MOJOK.CO – Pekan ini saya akan menulis hal praktis, yakni perkara penggunaan huruf kapital, contoh penggunaan huruf kapital, serta catatan mengenainya.
Huruf kapital adalah huruf yang sering dipakai orang yang sedang marah. Oke, ini guyon skornya -1/100. Aturan penggunaan huruf kapital diatur dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) yang saya kutip dan beri contoh sebagai berikut.
Penggunaan Huruf Kapital
1. Huruf kapital (atau huruf besar) dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat.
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk julukan.
Contoh: Nicholas Saputra, adalah si Mas Ganteng yang selama ini aku maksud. (Perhatikan, si dan sang selalu ditulis kecil kecuali jika diikuti nama atau sebutan untuk Tuhan.)
3. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang merupakan nama jenis atau satuan ukuran.
Contoh:
ikan mujair
mesin diesel
5 ampere
10 volt
Di bagian ini saya ada catatan. Penulisan satuan seperti ampere dan volt diatur oleh aturan yang lebih tinggi, yakni Sistem Satuan Internasional. Dulu pas SMA diajarin, awas kalau lupa. Intinya begini:
a. Jika ditulis sebagai simbol, nama satuan yang diambil dari nama orang ditulis kapital. Namun, ketika satuan itu dipanjangkan, ditulis dengan huruf kecil semua. Contoh: 5 A alias 5 ampere.
b. Ada perkecualian. Dalam kasus satuan suhu “derajat Celsius” (bukan Celcius, jangan ngubah-ngubah nama orang ah), baik simbol maupun kepanjangannya ditulis dengan awalan huruf kapital semua. Contoh: 35o C atau 35 derajat Celsius.
Kenapa Celsius jadi perkecualian, saya habiskan lama sekali untuk cari penjelasannya, tapi nggak ketemu. Jadi, sementara kita manut aja sama aturan Sistem Satuan Internasional. Jadi orang pragmatis kadang emang enak.
Sedangkan suhu lain-lainnya, macam kelvin, fahrenheit, dan reaumur, ditulis kecil saat jadi kepanjangan, dan ditulis besar saat jadi simbol (K, F, dan R).
Masih di bidang fisika-kimia nih, memang aturannya, simbol satuan ditulis besar jika itu diambil dari nama (N untuk newton, J untuk joule, dst.), namun ada satuan yang meski bukan dari nama, ditulis besar, yakni: M (untuk molar). Simbol ini ditulis kapital agar bisa dibedakan dari molal (yang ditulis dengan simbol “m”). Kalau pas kelas kimia pas SMA dulu kamu nggak minggat ke kantin, kamu pasti ingat beda dua satuan ini.
b. Dari jagat biologi, nama latin ditulis dengan awal kapital tapi untuk kata pertama aja, lalu semua katanya diitalik. Misal: Oryza sativa. Asli, dari jaman jebot contohnya Oryza sativa mulu.
4. Huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata yang bermakna ‘anak dari’, seperti bin, binti, boru, dan van, atau huruf pertama kata tugas.
Catatan saya: Kecuali emang dari sononya ditulis gede. Misal nama tengah “Van”, “De”, dan “Di”, saya pernah nemu kasus di mana nama itu tetap diawali huruf kapital. Itu kasus kadang ketemu, tapi pas dibutuhin gini malah lupa. Hadeh.
Penggunaan huruf kapital di tengah nama juga tak umum di Indonesia, tetapi Leonardo DiCaprio ditulis dengan C gede di tengah-tengah sehingga harus diikuti demikian. BTW saya déjà vu kayaknya pernah bahas ini. Aduh ini orang kenapa banyak lupanya dah.
5. Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung.
Contoh: Kenapa tadi waktu aku tanya, “Kucingnya di mana,” kamu malah jawab nggak tahu? (Perhatikan letak koma.)
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan.
Contoh:
Katolik
Protestan
Buddha
Al-Quran
Tapiii….
islami
kristiani
buddhis
Kenapa kecil? Karena kata sifat (adjektif). Sedangkan yang gede-gede di atas kata benda (nomina).
7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang, termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang.
Contoh:
Sultan Hasanuddin
Mahaputra Yamin
Haji Agus Salim
Imam Hambali
Nabi Ibrahim
Raden Ajeng Kartini
Doktor Mohammad Hatta
Agung Permana, Sarjana Hukum
Irwansyah, Magister Humaniora
8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan.
Contoh:
Selamat datang, Yang Mulia.
Semoga berbahagia, Sultan.
Terima kasih, Kiai.
Selamat pagi, Dokter.
Silakan duduk, Prof.
Mohon izin, Jenderal.
9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Wakil Presiden Adam Malik
Profesor Supomo
Proklamator Republik Indonesia (Soekarno-Hatta)
Gubernur Papua Barat
Camat Ngaglik
Catatan saya: Ketika nama jabatan itu diikuti nama, sudah jelas nama jabatannya ditulis kapital. Namun, jika tidak diikuti nama, ada dua kemungkinan.
Ke-1: Sudah seminggu ini Bupati Klaten jadi cibiran di media sosial. (Kapital karena “Bupati Klaten” ini merujuk ke satu orang spesifik.)
Ke-2: Ya, siapa pun yang jadi bupati Klaten, sudah bisa ditebak orangnya dari partai apa. (Tidak merujuk ke satu orang spesifik, bisa siapa saja, makanya kecil.)
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Contoh:
orang Jawa
bahasa Indonesia
masakan Sulawesi
Perhatikan, orang, bahasa, dan masakan dengan awalan tidak kapital.
Catatan dari PUEBI: Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan tidak ditulis dengan huruf awal kapital.
Contoh:
keindonesiaan
kebali-balian
keinggris-inggrisan
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari besar atau hari raya.
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa sejarah.
Contoh: Pada Januari 2020 semua orang berpikir Perang Dunia III akan segera meletus.
Catatan dari PUEBI: Huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama tidak ditulis dengan huruf kapital.
Contoh: Kalau perang dunia sampai meletus, salahin aja si Trump.
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Contoh:
Gunung Merapi
Sungai Kapuas
Provinsi Sumatera Barat
Perhatikan, nama penampakan geografisnya sendiri ikut dikapitalkan.
Catatan dari PUEBI: Huruf pertama nama geografi yang bukan nama diri tidak ditulis dengan huruf kapital. Contoh: Siapa yang waktu kecil suka mandi di sungai?
14. Huruf pertama nama diri geografi yang dipakai sebagai nama jenis tidak ditulis dengan huruf kapital.
Contoh:
batik Cirebon
film Hong Kong
tapi,
masakan padang
sate madura
jeruk bali
Problem: Saya sendiri bingung kenapa masakan padang dianggap nama jenis (sehingga tidak kapital) tapi batik Cirebon dianggap bukan (sehingga ditulis kapital).
Sewaktu menulis ini saya bertanya kepada Ivan Lanin bagaimana cara membedakan nama jenis dan bukan nama jenis. Ia menjawab pernah menanyakannya kepada sejumlah orang di Badan Bahasa. Jawaban yang ia terima mengajukan tiga kaidah untuk membedakan nama jenis dan bukan nama jenis, yakni:
Kaidah ke-1: hasil alam (huruf kecil) vs. buatan manusia (huruf kapital).
contoh dari saya: jeruk bali vs. pia susu Bali
Kaidah ke-2: bisa disejajarkan dengan jenis lain (huruf kecil) vs. tidak bisa disejajarkan (huruf kapital).
Contoh:
– nasi padang, nasi goreng, nasi campur
– masakan Padang, masakan Cina, masakan Jawa
– batik Cirebon, batik Pekalongan, batik Yogya
Kaidah ke-3: menunjukkan daerah asal (kapital) vs. bukan daerah asal (kecil).
Contoh:
– pempek Palembang vs. bika ambon
Oleh karena kaidah kedua membuat semua jadi semakin ribet, Ivan mengusulkan untuk memakai kaidah kesatu dan ketiga saja.
15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk.
Bentuk ulang sempurna (dwilingga), misalnya: Undang-Undang, Rumah-Rumah. Selain bentuk ulang sempurna, bentuk ulang tidak ditulis dengan awalan kapital pada setiap katanya, contoh: Tolong-menolong.
Contoh:
Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2010 tentang Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Pidato Presiden dan/atau Wakil Presiden serta Pejabat Lainnya
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Catatan saya: Mumpung kata tugas disinggung di sini, saya rasa ini catatan penting dalam dunia kapital-kapitalan ini, bahwa semua kata tugas di judul atau subjudul tidak ditulis kapital. Kecuali kalau dia nempel di kasus khusus, seperti yang menempel di julukan untuk Tuhan, menjadi Yang Mahakuasa.
Apa itu kata tugas? Penjelasannya di Wikipedia ini cukup jelas. Kalau Anda ingin jalan pintas (itu kan yang Anda suka), saban Anda mengecek di KBBI daring, cek saja kata itu berkode apa. Jika kodenya p, alias partikel, tak usahlah itu kata ditulis kapital. Saya skrinsut contohnya, lihat huruf yang diwarnai merah:
16. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta nama majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada posisi awal.
Kasusnya sama kayak aturan #15. Pernah juga dibahas di rubrik ini dalam artikel berikut.
17. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, atau sapaan.
Contoh:
S.I.S.K.S. Pakubuwana V = Sampeyan Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Pakubuwana V
Mayor Inf. (Purn.) Agus Harimurti Yudhoyono = Mayor Infanteri Purnawirawan Agus Harimurti Yudhoyono
Sdr. Prima Sulistya = Saudara Prima Sulistya
18. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman, serta kata atau ungkapan lain yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan.
Contoh:
“Kapan Bapak berangkat?” tanya Hasan. Dendi bertanya, “Itu apa, Bu?”
“Silakan duduk, Dik!” kata orang itu.
Surat Saudara telah kami terima dengan baik.
“Hai, Kutu Buku, sedang membaca apa?”
Catatan PUEBI: Jika sebutan kekerabatan tidak mengacu pada orang khusus, tidak ditulis kapital. Misal: Di masa tidak bisa mudik seperti ini, anak rantau jadi kangen sekali dengan bapak-ibu mereka.
Selain itu, kata Anda selalu ditulis dengan huruf pertama kapital. Perkara ini pernah dibahas di rubrik Versus dalam artikel berikut.
Catatan lain dari saya, berdasarkan kebiasaan di Indonesia yang saya perhatikan, nama ilmu ditulis kecil, nama pelajaran ditulis kapital. Contoh: Pelajaran Fisika, ilmu fisika.
***
Sekarang waktunya soal. Habis, menghafal 18 aturan di atas, belum lagi ditambah turunannya, jelas sulit diingat jika tak diasah lewat praktik. Jika kamu tertarik, kamu bisa membenarkan mana saja kata yang harusnya disertai penggunaan huruf kapital dalam soal berikut.
Sebelum mengerjakan soal, saya beri kutipan penyemangat dari Imam Syafi’i, bahwa “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan.” Hahaha.
Cantumkan jawabanmu di kolom komentar ya, gaes!
membedah soundtrack hamtaro yang sama sedihnya dengan lirik hachi
soundtrack kartun lawas hachi si lebah bisa jadi diciptakan ketika penulis liriknya sedang mengiris bawang. siapa yang tak sedih dengan cerita seekor lebah cilik terombang-ambing terbang beribu kilometer mencari mamanya sendiri?
“ya allah, di mana mama?” kalau hachi seekor lebah islami yang kangen merayakan lebaran bersama orang tua, mungkin begitu dia menggumam, semoga didengar oleh nabi sulaiman.
sekarang bayangkan jika hachi bertemu sang nabi. “selamat pagi, paduka. apakah paduka tahu di mana mamaku berada?” hachi bertanya begitu kepada raja penguasa kerajaan israel yang mampu bicara dengan hewan tersebut.
begitu ikoniknya cerita hachi, kita sampai bisa menjuluki anak kecil yang langsung menangis ketika mamanya tak tampak sebentar sebagai kehachi-hachian.
tapi hachi tinggal di jepang, bukan di israel apalagi indonesia. kita tak tahu dia suka madu baduy atau tidak. jangan-jangan hachi juga tak peduli karena semua makanan tak lagi enak selama ia belum bertemu dengan mamanya?
Dinukil dan ditambahkan dari artikel Ajeng Rizka di Mojok.
BACA JUGA Mudik dan Pulang Kampung Sah-sah Saja Dianggap Beda: Tinjauan Bahasa dan esai Prima Sulistya lainnya di VERSUS.