Jangan Lakukan 5 Hal Ini pada Teman Desainer Grafis. Pokoknya Jangan

profesi desainer grafis yang sering dimintai tolong

ilustrasi Jangan Lakukan 5 Hal Ini pada Teman Desainer Grafis. Pokoknya Jangan mojok.co

MOJOK.CO – Barangkali menjadi seorang desainer grafis di Indonesia belum memiliki nilai tawar yang tinggi. Ongkos ganti corat-coret di kanvas digital cuma bisa buat makan seminggu. Cry sekebon.

Jika temanmu seorang desainer grafis, bantulah dirinya meniti karier sebagai desainer grafis. Jangan malah bikin repot. Memang sih, apa yang kamu minta terkait persoalan visual bakal menambah kemampuannya dalam mendesain, tapi sebaiknya kalian harus pahami hal-hal yang sebenarnya jangan kalian lakukan kepada temanmu itu.

Kira-kira apa saja sih hal-hal yang seharusnya tidak kalian lakukan kepada teman yang memiliki profesi sebagai desainer grafis?

Bilang, “Cuma Gini doang”

“Bray, bikinin logo buat olshop gue yak. Halah simpel kok, cuma buletan doang diwarnain merah.”

Jangan sekali-sekali meminta bantuan pada temanmu yang desainer grafis menggunakan embel-embel “cuma gini doang”. Apa pun tujuan kalian mengucapkan kalimat tersebut, percayalah, kami para desainer gratis, eh desainer grafis merasa seperti semua yang dilakukan selama ini hanyalah omong kosong belaka.

Meskipun pesanan kalian bakal diterima dengan (kelihatannya) hati, kalau kalian pahami lebih dalam, hati kecil teman desainermu itu sedang menangis. Ingin menolak kok ya temen sendiri, mau diterima tapi kok gini.

Yaudahlah, terima aja. Sama temen sendiri ini.

No Brief No Talk

“Beb, bikinin desain spanduk ya buat toko emas ibu gue. Ente kan mesti tau kan toko emasnya?”

Keesokan harinya.

“Mana, beb desain spanduknya? Buat dicetak hari ini nih.”

Hal-hal nggak jelas semacam di atas patut kalian hindari ketika ingin meminta bantuan kepada teman desainer grafis. Lah gimana nggak sebel coba, tau-tau minta bikinin desain tanpa nyebutin konten apa yang kudu dimasukin, kapan tenggatnya, dan yang paling penting berapa bayarannya.

Mbok kalian tu mikir, kerjaan temen kalian itu bukan cuma memuaskan hasrat kalian, dia desainer grafis. Banyak pekerjaan yang harus diselesaikan demi menghidupi dirinya sendiri. Kalau ngasih job itu yang jelas, paling nggak yang informatif dan selalu diakhiri dengan kesanggupan membayar atau tidak. Sebel akutu.

Kebanyakan Revisi

Nah ini yang bikin tambah emosi. Sudahlah nggak sanggup bayar, tapi revisi desain grafisnya seabrek. Hambok punya rasa iba sedikit sama temennya.

Sebaiknya kalau kalian ingin minta revisi tu sekali saja. Kalian nggak sanggup bayar juga kan? Jadi orang jangan suka manfaatin gitu. Toh sebenernya dengan kalian sering meneror minta revisi desain grafis gitu membuat temanmu itu terbebani dengan permintaan kalian.

Ya intinya sebagai teman kudu pandai-pandai sadar diri, jangan kelewat merakbal kalau mau tega sama temen sendiri.

Memberi File Pendukung yang Tidak Sesuai

Jika ingin meminta bantuan desain kepada temanmu, hendaknya manjakan dia dengan beri file pendukung desain yang akan dibuat. Misal, kalau mau minta dibikinkan spanduk, mbok ya kalau ngasih file logo jangan yang size-nya 3kb. Emangnya mau bikin spanduk buat tomcat?

Sebagai teman yang baik harusnya jangan membuat dirinya menjadi terbebani dengan pesanan yang kalian minta. Berikanlah dirinya kemudahan dengan melampirkan file pendukung yang sesuai jangan malah seenaknya sendiri. Bapak ibunya aja nggak memperlakukaan seenaknya kok.

Menawar dengan Harga Teman

Disadari atau tidak terkadang jika kita meminta bantuan terhadap teman desainer grafis buat bikin ilustrasi atau logo, terkadang kita berlaku seenaknya. Mentang-mentang teman sendiri, kalian sendiri yang menentukan harga, padahal sebagai seorang desainer grafis, temanmu itu memiliki rate yang sudah dipatok olehnya.

Ingat baik-baik, ya, ada harga sepadan yang harus kamu bayar dengan apa yang bakal temanmu hasilkan. Waktunya yang lumayan panjang telah dia korbankan untuk menggarap permintaanmu yang kadang tidak rasional itu. Ada harga, ada barang.

BACA JUGA Menjadi Desainer Grafis Akar Rumput: Waktu itu Fana, Revisi Abadi dan artikel Azka Maula lainnya.

Exit mobile version