Tompokan, Tradisi Anti-inflasi Harga Daging Sapi Saat Idulfitri
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
Logo Mojok
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast

Tompokan, Tradisi Anti-inflasi Harga Daging Sapi Saat Idulfitri

Fareh Hariyanto oleh Fareh Hariyanto
3 Mei 2022
dalam Susul
0
Home Susul
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

Olahan daging sapi jadi menu wajib bagi setiap keluarga saat lebaran di Banyuwangi. Beragam masakan disajikan meski kadang harga daging sapi ugal-ugalan. Tompokan jadi tradisi untuk menyiasati naiknya harga daging di setiap momen lebaran di Bumi Blambangan.

***

Saat lebaran idulfitri, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) di berbagai wilayah Indonesia selalu melakukan evaluasi dan pemantauan harga seiring dengan meningkatnya permintaan yang membuat sejumlah harga pangan melambung. Berdasarkan data Indeks Harga Konsumen (IHK) BPS 2022, rata-rata inflasi naik hampir dua persen (month to month) pada momentum Ramadan dan lebaran tahun ini.

Bahkan, inflasi bahan makanan dapat mencapai 2,64 persen. Apabila dilihat dari komoditasnya, daging sapi adalah komoditas pangan yang kerap berkontribusi terhadap inflasi tatkala lebaran tiba. Dilihat dari waktu kenaikannya, umumnya daging sapi mulai merangkak mulai H-4 lebaran. Namun, di Banyuwangi justru ada tradisi yang melawan hegemoni naiknya daging sapi di pasaran saat lebaran tiba.

Siang itu, Sabtu (30/04/2022), Jumi (81) warga Afdeling Kalitajem Kebun Kendenglembu, Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore, Kabupaten Banyuwangi tampak sibuk menyiapkan bumbu untuk beragam olahan daging sapi yang akan ia masak di dapur rumahnya. Daging itu merupakan jatah dari hasil tradisi tompokan. Ia menerangkan tompokan berasal dari Bahasa Madura yang berarti tumpukan.

tompokan mojok.co
Jumi (81) warga Afdeling Kalitajem Kebun, Kendenglembu, Desa Karangharjo, saksi hidup tradisi tompokan di daerahnya. (Fareh Hariyanto/Mojok.co)

Menurut Jumi, kegiatan tersebut merupakan tradisi menyembelih sapi yang dibeli dengan uang dari hasil patungan anggota kelompok. Tradisi tompokan sebenarnya serupa dengan arisan, warga menyetor uang dengan besaran tertentu untuk dikumpulkan menjadi satu. Setorannya bisa dilakukan secara harian, bulanan, bahkan ada yang sekali bayar langsung dilunasi.

Hasil dari uang tersebut kemudian dibelikan sapi yang nantinya akan disembelih dan dibagikan secara merata kepada seluruh anggota. Setiap warga yang tergabung dalam kelompok akan mendapatkan daging terdiri dari daging, tulangan, hati, dan sebagainya menjadi satu tumpuk. Masing-masing tumpukan daging yang dibagikan memiliki berat sama karena telah ditimbang terlebih dahulu.

“Ini menunjukkan jika tradisi ini menjunjung asas keadilan dan persamaan,” katanya sambil tangannya dengan cekatan mengaduk daging yang akan diolah menjadi rawon empal khas Banyuwangi.

Tradisi yang terjaga

Saat ditanya awal mula tradisi tersebut, ia mengaku jika sejak dirinya masih kecil tradisi tersebut sudah turun temurun ada. Bahkan sebelum ramai adanya arisan Qurban di setiap Iduladha, tradisi tompokan sudah jamak di temui khususnya di setiap wilayah yang memiliki basis keturunan Suku Madura. Jumi ingat betul saat ia berlebaran di Kabupaten Jember ia menemukan adanya tradisi serupa.

Biasanya, lanjut Jumi, tradisi tompokan diselenggarakan satu atau dua hari menjelang ramadan berakhir, saat itu warga di desa yang melaksanakan tradisi tersebut bakalan disibukkan dengan penyembelihan sapi secara bergotong royong.  Kelompok warga ini nantinya akan berbagi tugas mulai yang kebagian mencuci jeroan sapi yang telah di sembelih hingga yang memotong daging sapi tersebut.

“Semua warga akan saling bahu-membahu membantu agar tradisi ini berjalan lancar,” ujar perempuan kelahiran 1941 itu.

tradisi tompokan mojok.co
Sapi tadisi tompokan sebelum disembelih. (Fareh Hariyanto/Mojok.co)

Menurut Jumi meski sudah puluhan tahun berlalu, tradisi tompokan tetap terjaga lantaran para orang tua mengenalkan tradisi ini secara tidak langsung. Dengan kegiatan yang terus digelar secara rutin, maka tanpa dikenalkan pun anak cucunya akan tetap mengetahui tradisi tersebut.

Ditambah lagi tradisi tompokan memiliki dampak positif terhadap aspek ekonomi warga menjelang lebaran. Di mana saat hari raya idulfitri berbagai kebutuhan bertambah, tradisi tompokan seakan menjadi solusi bagi warga di desanya yang ingin tetap berlebaran namun dengan memperhatikan neraca keuangan yang pas.

“Ya walau tidak mutawatir sanad tradisinya, tapi masyarakat sangat merasakan manfaatnya,” tambah Jumi.

Mereduksi biaya belanja saat lebaran

Senada dengan Jumi, Supraptiwi (41) warga Desa Sepanjang, Kecamatan Glenmore, juga merasa terbantu dengan adanya tradisi tompokan. Menurut Prap, sapaan akrab Supraptiwi, tradisi ini menjadi penstabil harga daging sapi saat menjelang lebaran. Meski ia mengakui hanya wilayah dengan basis kesukuan Madura yang kuat saja yang saat ini menyelenggarakan tradisi ini di Kabupaten Banyuwangi.

Di sekitaran tempat tinggalnya yang berada di Kecamatan Glenmore tradisi ini sudah jarang di temui. Alhasil ia pun harus mencari kelompok tompokan, meski lokasinya jauh dari tempat tinggalnya. “Kalau sudah terbiasa ikut biasanya akan eman jika tidak diteruskan, toh jika dibandingkan beli di pasar, dengan tradisi ini harga daging sapi jauh lebih murah,” katanya.

tradisi tompokan mojok.co
Warga menimbang secara merata setelah pemotongan daging dengan dipilah dan dipilih terlebih dahulu. (Fareh Hariyanto/Mojok.co)

Prap menambahkan setiap lebaran idulfitri bagi warga di Kecamatan Glenmore olahan daging-dagingan menjadi suatu hal yang wajib untuk suguhan sanak saudara. Bentuk masakannya pun beragam, mulai yang digiling buat bakso, dimasak merah, dibuat empal, dimasak rawon hingga dibuat dendeng sapi. Oleh karenanya jika hanya beli daging di pasar maka biayanya akan membengkak tidak karuan.

Ia hampir tidak pernah merasakan kenaikan harga daging sapi tiap lebaran tiba. Sebab dengan sistem iuran, uang yang dikeluarkan untuk menebus daging dirasa tidak begitu memberatkan jika dibandingkan dengan langsung membeli ke penjagal di pasar.

“Saya ingat betul sekitar tahun 2018 saat harga daging sapi tembus Rp160 ribu karena kelangkaan pasokan di pasaran. Untung sudah ikut tradisi tompokan jadi tidak memerlukan pengeluaran yang berlebih,” ujarnya.

Akar sejarah

Sementara itu Abdur Rahim, Ketua Kelompok Tompokan di Afdeling Kalitajem Kebun Kendenglembu, mengatakan tradisi tompokan mulanya dulu hanya kegiatan pelengkap atau sampingan dari rutinan Yasinan serta Sarwa’an (tahlilan). Biasanya di satu lingkungan masyarakat Madura, kegiatan Yasinan digelar setiap malam Jumat, sementara kegiatan Sarwa’an digelar setiap malam selasa.

Ia menerangkan apabila kegiatan Yasinan bersifat menetap alias terus-menerus digelar di musala, lain halnya dengan Sarwa’an. Sarwa’an ini dilakukan secara bergilir di setiap rumah jemaah. Di setiap akhir acara Yasinan maupun Sarwa’an ada iurannya. Konon berawal dari iuran itulah tradisi tompokan bermula hingga akhirnya berkembang ke kelompok-kelompok warga seperti saat ini.

“Di Afdeling Kalitajem ada beberapa kelompok yang menyelenggarakan tradisi ini setiap jelang lebaran,” kata Abdul Rahim saat di temui di sela-sela kegiatan pemotongan hewan pada Sabtu pagi (30/04/2022).

tradisi tompokan mojok.co
Warga membagi secara merata setelah pemotongan daging dengan cara ditumpuk. (Fareh Hariyanto/Mojok.co)

Pantauan Mojok.co di lahan dekat lapangan sepak bola milik Afdeling Kalitajem, pagi itu ada tiga kelompok yang melakukan tradisi tompokan di lahan tersebut. Masing-masing kelompok sudah siap dan lengkap dengan tim jagalnya masing-masing. Mulai dari penyembelihan, pengulitan, hingga pemotongan daging sudah ada yang bertugas.

Man Dur sapaan akrab Abdur Rahim menambahkan, seiring berjalannya waktu kelompok-kelompok tradisi tompokan semakin berkembang. Jika awalnya dulu berbasis keagamaan di Sarwa’an saat ini bisa meluas wilayahnya dan jamak ditemui kelompok dari berbagai forum pertemuan warga. Sebut saja di lingkup Rukun Tetangga (RT) atau lingkungan kerja juga ada.

“Tidak sedikit yang membuka kelompok berbasis pekerja kebun yang tempat kerjanya satu lingkungan,” jelasnya.

Sapi berkualitas

Namun Man Dur mengakui untuk masuk atau keluar kelompok tertentu tidak ada paksaan sama sekali. Biasanya warga menentukan akan tetap bertahan di kelompok tompokan awal atau pindah ke yang lain. Semua itu kadang ditentukan dari jumlah daging dan cara pengolahan setelah sapi disembelih. Sebab proses pemotongan daging yang sembarang—tanpa memperhatikan kebersihan—jadi salah satu alasan warga pindah kelompok.

tradisi tompokan mojok.co
Sapi yang dibeli dari warga lokal untuk disembelih dalam tradisi tompokan. (Fareh Hariyanto/Mojok.co)

Saat disinggung berkaitan dengan asal sapi yang disembelih, ia mengaku tidak begitu bingung. Sebab banyak pekerja kebun yang juga merangkap sebagai peternak sapi pedaging di tempat tinggalnya. Bahkan tidak jarang sapi-sapi yang digunakan untuk tradisi tompokan merupakan milik peternak di wilayahnya.

“Jadi sapi yang digunakan saat tradisi ini sudah pasti diketahui kondisi kesehatannya. Sapi dalam kondisi prima, sebab kita tahu dan melihat sendiri cara perawatannya” ujarnya.

Lebih jauh Man Dur menerangkan terbukanya sistem kelompok dalam tompokan menjadikan sistem iuran jadi lebih fleksibel atau bisa berubah-ubah. Biasanya warga luar wilayah yang mengikuti tradisi tompokan masih ada hubungan kerabat dengan warga di mana kelompok tompokan berada. Iuran yang biasanya dilakukan bertahap kadang bisa dibayar serentak (lunas) dalam sekali bayar.

Namun, upaya tersebut tetap tidak mengurangi esensi tradisi tompokan, mengingat semangatnya tetap untuk nguri-nguri tradisi dan menyemarakkan hari raya idulfitri. “Iuran yang dilakukan ini secara terus menerus, ada yang rutin membayar dalam beberapa termin ada yang sekali bayar langsung lunas,” pungkasnya.

Reporter: Fareh Hariyanto
Editor: Purnawan Setyo Adi

BACA JUGA Merayakan Hari Kemenangan dengan Sepakbola Api dan liputan menarik lainnya di Susul.

Tags: banyuwangidaging sapiidulfitriMaduratompokantradisi lebaran
Fareh Hariyanto

Fareh Hariyanto

Kontributor Banyuwangi

Artikel Terkait

Toko kelontong madura yang nggak takut mepet Indomaret dan Alfamart.

Toko Kelontong Madura, Toko Kecil yang Berani Mepet Indomaret dan Alfamart

9 Juli 2022
Memilih daging yang tepat bisa mengurangi kolesterol

Tips dari Chef dan Ahli Gizi untuk Mengurangi Kolesterol pada Hidangan Daging Idul Adha

9 Juli 2022
toko kelontong madura mojok.co

Bisnis Palugada Toko Kelontong Madura

8 Juli 2022
tsunami banyuwangi mojok.co

Melihat Tsunami Banyuwangi, Setelah 28 Tahun Terlewati

22 Juni 2022
rowo bayu mojok.co

Menelusuri Sejarah Rowo Bayu yang Diduga Jadi Lokasi Asli KKN Desa Penari

24 Mei 2022
Makam Habib Ali bin Abdullah Alhamid di Gunung Gumitir mojok.co

Makam Habib Ali bin Abdullah Alhamid, Penjaga Kaki Gunung Gumitir

7 Mei 2022

Komentar post

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
  • Mau Kirim Artikel?
  • Kunjungi Terminal

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In