MOJOK.CO – Setelah SBY walk out dan tak ikut tanda tangan, kini Demokrat meminta ProJo minta maaf. Kalau tidak, ada balasannya!
Aksi walk out Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di acara deklarasi Kampanye Damai yang digelar KPU masih menjadi sorotan. Pasalnya, selain disebut gara-gara beredarnya banyak bendera partai dan atribut ormas pendukung Jokowi, ternyata ada hal lain yang melatarbelakangi aksi SBY. Apakah itu?
Usut punya usut, aksi SBY walk out ini dilakukan karena provokasi dari kelompok relawan Jokowi, atau yang disebut dengan ProJo.
Menurut Wasekjen Partai Demokrat Andi Arief, kejadian bermula sejak SBY berada di mobil golf bersama putranya, Komandan Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono dan Ketua F-PD DPR Edhie Baskoro Yudhoyono, serta Ketua Umum Pan Zulkifli Hasan dan Sekjen Eddy Soeparno. Kala itu, mobil golf yang ditumpangi SBY ini diganggu dengan bendera ProJo.
Tak hanya itu, beberapa Projo bahkan nekat mendekat ke rombongan SBY untuk berteriak, “Bang, dukung Jokowi.”
“ProJo memprovokasi pilpres damai menjadi pilpres anarkis. Waktu mobil karnaval Pak SBY lewat, relawan ProJo teriak-teriak ‘Bang dukung Jokowi’ dan merangsek mendekat ke rombongan SBY. Sudah keterlaluan,” tegas Andi.
Karena gangguan yang diperkirakan tak membuatnya nyaman ini, aksi SBY walk out pun terjadi. Kini, Andi Arief mewakili Demokrat menuntut agar relawan Jokowi segera meminta maaf.
Lebih lanjut, Andi juga meminta pihak-pihak tertentu agar bersiap-siap menghadapi aksi balasan jika tidak ada permintaan maaf yang dialamatkan pada Partai Demokrat, “Kalau ProJo tidak minta maaf dan aparat keamanan diam serta Jokowi diam saja atas provokasi terhadap SBY pagi ini, jangan salahkan jika ada tindakan balasan.”
Sebelumnya, adanya ProJo yang menganggu SBY dan rombongannya ini sempat dibantah Ketua ProJo Budi Arie. Bahkan, Budi meminta agar pihak SBY tidak bersikap lebay.
Selain itu, KPU juga telah mengeluarkan pernyataan bahwa pihaknya tidak bisa mengontrol semua simpatisan capres-cawapres.
“Sebetulnya sudah kita atur itu semua di dalam jalur karnaval, karena kalau di luar itu kita tidak bisa nuntut. (Kalau) tiba-tiba banyak orang berdiri di pinggir jalan dan mengibarkan sesuatu, (kami) tidak bisa membatasi,” kata Ketua KPU Arief Budiman.
Akibat SBY walk out, Partai Demokrat tak turut serta meneken deklarasi kesepakatan Kampanye Damai. “Belum kami masuk di situ, acara udah selesai, sehingga deklarasi pun kami tak bisa naik. Kami tak bisa tanda tangan,” sambung Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Hinca Panjaitan.
Namun demikian, Komisioner KPU Hasyim Asyari menyatakan bahwa Demokrat tidak terancam sanksi apa pun terkait hal ini. Meski begitu, pihaknya membenarkan bahwa penandatanganan peserta terhadap deklarasi Kampanye Damai ini merupakan simbol sepakat atau tidak sepakat pada pernyataan yang diusung bersama-sama. (A/K)