Kebiasaan pergi ke bank baru saya lakukan lima tahun terakhir karena saya bukan termasuk orang yang gemar menabung di bank. Sedari kecil saya sudah terbiasa menabung di botol bekas soda yang berukuran dua liter. Kalau bukan karena tuntutan pekerjaan yang mewajibkan punya rekening bank, saya mungkin tidak akan mondar-mandir ke bank. Walaupun saya sudah sering pergi ke bank, ada saja kejadian memalukan dan tak terduga saat sedang antre di customer service maupun teller.
Berikut ini saya akan jabarkan apa saja tiga kejadian memalukan yang pernah saya alami saat berada di bank.
Kejadian memalukan di bank #1 Nggak bisa buka tong sampah
Pengalaman ini saya dapat saat pertama kali masuk bank. Kira-kira lima tahun lalu pada saat saya mengambil gaji pertama. Sambil menunggu antrean, saya sempatkan makan camilan Rp500-an yang saya bawa di dalam tas cangklong. Setelah habis, saya putuskan untuk langsung membuangnya di tong sampah. Sudah tengok kanan kiri, saya tidak berhasil menemukan tong sampah. Daripada bingung, saya bertanya dengan satpam yang berdiri tepat di depan pintu utama.
Satpam menunjukkan bahwa tong sampah berada di pojok kanan teller nomor empat. Saya langsung berjalan menuju tong sampah. Setelah sampai, kebingungan kembali melanda. Bagaimana cara membuka tong sampahnya? Maklum, di rumah tong sampah saya terbuat dari kardus bekas atau paling bagus dari ban bekas subsidi RT.
Satpam yang tadi menunjukkan tong sampah, tiba-tiba muncul di belakang saya. Kaki kirinya menginjak bagian bawah tong sampah. Ajaib, tiba-tiba tong sampah terbuka dengan sendirinya. Saya girang. Satpam heran. “Begini ya mbak cara membukanya.” katanya. Sambil menahan malu saya mengucapkan terima kasih dan beranjak pergi menuju ke antrean semula.
Kejadian memalukan di bank #2 Dimarahin simbah-simbah karena kelewatan nomor antrean
Kelewatan nomor antrean pasti dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor penyebabnya adalah keadaan bank yang sedang rame-ramenya. Banyak orang yang memutuskan untuk mengambil nomor antrean dulu lalu pergi dan kembali pada saat mendekati nomor antrean dipanggil. Saya juga melakukan hal yang sama. Bukan karena malas menunggu, tapi pada saat itu saya kebelet buang air. Ingin ke kamar mandi, keadaannya pun ramai. Saya putuskan untuk pergi ke masjid terdekat.
Setelah saya kembali ke bank, ternyata nomor antrean saya sudah terlewat. Saya putuskan untuk lapor ke satpam. Satpam menyarankan untuk langsung menuju ke customer service saja (pada saat itu tujuan saya ke customer service). Dengan percaya diri saya pun langsung menuju ke tempat customer service.
Di tengah perjalanan, tiba-tiba ada orang yang seusia simbah saya langsung marah-marah. Dengan suara lantang, beliau bilang bahwa saya anak muda yang tidak punya etika. Seenaknya saja nyerobot antrean orang lain. Tidak punya malu. Bla bla bla. Saya tidak berani membalas omongan simbah tersebut. Saya menunduk. Saya masih punya malu. Saya putuskan untuk mundur sambil memegang kertas nomor antrean yang sebenarnya beda dua nomor lebih dulu dari kepunyaan simbah tadi. Sambil shock, saya kembali menuju ke satpam. Tanpa disuruh, sang satpam langsung memberikan nomor antrean ke customer service. Maaf, dimulai dari nol ya kak. Apes.
Kejadian memalukan di bank #3 Mau ambil permen tapi ternyata habis
Salah satu bukti bank menyediakan pelayanan prima untuk para nasabah adalah adanya permen yang diletakkan di meja depan customer service dan teller. Tujuan bank sangat baik yaitu agar bisa mengurangi kejenuhan nasabah saat sedang antre dengan makan permen. Hal itu sering saya lakukan. Selain untuk mengusir kebosanan saat antre, makan permen juga bisa menambah kepercayaan diri saat ngobrol dengan customer service atau teller. Biar nggak bau mulut.
Ketika bank sedang rame-ramenya, keberadaan permen pasti menjadi incaran empuk bagi para nasabah. Pada saat itu, saya sedang antre di bagian customer service. Sudah hampir satu jam saya menunggu panggilan nomor antrean. Kebiasaan saya yang selalu mengambil permen otomatis saya lakukan. Saya lihat kanan kiri, ternyata hampir semua wadah permen baik di meja customer service maupun teller sudah habis. Hanya tersisa satu di depan meja teller paling pojok.
Saya berjalan santai dengan harapan itu adalah permen yang ditakdirkan Tuhan untuk menjadi rezeki saya. Ternyata, permen yang menjadi dambaan hanya tinggal bungkusnya. Petugas teller yang ada di depan saya langsung senyum kecut. Saya membalas senyumannya sambil menahan malu. Apakah ini yang dinamakan prank?
Itulah pengalaman kejadian memalukan saya saat berada di bank. Mungkin ada yang mengalami kejadian serupa? Kalau tidak kalian yang mengalaminya sendiri, pasti pernah dong melihat orang lain yang mengalami kejadian seperti itu. Saran saja sih. Jangan pernah diketawain. Minimal ikut prihatin saja. Siapa tahu besok-besok kejadian memalukan itu pindah menimpa kalian. Bukankah hidup itu sawang sinawang?
BACA JUGA 4 Tipe Mahasiswa Unik yang Bisa Ditemukan di Kelas Sore dan tulisan Istiqomah lainnya.