Saya pernah pergi ke rumah kerabat yang rumahnya lebih luas 5 kali lipat dari rumah yang saat ini saya tinggali. Sudah luas, dua lantai pula. Sepintas memang menyenangkan. Setidaknya nggak perlu geser-geser sofa kalau mau gelar tikar untuk acara arisan RT. Mengkandangkan motor dan teman-temannya juga lebih leluasa. Lha, garasinya saja sama ruang tamu saya lebih guedhe garasi dia, kok. Tapi ternyata eh ternyata, rumah besar kalau penataannya nggak oke bisa berabe. Alih-alih pandangan jadi semakin luas, yang terlihat mata justru kesemrawutan di mana-mana. Yang paling terlihat dari kasus rumah kerabat saya itu adalah bagian dapur.
Untuk ukuran rumah yang kerabat saya miliki, dapur di rumahnya termasuk dapur yang mungil. Ukurannya sekira 3×4 meter saja. Nggak jauh berbeda dengan ukuran dapur saya. Tapi kalau soal kerapian yang menjadi bidan dari lahirnya kenyamanan dan keluasan pandang, malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya~
Sungguh. Melihat dapur milik kerabat saya kala itu membuat jiwa saya meronta-ronta. Ingin rasanya merapikan sudut demi sudut dan membuang pritilan-pritilan yang sebenarnya tak perlu dan hanya menciptakan efek semrawut. Tapi yo saru. Rumah orang kok diobok-obok. Padahal rahasia dapur mungil biar tetap cantik itu sebenarnya simple.
Pertama, pemilihan perabot yang tepat. Dulu, rak piring yang saya miliki adalah rak piring model terbuka, warisan dari mertua. Itu, loh, rak piring stainless yang cangklong-able. Jadi misalnya selesai cuci piring, gelas dan kawan-kawannya tinggal dicangklong-cangklongin saja. Setelah rak piring tersebut nggak lagi mampu menjalankan tugasnya, saya ganti dengan rak piring yang model tertutup, mirip lemari.
Pergantian dari rak piring terbuka ke tertutup ini ternyata menghasilkan perubahan yang signifikan untuk dapur saya. Dapur jadi lebih rapi dan enak dipandang. Nggak ada yang pating cemanthol. Sebetulnya, kalau kalian ada uang lebih, memasang kitchen set di dapur adalah pilihan cerdas untuk membuat tampilan dapur jadi manis. Tapi tahu sendiri lah, pasang kitchen set itu paling nggak menggelontorkan berpuluh-puluh lembar uang merah. Kalau beli rak tertutup, harga masih terjangkau. Paling murah 300 ribu, dengan risiko nggak muat barang banyak. Biar aman, beli yang harganya 500 ribu ke atas.
Kedua, keluarkan dan beli seperlunya. Meskipun kalian punya berlusin-lusin gelas atau piring hadiah dari beli sabun bubuk, nggak semuanya harus dipajang. Biarkan saja tetap di dalam kotaknya, lalu simpan di gudang. Keluarkan sesuai kebutuhan saja. Misal di rumah ada 4 orang, mengeluarkan 10 gelas saja cukup. Selain itu, jangan tergoda untuk membeli barang-barang yang sebetulnya nggak terlalu berguna. Pisau ada 5 di dapur itu buat apa? Stoples warna-warni sampai lusinan itu fungsinya apa? Itu dapur apa etalase toko? Ingatlah prinsip bahwa semakin banyak barang yang kita miliki di dapur, semakin rentan dapur kita terlihat semrawut.
Ketiga, manajemen yang baik. Nggak hanya di kantor, dapur mungil pun butuh manajeman yang baik. Bumbu-bumbu termasuk minyak goreng, daripada masih dalam kemasan, lebih baik tuang ke wadah, lalu wadahnya kita tata. Kemudian, yang nggak kalah penting adalah pastikan untuk menerapkan sistem habis pakai langsung cuci. Jangan biarkan piring kotor menumpuk. Yang satu ini memang agak susah, sih. Kadang kalau lihat piring kotor masih sedikit, “ah, nanti”, “ah, sekalian sama makan malam”. Eh, giliran sudah banyak, terbitlah malas. Penyakit memang.
Begitulah. Intinya, sih, pintar-pintarnya kita saja dalam menyiasati. Ingat kata orang tua bilang, rumah (((termasuk dapur))) biarpun kecil asal ditata rapi, ya bakalan enak dilihat. Setuju?
BACA JUGA Kitchen Set ala Pinterest Bagi Saya Seperti Dapur yang Tidak Realistis dan artikel Dyan Arfiana Ayu Puspita lainnya.