Pengalaman menggunakan lift yang menurut saya menyeramkan
Dahulu, Lippo Plaza Jogja terkenal karena rooftop-nya, yakni Seven Sky, tempat nongkrong bagi anak-anak muda yang terkadang juga diramaikan oleh live music. Ketika hendak menuju ke sana, pengunjung diarahkan terlebih dulu naik lift yang berbeda, semacam lift barang dengan kapasitas lebih luas, yang memang menuju ke atas.
Setelah beberapa tahun, saya dan teman-teman ingin menengok Seven Sky lagi dan seingat kami, jalan satu-satunya memang hanya menaiki lift barang tersebut. Namun sesaat setelah lift terbuka, kami hanya saling pandang, menunggu beberapa detik, dan nggak ada satu orang pun yang akan ikut bersama kami.
Jelas dong daripada suasananya mencekam, saya dan teman-teman mengurungkan niat naik ke Seven Sky. Toh, letak lift barang ini juga sedikit ke belakang.
Ternyata setelah saya membaca ulang informasi di lift, ternyata lift yang umum dipakai pengunjung sudah bisa menjangkau Seven Sky. Hmmm, dasarnya memang kami agak kurang up-to-date.
Akan tetapi dibandingkan dengan mall lain yang ada di Jogja, lift Lippo Plaza Jogja terkesan lebih sempit. Walaupun memang lift ini bisa saya nobatkan sebagai lift termulus, karena kesan naik dan turunnya nggak terlalu menimbulkan guncangan.
Saya kira itu tiga hal yang membuat saya dan teman-teman malas ke Lippo Plaza Jogja. Ini malas, lho, ya bukan nggak mau sama sekali untuk pergi ke sana. Saya kira tiga hal tadi dapat dibenahi pihak pengelola mall sehingga membuat Lippo Plaza Jogja lebih menarik lagi. Kalau nggak dibenahi, bisa-bisa mall ini kalah saing dengan mall lain yang menghimpit daerahnya seperti Ambarrukmo Plaza dan Pakuwon Mall Jogja, kan.
Penulis: Cindy Gunawan
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Nasib Mall Lippo Plaza Jogja yang Hidup Segan Mati Tak Mau.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.