Sebagai seseorang yang lahir dan besar di desa, rumah saya sudah sering kedatangan sales-sales yang menjajakan barang dagangannya. Mulai dari sales perpancian, alat elektronik, dan alat kesehatan, semua sales mempunyai cara yang hampir sama, yaitu dengan cara door-to-door, berjualan menawarkan produknya ke rumah-rumah warga.
Sales alat memasak misalnya, selama saya hidup cara promosi sales alat memasak yang di desa-desa selalu sama, yaitu mendatangi rumah warga yang terasnya luas untuk dijadikan tempat demo memasak. Pemilihan rumah yang terasnya luas bukan tanpa alasan. Berdasarkan observasi kecil-kecilan saya rumah yang terasnya luas akan memudahkan si sales untuk melakukan demo masak karena akan lebih leluasa dan lincah saat memasak dan juga lebih mudah terlihat oleh warga lain sehingga akan menarik banyak peminat.
Namun, tidak jarang juga saya temui sales yang tidak memilih teras luas namun memilih rumah yang besar karena si sales hendak melakukan demo masak di dalam rumah. Kemungkinan karena cuaca yang berangin sehingga berpotensi mengganggu proses memasak. Biasanya nih menu yang dimasak nggak jauh-jauh dari roti bolu, roti kukus, jus, es krim dan sebagainya yang nggak terlalu ribet. Dan enaknya kalau ada sales ini selalu dapat makanan gratis hasil demo masak, hehehe.
Sales alat memasak juga biasanya menawarkan sistem kredit. Jadi kalau ada ibu-ibu yang tertarik dengan barang yang dijualnya maka akan diberikan pilihan mau dibayar lunas atau kredit. Dan kebanyakan ibu-ibu akan memilih kredit karena ya banyak kebutuhan lain yang harus dipenuhi selain beli panci antigores atau alat presto yang bisa melunakkan hati yang keras. Amazing.
Sales lain yang tidak kalah saing adalah sales alat elektronik. Sales jenis ini biasanya juga beda tipis dengan sales panci. Menawarkan barang dari rumah ke rumah dengan salam hangat dan seolah membawa solusi dari segala permasalahan hidup. Ibu saya salah satu contoh ibu-ibu yang terpesona dengan omongan sales elektronik ini. Jadi waktu itu ada sales yang datang ke rumah dan memberikan brosur yang berisikan barang-barang elektronik kekinian. Ibu saya kepincut sama blender yang katanya serbaguna banget.
Blender tersebut digadang-gadang dapat digunakan untuk banyak keperluan seperti (of course) memblender entah itu jus, es batu, atau bumbu, dapat membuat santan tanpa ampas, dapat mengiris sayur jadi super tipis, menggiling daging jadi pentol, membuat es krim dan kegunaan lain yang super sekali. Namanya ibu-ibu dikasih tahu alat yang manfaatnya sangat banyak ya pasti tergiur dong buat beli padahal saat itu posisinya sudah punya blender loh meskipun cuma blender biasa.
Setelah sudah dibeli, nyoba kan akhirnya buat giling daging. Hasilnya ternyata nggak selembut penggiling daging padahal ekspektasi sudah tinggi banget. Akhirnya sekarang ya blendernya cuma buat ngejus, bikin bumbu, dan sebagainya. Dipakai kayak blender biasa.
Sales terakhir ini nih yang bikin saya sering kesel, sales alat kesehatan. Cara sales alat kesehatan menjual produknya yang sering saya temui adalah dengan mengadakan cek kesehatan gratis. Jadi ada anggota tim sales yang bagi-bagi semacam tiket cek kesehatan gratis, biasanya kertas fotokopian gitu dipotong jadi kecil-kecil terus dikasih ke Pak RT buat dibagiin ke warga biar pada percaya kalau ada cek kesehatan gratis.
Biasanya yang datang ke acara cek kesehatan gratis itu ibu-ibu atau bapak-bapak yang memang sudah lumayan sepuh dan punya keluhan penyakit. Orang desa yang notabene banyak orang polosnya ya bakal percaya-percaya saja kalau ada yang mengadakan cek kesehatan gratis dengan harapan akan diberi pengobatan gratis dan dapat menyembuhkan penyakitnya.
Di balik nama “cek kesehatan gratis” ternyata tujuan utamanya adalah jualan. Ya orang-orang tua pada nggak tahu dong, wong dikasih tahunya cek kesehatan bukan jualan alat kesehatan. Ya kalau alat yang dijualnya memang benar-benar memberi manfaat, lah ini? Hmmm, boro-boro.
Lagi-lagi orang tua saya sendiri pernah termakan omongan si sales alat kesehatan ini. Dapat tiket cek kesehatan gratis dan seneng dong akhirnya datang ke lokasi. Waktu itu di rumah Pak RT dan setelah dicek kesehatan disuruh beli alat pijat gitu. Namanya orang tua polos, diomongin sama sales yang pinter ngomong ya diiyain, disuruh beli ya mau. Harganya 100 ribuan setelah saya cek di Shopee rata-rata dijual dengan harga cuma 30 ribuan. Jauh banget bedanya.
Dear sales alat kesehatan yang biasa promosi ke desa-desa, sah-sah saja jualan tapi mbok ya jangan ngomongnya cek kesehatan gratis dong. Kasihan yang punya harapan tinggi sama cek kesehatan itu tadi. Dan kalau ngasih harga yang sewajarnya, apalagi ini targetnya orang desa yang penghasilannya nggak seberapa akhirnya pada ngutang buat beli alat yang sebenernya nggak perlu-perlu banget. Orang-orang tua yang punya niat ingin mengobati penyakit akhirnya bela-belain buat beli alat yang kalau menurut saya nggak begitu berguna, kasihan tahu.
BACA JUGA Krim Abal-abal: Murah, Beda, dan Berbahaya dan tulisan lainnya dari Durrotul Ainia.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.