MOJOK.CO – Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS semakin melemah. Masyarakat pun ketar-ketar. Kira-kira apa saja yang tengah diupayakan pemerintah?
Hari ini (4/9), nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) semakin melemah hingga mendekati angka Rp15 ribu. Nilai ini disebut sebagai angka terburuk setelah krisis moneter. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus mengalami tekanan. Pada perdagangan Reuters hari ini, nilai dollar AS sudah menyentuh Rp14.897.
Mengenai hal ini, Pimpinan DPR, Agus Hermanto, meminta pemerintah lebih serius. Pasalnya diperlukan perhatian semuanya. Dalam hal ini, kementerian yang berada di luar maupun di dalam sektor tersebut harus peduli. Kurs mata uang asing terhadap rupiah sudah sangat mengkhawatirkan.
Menurut Agus, ada dua faktor yang menyebabkan kondisi tersebut. Untuk eksternal, hal ini merupakan dampak dari kebijakan pemerintah AS. Sedangkan untuk internalnya kita memang banyak membutuhkan dollar.
Oleh karena itu, Agus meminta supaya pemerintah mengurangi penggunaan dollar terhadap alat pembayaran. Salah satunya dengan mengurangi impor. Sejauh ini, kebutuhan impor yang paling tinggi dan menyebabkan defisit adalah impor migas.
Menanggapi hal tersebut, mantan Menteri Keuangan di era SBY, Chatib Basri menjelaskan permasalahan ini dapat ditanggulangi dengan menurunkan permintaan bahan bakar minyak (BBM) sehingga harga BBM sebaiknya dinaikkan.
Untuk memecahkan persoalan tersebut, Presiden Jokowi pun mengumpulkan beberapa menteri ekonomi, Gubernur Bank Indonesia (BI), dan Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Seusai rapat, Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution tidak menjelaskan dengan jelas beberapa hal yang dibahas dalam rapat.
Darmin hanya mengungkapkan bahwa pembahasannya sudah semakin rinci dan detail dengan langkah kongkret. Dalam rapat itu, pemerintah juga akan menerbitkan aturan baru yang akan membuat nilai tukar rupiah terhadap dollar AS kembali menguat dan stabil melalui kinerja ekspor. Namun perkara ekspor ini akan lebih dirinci 1-2 hari lagi.
Sedangkan Menteri Keuangan, Sri Mulyani menegaskan, depresiasi terhadap rupiah memang diakibatkan oleh sentimen eksternal. Serta sebagai imbas dari krisis yang terjadi di beberapa negara yakni Turki dan Argentina.
Salah satu upaya untuk menyelamatkannya dengan mengurangi impor agar rupiah kembali terdongkrak. Adapun kebijakan tersebut dengan penyesuaian tarif pajak penghasilan (PPh) impor untuk 900 komoditas impor. Yang akan diterbitkan dalam bentuk Peraturan Menteri Keuangan (PMK) pada esok pagi (5/9).
Sebagai masyarakat, kita juga bisa membantu pemerintah untuk mengendalikan nilai tukar terhadap dollar AS ini. Supaya rupiah menguat, ekonom Permata Bank, Josua Pardede mengungkapkan beberapa cara, diantaranya dengan menahan terlebih dahulu keinginan untuk jalan-jalan ke luar negeri. Selain itu, ia menambahkan, jika masyarakat memiliki dollar AS akan lebih baik jika dilepas atau dijual terlebih dahulu.
Selain itu, Josua juga meminta pihak terkait untuk mendorong pengembangan sektor pariwisata yang diharapkan dapat mempercepat penerimaan devisa. Yang lebih lanjut dapat mendorong stabilitas nilai tukar rupiah dalam jangka pendek.
Oke, sobat tajirque! Untuk sementara waktu ditahan dulu ya, hasrat beli barang-barang impornya! (A/L)