3 Kode Etik Saat Kunjungi Kerabat yang Berduka – Terminal Mojok
  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Kuliner
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Hewani
    • Personality
    • Nabati
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Kuliner
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Hewani
    • Personality
    • Nabati
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
Home Gaya Hidup Personality

3 Kode Etik Saat Kunjungi Kerabat yang Berduka

Seto Wicaksono oleh Seto Wicaksono
16 Desember 2021
0
A A
3 Kode Etik Saat Kunjungi Kerabat yang Berduka terminal mojok.co
Share on FacebookShare on Twitter

Beberapa waktu yang lewat, saya diberi kabar oleh salah satu sahabat sejak SMA bahwa bapaknya meninggal karena sakit. Momen tersebut menjadi sangat memilukan baginya. Pasalnya, sebentar lagi dia akan melangsungkan pernikahan. Tidak bisa tidak, sebagai seorang sahabat dan punya hubungan sangat dekat, tanpa ragu sedikit pun, saya langsung berkunjung ke rumah duka untuk memberi dukungan moral.

Setibanya di rumah duka, sudah ada banyak keluarga, tetangga, juga teman-teman yang hadir. Semuanya masuk secara bergiliran, saling berbagi informasi. Beberapa di antaranya melakukan berbagai hal yang sekiranya bisa membantu. Namun, tidak sedikit pula yang secara terus-menerus bertanya: apa penyebab almarhum meninggal?

Oke, jika bicara soal hak atau “hanya bertanya”, kalian mungkin akan berpikir bahwa hal ini termasuk sepele dan sudah menjadi kebiasaan sejak lama. Namun, perlu disadari juga, keluarga yang sedang berkabung, punya hak setara untuk tidak menjawab. Bukan hanya karena tidak ingin menjawab. Namun, setiap kali ada yang baru datang, selalu saja ada yang menanyakan hal serupa. Betul-betul kebiasaan yang tentu saja harus diakhiri.

Dari berbagai pengalaman yang sering saya alami selama berkunjung ke rumah duka, setidaknya, kita semua harus sadar akan kode etik tidak tertulis saat berkunjung atau mendengar kabar duka. Beberapa di antaranya sebagai berikut.


#1 Bertanya tentang penyebab anggota keluarga yang meninggal

Berhenti berpikir bahwa kita semua harus tahu segala-galanya. Untuk beberapa hal, mungkin ini cocok diaplikasikan. Namun, ini tidak sepantasnya dilakukan saat ada seorang kerabat yang sedang berkabung. Percayalah, pertanyaan tentang apa yang sebelumnya terjadi, dialami, atau sebab kemalangan tersebut, bukan hanya diajukan oleh kalian seorang. Tapi, puluhan dan bisa jadi ratusan.

Tentu hal tersebut menjadi suatu hal yang sangat melelahkan bagi seseorang atau keluarga yang sedang berduka. Apalagi sampai harus bercerita sekaligus menjelaskan hal yang sama berulang kali. Ya, ini betul-betul mengurasi emosi dan nir empati.

Saran saya, dibanding pengin tahu banget soal penyebab dari segala sesuatu yang sudah terjadi, ada baiknya merangkul terlebih dahulu. Memeluk untuk bisa berbagi emosi dan meringankan hal pelik. Atau paling tidak, memposisikan diri sebagai pendengar yang baik.

#2 Nggak perlu menggali tentang firasat yang dialami atau dirasakan sebelumnya

Kebiasaan menyebalkan berikutnya yang acap kali dilakukan adalah menggali tentang firasat seseorang yang sedang berduka. Pertanyaannya adalah: untuk apa?

Pertanyaan seperti, “Sebelumnya ada feeling apa gitu nggak, sih?” atau “Sebelum meninggal, almarhum sempat nyampein sesuatu nggak? Apa aja yang dilakuin?” seakan menjadi hal lumrah dan patut diajukan kepada anggota keluarga yang berkabung.

Sekali lagi, buat apa, Sobat?

Coba tanyakan kepada diri kalian masing-masing. Apa tujuan dari mengajukan pertanyaan tersebut? Begini. Hal semacam ini berpotensi menambah luka seseorang atau keluarga yang sedang berduka. Jadi, kurang-kurangin, lah. Atau, lebih bagus kalau dihilangkan aja.

Kecuali, orang yang sedang berduka sedang ingin bercerita. Ingat: posisikan diri sebagai pendengar yang baik, bukan malah sok-sokan jadi investigator.

#3 Dibanding terlalu banyak bertanya dan berfirasat, lebih baik menawarkan bantuan

Hal yang sering kali dilupakan pada saat ada kabar duka adalah menawarkan bantuan atau pertolongan. Sekiranya, apa yang bisa dilakukan untuk meringankan kesulitan yang sedang dihadapi oleh yang bersangkutan.

Sederhananya, di situasi tersebut, siapa pun akan merasa lebih diringankan bebannya jika ada aksi nyata dari orang di sekitar. Bukan hanya berkomentar. Apalagi jika mengajukan pertanyaan tanpa empati dengan tidak memposisikan diri sebagai lawan bicara.

Hal ini rasanya semakin valid ketika sahabat saya yang sedang berduka akhirnya mengeluh, “Rasanya capek, lagi berduka, tapi harus meladeni segala pertanyaan tentang apa yang menyebabkan bapak meninggal. Sekali-dua kali oke, tapi kalau seharian capek. Bikin sedih juga. Makin keingetan almarhum bapak.”

Pernyataan tersebut, tidak bisa tidak, cukup menohok bagi saya dan teman lainnya. Sekaligus menjadi pengingat berharga buat kami. Kalau ada kerabat yang sedang kesusahan atau kemalangan, sebaik-baiknya pertanyaan yang diajukan adalah, “Ada yang bisa dibantu?” Atau sekalian saja sampaikan, “Kalau butuh bantuan, segera kabari, ya.”

Percayalah, ketiga hal tersebut sangat penting dan sudah sebaiknya menjadi bagian dari softskill dalam bersosialisasi. Dalam kondisi serupa, alih-alih kepo, lebih baik menawarkan bantuan atau sesuatu yang bisa dilakukan untuk meringankan beban.

Sumber Gambar: Unsplash


Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 15 Desember 2021 oleh

Tags: belasungkawaduka citakode etik
Seto Wicaksono

Seto Wicaksono

Kelahiran 20 Juli. Fans Liverpool FC. Lulusan Psikologi Universitas Gunadarma. Seorang Suami, Ayah, dan Recruiter di suatu perusahaan.

Artikel Lainnya

KPK penilapan duit bansos koruptor jaksa pinangki cinta laura pejabat boros buang-buang anggaran tersangka korupsi korupsi tidak bisa dibenarkan mojok

Putusan Sidang Kode Etik Wakil Ketua KPK: Mengharap Rasa Malu dalam Drama yang Belum Berlalu

4 September 2021
Sebut Orang yang Copy Paste Ucapan Duka Cita Nggak Tulus, Itu Sotoy Namanya! terminal mojok.co

Sebut Orang yang Copy Paste Ucapan Duka Cita Nggak Tulus, Itu Sotoy Namanya!

11 Juli 2021
Apa Susahnya Beri Ucapan Duka Cita Tanpa Copy Paste Ucapan Orang Lain? terminal mojok.co

Apa Susahnya Beri Ucapan Duka Cita Tanpa Copy Paste Ucapan Orang Lain?

9 Juli 2021
Hierarki Penyebutan Orang Meninggal dalam Bahasa Jawa

Kematian Orang Kaya yang Dikomentari ‘Harta Tidak Dibawa Mati’ Itu Ngeselin

4 November 2020
Mengapa Masih Saja Ada Politisi yang Numpang Memasarkan Dirinya Lewat Ucapan Belasungkawa?

Mengapa Masih Saja Ada Politisi yang Numpang Memasarkan Dirinya Lewat Ucapan Belasungkawa?

20 Februari 2020
Pos Selanjutnya
5 Tempat Wisata Tersembunyi di Kabupaten Ponorogo terminal mojok.co

5 Tempat Wisata Tersembunyi di Kabupaten Ponorogo

Komentar post

Terpopuler Sepekan

Warga Ibu Kota, Nggak Perlu Nyinyir kalau Orang Daerah Antre Mie Gacoan Terminal Mojok.co

Warga Ibu Kota, Nggak Perlu Nyinyir kalau Orang Daerah Antre Mie Gacoan

18 Mei 2022
4 Alasan Surabaya Nggak Bisa Diromantisasi Layaknya Jogja Terminal Mojok.co

4 Alasan Surabaya Nggak Bisa Diromantisasi Layaknya Jogja

19 Mei 2022
10 Lagu Bahasa Inggris dengan Lirik yang Mudah Dihafal dan Dinyanyikan Terminal Mojok

10 Lagu Bahasa Inggris dengan Lirik yang Mudah Dihafal dan Dinyanyikan

2 Januari 2022
Harapan untuk 'Gubernur Baru' Jogja yang Akan Dilantik

Harapan untuk ‘Gubernur Baru’ Jogja yang Akan Dilantik

22 Mei 2022
Rekomendasi 5 Drama Korea Makjang Terbaik Sepanjang Masa Terminal Mojok

Rekomendasi 5 Drama Korea Makjang Terbaik Sepanjang Masa

17 Mei 2022
5 Hal Konyol yang Bisa Kalian Temukan di Jalanan Kota Surabaya Terminal Mojok.co

5 Hal Konyol yang Bisa Kalian Temukan di Jalanan Kota Surabaya

23 Mei 2022
3 Kode Etik Saat Kunjungi Kerabat yang Berduka terminal mojok.co

3 Kode Etik Saat Kunjungi Kerabat yang Berduka

16 Desember 2021

Dari MOJOK

  • UGM akan Bangun GIK, Pengganti Gelanggang Mahasiswa
    by Yvesta Ayu on 24 Mei 2022
  • Menelusuri Sejarah Rowo Bayu yang Diduga Jadi Lokasi Asli KKN Desa Penari
    by Fareh Hariyanto on 24 Mei 2022
  • Mobil Listrik Makin Nggak Menarik ketika Tarif Dasar Listrik Bakal Naik
    by Christian Evan Chandra on 24 Mei 2022
  • Muncul Sinyalemen Dukungan dari Jokowi, Ganjar Pranowo Nggak Mau Kegeeran
    by Yvesta Ayu on 23 Mei 2022
  • Affandi dalam Pusaran Bulan Mei dan PKI
    by Ali Ma'ruf on 23 Mei 2022

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=GwazDvZPZ_Q&t=619s

Subscribe Newsletter

* indicates required

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
DMCA.com Protection Status

© 2022 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Gaya Hidup
    • Cerita Cinta
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Kuliner
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Luar Negeri
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2022 Mojok.co - All Rights Reserved .

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In