya sarankan untuk berkunjung ke beberapa tempat ini, agar makin lengkap khazanah kalian. Tanpa berlama-lama, inilah tiga lokasi ziarah di Klaten.
Ki Ageng Gribik
Lokasi pertama yang bisa dikunjungi adalah Makam Ki Ageng Gribik. Bernama asli Wasibagno Timur yang masih keturunan Raja Majapahit, Brawijaya V. Dikenal sebagai penasihat Sultan Agung, yang juga leluhur dari Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. Lokasi makam beliau terdapat di Jatinom, Klaten.
Ketika acara haul, hampir seluruh ulama se-Jawa Tengah hadir. Sementara kegiatan rutin tahunan setiap Bulan Safar, ada upacara tradisional Yaa Qowiyyu yang sudah dilaksanakan sejak zaman Mataram Islam. Ritual ini diawali dari peristiwa pembagian kue apam oleh Ki Ageng Gribig pada 15 Sapar 1511 H.
Bagi masyarakat ahli tirakatan, manfaat ziarah ke makam Ki Ageng Gribik, salah satunya, dipercaya dapat mengangkat jabatan seseorang. Tak heran, banyak tokoh yang hendak menjabat sering berkunjung ke tempat beliau. Entah niatnya mendoakan wali atau hanya berharap menjadi pejabat negeri.
Ki Ageng Pandanaran
Tokoh berikutnya adalah Ki Ageng Pandanaran atau lebih populer disebut Sunan Bayat. Beliau dianggap sebagai bagian dari Wali Sanga generasi ketiga yang juga menjadi murid dari Sunan Kalijaga. Beliau dimakamkan di Gunung Jabalkat wilayah Desa Paseban, Bayat, Klaten, Jawa Tengah. Hal menarik ketika ziarah ke makam beliau adalah seringnya terjadi selisih jumlah anak tangga ketika dihitung waktu naik dan ketika turun.
Biografi kemasyhuran beliau bisa dibaca di internet atau buku sejarah Islam yang sudah banyak diinformasikan. Namun bagi masyarakat Klaten, faedah ziarah ke Sunan Bayat biasa diniatkan untuk material (kekayaan). Bisa dimaklumi ketika tiap malam Jumat banyak yang tidur di sekitaran makam dan menantikan kehadiran nomer togel.
Di sisi lain, makam Sunan Pandanaran merupakan lokasi ziarah yang paling banyak dikunjungi. Bahkan saya sering bertemu peziarah dari berbagai daerah seperti Jakarta, Sunda, hingga Madura.
Raden Ngabehi Ronggowarsito
Makam terakhir adalah Raden Ngabehi Ronggowarsito yang merupakan seorang pujangga legendaris. Lahir di Surakarta pada 14 Maret 1802 dari pasangan R.M Ranggawarsita II dan Mas Ajeng Ranggawarsita dengan nama asli Bagus Burhan. Ketika saya diskusi dengan juru kunci makam, Ronggowarsito punya karomah ilmu weruh sakdurunge winarah (mengetahui sebelum kejadian). Sehingga dikenal dengan karya-karya sastra yang memuat unsur kebudayaan, keagamaan, dan ramalan-ramalan masa depan.
Makam Ronggowarsito terletak di Dukuh Kebon, Palar, Trucuk, Klaten. Meski tidak seramai lokasi makam Ki Ageng Gribik dan Sunan Bayat, Ronggowarsito merupakan pelengkap ilmu kebatinan bagi masyarakat Klaten. Mereka meyakini bahwa tirakatan di makam Ronggowarsito bisa mendapatkan kesaktian.
Jadi rangkuman ketiga makam fenomenal di Klaten adalah iming-iming dunia dari jabatan (Ki Ageng Gribik), kekayaan (Ki Ageng Pandanaran), dan kesaktian (Raden Ngabehi Ronggowarsito). Anda boleh skeptis, boleh tidak, setidaknya inilah yang dipercaya banyak orang.
Namun, yang masih menjadi kegelisahan saya yang suka ziarah ke makam-makam beliau adalah tentang rahasia tanah Klaten. Mengingat Ki Ageng Gribik merupakan titisan Brawijaya V yang bermukim di Mojokerto.
Sementara Ki Ageng Pandanaran merupakan bupati pertama Semarang dan Raden Ngabehi Ronggowarsito merupakan tokoh keraton Solo. Kenapa ketiganya dimakamkan di Klaten? Kenapa memilih Klaten? Ada apa dengan Klaten?!
Penulis: Joko Yuliyanto
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Mobil Listrik untuk Keperluan Dinas, Satu Lagi Atraksi Pemerintah yang Makin Nggak Lucu