Beberapa hari ini ramai pemberitaan mengenai iklan lowongan kerja yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi DKI Jakarta. Atau kita singkat saja dengan Disparekraf Jakarta. Banyak yang menyoroti isi dari iklan loker tersebut. Wabil khusus, perkara persyaratan atas kepemilikan alat kerja tertentu yang dianggap spesifikasinya tinggi.
Meskipun DKI Jakarta sudah terbiasa menangani banjir kiriman, sepertinya mereka belum terbiasa mewadahi banjir kritikan. Padahal menurut saya iklan loker ini sudah sepatutnya diapresiasi besar-besaran. Setidaknya ada tiga alasana kuat untuk itu.
Daftar Isi
Pemerintah sudah mulai aware terhadap peningkatan kualitas peralatan kerja
Sehebat-hebatnya Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi, kalau mereka tidak didukung oleh sepatu yang mumpuni, bisa jadi performa mereka akan menurun. Disparekraf Jakarta tahu betul hal ini. Mereka tidak ingin nanti tim rekrutan baru tidak optimal kinerjanya hanya karena perkara peralatan. Tetapi jika fokus pada peralatan kerja saja, maka ada potensi ketidakcocokan antara pengguna dengan alatnya.
Oleh karena itu, mereka melakukan terobosan yang sangat luar biasa. Jika yang dibutuhkan tidak hanya talenta terbaik, tetapi juga peralatan kerjanya, kenapa tidak keduanya?
Tunggu dulu, bukankah peralatan dan perlengkapan kerja adalah kewajiban perusahaan? Pernyataan itu tidak salah, tetapi kurang cerdik. Yang cerdik dong jadi pengayom masyarakat! Ibarat pepatah, sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Itulah yang mungkin sedang dilakukan oleh Disparekraf Jakarta.
Anggaran yang dialokasikan untuk peningkatan kuantitas dan kualitas peralatan kerja bisa jadi dialihkan ke hal lain yang lebih penting. Kunjungan kerja misalnya. Atau rapat koordinasi, rapat pembentukan panitia rapat koordinasi, dan rapat pembubaran panitia rapat koordinasi. Di masa depan, strategi ini bisa diduplikasi oleh dinas lain. Misalnya pelamar tenaga ahli kebersihan harus memiliki sapu terbang, atau tenaga ahli perkulineran harus punya Le Spatula.
Kompetensi tetap menjadi pilihan utama Disparekraf Jakarta
Dalam berita yang saya simak dari portal berita nasional, Kepala Disparekraf DKI Jakarta menyebutkan bahwa pihaknya tetap akan mengutamakan keahlian di atas kepemilikan perangkat ketika menyaring pelamar. Ini adalah pernyataan yang jelas-jelas menggembirakan rakyat. Di tengah hiruk-pikuk isu orang dalam di proses rekrutmen di hampir semua lini instansi pemerintahan, Kepala Disparekraf DKI Jakarta muncul menjawab semua keraguan masyarakat.
Blio membuktikan bahwa proses rekrutmen di dinasnya, dikerjakan dengan profesional. Di luar viralnya berita ini dengan segala kontroversinya, mau bagaimanapun kita harus angkat topi terhadap sikap blio. Bahwa alat secanggih apa pun, tetap tidak berarti apa-apa jika penggunanya tidak memiliki kompetensi yang memadai.
Dengan ini, masyarakat Jakarta dalam waktu dekat pasti akan menikmati kemajuan luar biasa dari kinerja tenaga-tenaga ahli hasil rekrutmen yang kita semua perhatikan dengan saksama ini.
Berniat untuk tetap produktif di akhir pekan
Sebagian besar dari kita umumnya enggan berurusan dengan instansi pemerintah jika tidak perlu-perlu amat. Apalagi jika urusannya mendekati akhir pekan. Jangankan Sabtu, hari Jumat aja kita merasakan perbedaan tingkat pelayanan yang signifikan.
Berbeda dengan dinas yang lain, Disparekraf DKI Jakarta terang-terangan dalam iklan lowker tersebut mencari kandidat yang siap bekerja di akhir pekan. Tentu ini merupakan langkah yang cerdas, tangkas, dan trengginas. Mereka tahu betul bahwa pada hakikatnya, tidak ada hari libur dalam sebuah pekerjaan. Apalagi pekerjaan yang melayani dan mendukung kepentingan masyarakat.
Perkara siapa nanti yang ditugaskan di akhir pekan, itu sudah bukan ranah kita lagi untuk diperbincangkan. Mereka kan bekerja sebagai tim. Siapa pun yang mendapat tugas di akhir pekan pastilah yang junior sudah ditentukan aturannya. Toh, sebagai masyarakat yang penting kita menikmati hasil kerjanya, bukan?
Bravo, Disparekraf DKI Jakarta! Nggak usah dengerin haterz di luar sana. Meskipun langkahmu lumayan bikin kaget, tapi, tetep gas!
Penulis: Mohammad Ibnu Haq
Editor: Rizky Prasetya