MOJOK.CO – Drama Korea bukan hanya tentang cinta-cintaan, lebih dari itu, ia juga tentang ilmu dan pengetahuan.
“Kenapa sih suka banget sama drama Korea?”
Seringkali pertanyaan seperti itu menghampiri saya. Jawaban saya simpel dan diplomatis: “Selera aja”. Kalau sudah dijawab begitu, biasanya minim sekali muncul pertanyaan susulan yang bakal membikin saya harus ekstra defensif.
Entah kenapa, sekarang ini, muncul banyak sekali kaum “langka” yang merasa spesial hanya karena mereka tak menyukai drama Korea, drama China, drama Thailand, atau drama India sekalian. Tentu saja itu hak pribadi masing-masing untuk menganggap diri mereka spesial. Sebab hal tersebut juga berlaku sama kalau ada pencinta drama Korea mengungkapkan kespesialan dirinya karena menyukai drama Korea.
Para penikmat drama Korea tentu punya alasan kenapa mereka begitu menggemari drama dari negeri ginseng itu. Visual pemain, akting pemain, juga ide cerita, selalu jadi alasan yang dominan.
Bagi saya, selain tiga faktor di atas, faktor lain yang membuat drama Korea begitu menarik dan bahkan terkesan sangat tidak “drama” adalah keseriusan mereka dalam menciptakan setting.
Coba bayangkan satu adegan berikut: Seseorang luka parah karena kecelakaan. ia masuk rumah sakit, dan akhirnya meninggal. Si dokter muncul dan kemudian mengucapkan kalimat sakti: “Kami sudah berusaha maksimal tapi Tuhan berkehendak lain” yang kemudian berlanjut pada adegan si mayat ditutup kain putih dan disusul tangis pecah tokoh yang ditinggal.
Merasa sangat familiar, bukan? Begitulah drama Indonesia bekerja.
Nah, sekarang coba bandingkan dengan cara kerja drama Korea: Seseorang kecelakaan, lalu masuk rumah sakit. Dalam fase itu, penonton diperlihatkan dahulu bagaimana penanganannya ketika tiba di rumah sakit. Penonton diperlihatkan alat-alat canggih rumah sakit yang sering kali kita temukan di kenyataan. Saat sang wali pasien bertanya, dokter menjelaskan begitu detail keadaan pasien. Bahkan untuk pasien operasi, kita diperlihatkan proses pembedahan pasien seolah-olah mereka benar-benar melakukan pembedahan. Kita yang awam jadi tahu bentuk pisau bedah, istilah-istilah kedokteran yang saya sendiri sering mumet baca artinya. Iya, di drama Korea seringkali diberi penjelasan berupa teks ketika pemain menyebut istilah kedokteran.
Perkara si pasien meninggal atau tidak, itu perkara lain. Jodoh, rezeki, maut, semuanya kan sudah ada yang ngatur.
Drama macam Hospital Playlist, Romantic Doctor Teacher Kim, Hospital Ship dan drama-drama dengan tema medis lainnya benar-benar memberikan kita pencerahan tentang rumah sakit dan dunia kedokteran. Tentu saja tidak sepenuhnya nyata, namun setidaknya, setting dramanya benar-benar tampak nyata.
Bukan hanya tema medis, drama Korea juga kerap mengangkat tema fiksi sains, hukum, politik, dan juga thriller yang nggak ecek-ecek tampilannya.
Drama sejuta umat seperti yang sedang hits sekarang, Start-Up, memang menyajikan cerita cinta. Namun, bagi sebagian orang, Start-Up bukan semata persoalan persaingan memperebutkan hati seorang Seo Dal-Mi, melainkan juga pengetahuan tentang perjuangan mendirikan bisnis. Kita dibukakan ilmu tentang bagaimana menjadi seorang CEO, mendirikan perusahaan bisnis, strategi pitching, saham, mesin, pemrograman, dan hal-hal teknis lainnya walau levelnya pengetahuan dasar.
Penikmat drama Korea kebanyakan adalah wanita berusia antara 20-40an. Kebanyakan mereka adalah mahasiswa dan ibu-ibu. Percayalah, ibu-ibu tidak selamanya terbuai dan baper oleh cerita madunya cinta. terkadang mereka terbuai dan baper dengan setting yang tampak nyata. Rasanya jadi bukan melihat drama.
Kendati demikian, sudah pasti akan selalu ada kekurangan. Hal-hal yang drama banget juga sering muncul tapi cukup termaafkan. Misalnya tokoh utama yang selalu selamat dari baku hantam dan serangan peluru. Kita tentu tidak bisa dibodohi lagi dengan hal seperti itu. Akan tetapi, ledakan, mobil-mobil yang hancur, semuanya benar-benar terlalu niat untuk sekelas serial televisi. Hal yang kemudian membuat kita seakan memaafkan sisi “drama”nya.
Banyak drama Korea yang tak bisa dimungkiri benar-benar berhasil menjadi representasi keadaan sosial, budaya, dan kadang politik yang sebenarnya.
Cobalah tengok drama President. Drama yang tayang tahun 2009 silam tersebut membahas tema politik. Inti drama tersebut menceritakan tentang pemilihan presiden. Nah, menariknya, drama tersebut berhasil mengulik tentang bagaimana politik benar-benar membuat seseorang bisa menjadi lawan atau kawan berdasar kepentingan. Konon, drama Korea memang banyak mengandung sindiran dan kritik untuk pemerintah.
Tengoklah pula Pinnochio dan WWW Search, keduanya adalah drama bertema pers. Bedanya, Pinnochio media offline sedangkan WWW Search media online. Dua drama tersebut bisa dengan sempurna menciptakan setting yang akurat tentang cerita pemerintah dalam mengolah sebuah kasus politik dan pengaturan daftar pencarian internet.
Seorang ibu rumah tangga umumnya kurang mengerti hal-hal tentang medis, pers ataupun politik, mikirin anak saja sudah pusing. Kecuali mereka memang punya ketertarikan atau memang praktisi di bidang tersebut. Namun, melalui wasilah drama Korea, ternyata bisa membuat seorang ibu tahu dunia lain di luar dunianya.
Bagi banyak ibu-ibu, drama Korea bukan hanya dijadikan sebagai hiburan dan ajang bucin virtual, namun juga bisa menjadi sumber informasi.
Pada akhirnya, sekarang kita memang harus mengakui, bahwa selain buku, drama Korea pun bisa menjelma menjadi “jendela dunia”. Dan ibu-ibu, amat sangat suka memandangi jendela itu.
BACA JUGA Sebagai Penonton, Saya Benar-Benar Terganggu dengan Jalan Cerita Serial ‘Start-Up’