Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

3 Hal yang Sering Banget Diungkit sama Mama Papa Kita Zaman Dulu

Primasari N Dewi oleh Primasari N Dewi
10 Juli 2021
A A
3 Hal yang Sering Banget Diungkit sama Mama Papa Kita Zaman Dulu terminal mojok.co

3 Hal yang Sering Banget Diungkit sama Mama Papa Kita Zaman Dulu terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

“Ah, Mama itu sering banget ngungkit yang dulu-dulu. Realistis dong, Ma, kita hidup di zaman sekarang.” Hahaha sering kali kita menjawab begitu kalau Mama Papa ngomongin zaman dulu sekadar untuk menasihati supaya kita nggak begini nggak begitu. Sebel sih, tapi kok kadang ada benernya juga, ya.

Pokoknya kalau nanti punya anak, nggak mau lah begitu ke anak sendiri. Eh tapi, baru beranak satu saja sudah mulai itu drama. Kalau anak mulai sedikit bertingkah dan minta macem-macem, keluar juga itu jurus, “Mama itu dulu….”

#1 Mama Papa itu dulu susah

“Papa itu dulu hidupnya susah. Berangkat kuliah harus gowes dari barat jembatan Bantar sampai UIN dekat bandara sana. PP 50 km itu sudah biasa. Nggak dikasih uang saku sama Simbah.”

Benar saja sih, tahun 70-an punya sepeda motor itu istimewa, sepeda itu biasa. Tingkat perekonomian penduduk Indonesia masih rendah. Hanya orang kaya yang bisa menyekolahkan anaknya sampai sarjana. Menjadi sarjana juga masih istimewa dan biasanya belum lulus pun sudah diajak kerja di dinas atau tempat elite lainnya. Oleh karena itu, di film Warkop DKI pun juga ada adegan Dono yang diantar orang satu kampung karena mau kuliah ke Jakarta. Se-istimewa itu.

“Mama itu dulu harus prihatin. Mau makan ayam saja harus nunggu telor jadi ayam dulu, kalau sudah besar baru bisa disembelih. Makan bareng rebutan sama saudara-saudara.”

Biasanya Mama Papa kita saudaranya banyak. Tujuh bersaudara itu hitungannya masih sedikit. Lantaran bersaudara banyak ini pula, harus mau gantian ini itu. Baju, sepatu, dan tas gantian itu sudah biasa juga.

Buat anak zaman sekarang mungkin sedikit susah membayangkan kalau makan ayam itu harus melihara dulu. Atau mau ngumpulin tugas ke dosen harus ketik jari satu per satu di mesin tik berisik itu dan susah edit karena salah satu saja harus ganti kertas lagi. Nggak mashoook….

Soalnya kebiasaan yang terjadi sekarang, pesan aplikasi saja ngeeeng, ayam goreng langsung datang. Sesuai aplikasi, ya?

Baca Juga:

Dancow Campur Energen Cokelat, Tips Menaikkan Berat Badan yang Sesat!

Alasan Mengapa Anak Madura yang Kuliah di Jakarta Lebih Sulit Menemukan Pasangan ketimbang yang Kuliah di Jogja

#2 Kakek Nenek itu lebih galak

“Kakek Nenek itu jauuuh lebih galak dibanding Mama Papa. Kalau nggak percaya, tanya saja sama Kakek Nenek.”

Mama Papa generasi 80-an sudah terbiasa dengan didikan keras dari orang tua. Di sekolah pun kalau berulah pasti akan langsung dipukul rotan, dilempar penghapus, dicoret pakai kapur sama guru. Harus bangun pagi sebelum ayam jantan berkokok dan mau membantu orang tua. Makan nasi harus habis tanpa sisa.

Kenapa Kakek Nenek dulu mendidik anaknya sangat keras?

Memang ada kemungkinan masih terbawa suasana penjajahan. Atau memang hidup yang sulit sehingga membuat orang harus terbiasa prihatin.

Selain galak, orang tua dulu juga menasihati anaknya dengan mitos-mitos, seperti makan harus habis kalau nggak ayamnya mati. Dulu hampir semua rumah tangga melihara ayam, jadi kalau ada yang mati nggak bisa dijual dan dapat uang. Khusus perempuan pun ada, “Kalau nyapu nggak bersih nanti suaminya brewokan” atau “kalau duduk di depan pintu susah dapat jodoh”. Kalau diingatkan mitos begitu, sudah auto patuh, deh, nggak perlu tanya dan membantah ini itu.

Beda sama anak zaman sekarang, dikasih tahu mitos begituan dijawab saja nggak melihara ayam lah, nggak pakai sapu kok pakainya penyedot debu lah, jodoh itu di tangan Tuhan bukan di depan pintu lah. Ada saja lah cara ngelesnya. Padahal tujuan utama menasihati dengan mitos itu kan makna tersiratnya, bukan makna tersurat dari mitos itu.

Poin bahwa “makan itu harus habis dan tidak boleh mubazir”, “menyapu itu harus bersih”, “duduk di depan itu menghalangi orang mau lewat” adalah yang sebenarnya ingin disampaikan. Ini seru sih karena di negara lain pun ada beginian juga ya.

Awas lho dapat suami brewokan. Kalau macam David Beckham, sih, saya mau saja, ya.

#3 Mama itu dulu pas sekolah banyak yang naksir

Ini andalan Mama Papa banget kalau ngomongin soal kisah cinta zaman mudanya dulu. “Mama itu dulu pas sekolah banyak yang naksir karena Mama cantik, nggak tahu itu kenapa dulu Mama mau sama Papa kamu.” Ya memang jodohnya Mama itu Papa kaleeee. Papa pun nggak mau kalah juga ceritanya. Saya yang dengerin cuma bisa mesam-mesem.

Kalau ngomongin ini, kita bisa lihat dari film Warkop DKI lah. So related banget. Cantik bening dikit, mah, udah disuit-suit sana-sini. Dilirik semua laki-laki. Fashion gaul dikit, mah, langsung ada yang mendekati. Dibilang I love you. Kata Mama, lho.

Mama juga suka banget ngomongin kalau badannya dulu langsing. Baju nikahannya Mama saja sudah bisa muat saya pakai pas SMP coba.

Kalau nasihatin, “Kamu itu diet dan jaga tubuh, 55 kilo itu dulu Mama pas hamil anak ke-3 lho.” Padahal sini makannya juga dikit banget, tapi memang dasar tubuh sehat dan gizi baik sih ya, makan dikit langsung geser itu jarum timbangan.

Namun, ngomongin soal langsing ini, memang orang zaman dulu langsing kurusan begitu. Di foto-foto jadul orangnya tinggi-tinggi semampai begitu. Pakai celana cutbray, rambut kribo. Ya ampuuun. Dulu makanan juga nggak sebanyak dan sevariasi sekarang, sih, ya. Nggak ada boba, pasta, dan junkfood lainnya. Bisa jadi kurang bergizi juga. Saudaranya banyak dan keluarga tak mampu makan istimewa. Makannya seadanya saja yang penting kenyang dan bisa tidur nyenyak.

Atau mungkin juga orang zaman dulu banyak gerak karena ke mana-mana harus jalan kaki atau gowes. Nggak kaya sekarang, beli gorengan depan gang saja pakai motor. Ngeeeng.

“Belum nikah saja, kamu BB-nya sudah segitu. Awas nanti nggak laku.”

Hah nggak laku? Memang apaan.

Tapi Mama pernah cerita, sih, betapa kejamnya stigma masyarakat kalau perempuan dulu nggak atau terlambat nikah. Dibilang perawan tua lah. Dibandingin sama teman-temannya yang sudah beranak lima lah. Persaingan ketat sampai bikin frustasi. Beda sama zaman sekarang karena banyak temannya yang nikah agak terlambat atau memang memilih nggak nikah, jadinya santai saja, sih.

Atau bisa jadi Mama bercerita kisah mudanya itu untuk ngasih tahu agar kita menjadi anak yang berakhlak baik dan bisa merawat tubuh. Biar kita juga dapat jodoh yang baik dan hidup bahagia seperti dirinya karena punya anak unyu-unyu kaya kita. Aseeek. Peluk, Ma….

BACA JUGA Papa, Mama, Kalian Sadar Nggak sih Overprotektif Itu Mematikan Bakat Kami? dan tulisan Primasari N Dewi lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 6 Oktober 2021 oleh

Tags: berat badanjodohMamaPapaPojok Tubir Terminal
Primasari N Dewi

Primasari N Dewi

Guru bahasa Jepang tapi suka drakor.

ArtikelTerkait

Dapetin Skor TOEFL 550 Nggak Susah kalau Kamu Tau Triknya!

24 Mei 2021
Nolak Ikutan Kampanye Vaksin dengan Alasan Consent Itu Sungguh Ramashok! terminal mojok.co

Nolak Ikutan Kampanye Vaksin dengan Alasan Consent Itu Sungguh Ramashok!

30 Juli 2021
Pengalaman Ikut Swab Test Antigen Drive Thru, Nggak Ribet walau Agak Deg-degan terminal mojok.co

Mencoba Memahami Warga Madura yang Menolak Swab Gratis

24 Juni 2021
31 negara mencekal pelancong dari indonesia mojok

Kalau Pak Luhut Bilang Penanganan Pandemi Itu Terkendali, Terus Kenapa 31 Negara Mencekal Pelancong dari Indonesia?

14 Juli 2021
Jokowi Cinematic Universe yang Saya Cintai dan Dinanti Kelanjutannya terminal mojok.co

Jokowi Cinematic Universe yang Saya Cintai dan Nantikan Kelanjutannya

31 Juli 2021
Anak Madura Mudah Dapat Jodoh di Jogja ketimbang Jakarta

Alasan Mengapa Anak Madura yang Kuliah di Jakarta Lebih Sulit Menemukan Pasangan ketimbang yang Kuliah di Jogja

3 Agustus 2025
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

24 Desember 2025
Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025
6 Rekomendasi Tontonan Netflix untuk Kamu yang Mager Keluar Rumah Saat Liburan Tahun Baru Mojok.co

6 Rekomendasi Tontonan Netflix untuk Kamu yang Mager Keluar Rumah Saat Liburan Tahun Baru

27 Desember 2025
Garut Bukan Cuma Dodol, tapi Juga Tempat Pelarian Hati dan Ruang Terbaik untuk Menyendiri

Garut Itu Luas, Malu Sama Julukan Swiss Van Java kalau Hotel Cuma Numpuk di Cipanas

23 Desember 2025
Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.