MOJOK.CO – Wadah menulis cerita kreatif kayak Wattpad sudah telanjur punya stigma negatif yang banyak memuat cerita dewasa. Padahal yang bagus juga banyak.
Saya mengawali menulis cerita fiksi sejak SD, sampai sekarang saya masih ingat buku bersampul Peter Pan dan Wendy berwarna kuning kehijauan yang di dalamnya memuat kisah-kisah konyol. Semuanya fiksi, dan saya malu mengakui bahwa cerita permulaan yang saya buat memang sangat busuk.
Teknologi berkembang dan anak SD zaman sekarang mungkin tak perlu menemui Peter Pan dan Wendy untuk sampul buku tulis fiksi mereka. Banyak platform digital yang sekaligus mempertemukan mereka dengan pembaca. Salah satu yang paling terkenal dan paling banyak digunakan adalah Wattpad.
Perkembangan dunia kreatif ini kemudian membawa kita pada satu titik saat cerita fiksi di dalamnya bisa begitu liar, tanpa kontrol, bebas, dan banal. Wattpad sebagai platform yang mempertemukan pembaca dan penulis sudah lama mendapat stigma buruk dan sampai sekarang masih langgeng. Wattpad berisi banyak kumpulan cerita dewasa, romantisasi seksualitas yang cenderung miskonsepsi, serta rawan sekali pembajakan karya.
“Ramai soal romantiasai bestiality (hubungan seksual dengan hewan-red), romantisasi perilaku pacar abusif, posesif, toksik. Banyak banget. Wattpad udah kayak forum semprot.” Ujar salah satu veteran penulis Wattpad berinisial AM.
Saya mengenal AM sebagai penulis fan fiksi yang tidak menargetkan ketenaran dengan karya-karyanya. Menulis cerita bisa jadi bagian healing yang ia lakukan selama bertahun-tahun. Namun, isu di Wattpad membuatnya sedikit terusik. AM pernah memberi label “mature” pada ceritanya yang berlatar belakang perang, konflik politik, dan kekerasan. Tapi, ia justru diprotes karena dituduh menipu pembaca.
“Orang-orang memang cari cerita dewasa, sialnya mereka rata-rata masih bocil.”
Restriksi dan peringatan konten? Ada. Tapi, bukan perkara yang sulit buat menerobosnya.
Kalau boleh sok-sokan pragmatis, memang seharusnya platform macam Wattpad punya gatekeeping yang jelas. Kontrol terhadap usia pembaca yang ketat, kalau perlu soal plagiasi juga diseriusi. Sayangnya untuk merealisasikan semua itu, kelewat ribet. Kalaupun diperketat, pengembang bakal kehilangan banyak pengunjung yang tereliminasi karena usia dan yang jadi malas baca karena aturannya macam-macam.
Beberapa orang pun bakal membela platform Wattpad dengan argumen klasik, “Lho, yang penting minat baca kita bisa tumbuh.”
Ya tapi, kalau sumber bacaannya romantisasi bokep hewan, normalisasi CEO ganteng pemerkosa, seks tanpa consent, itu yang tumbuh apanya, Bundah? Nafsu membabi butanya? Tumbuh rasa sangenya?
Seorang penulis Wattpad lainnya berinisial PW sebetulnya mengamini permasalahan ini. Ia justru menganggap bahwa kontrol dari pengembang Wattpad mungkin tidak akan terlalu membantu. Sebab, mereka yang nggak terkontrol itu selalu bisa cari cara untuk mengakses konten aneh-aneh.
Mengontrol kreator atau penulis cerita di Wattpad justru lebih masuk akal. Setidaknya, cerita yang dihasilkan nggak dangkal-dangkal amat dan tentu saja tidak “membahayakan”.
“Balik lagi ke tanggung jawab pribadi sebagai penulis. Contoh kecilnya, aku selalu berusaha nyinggung-nyinggung dikit soal consent kalau bikin cerita.”
PW telah menghasilkan beberapa buku dari tulisannya di Wattpad. Ia sebenarnya tidak berseberangan dengan ide menulis vulgar. Nggak masalah kalau memang ada cerita dewasa dalam Wattpad, tapi mbok ya jangan yang bikin miskonsepsi begitu.
Lama-lama Wattpad semakin terpuruk dengan stigma buruk. Tulisan di dalamnya dipukul rata, dianggap berisi cerita dewasa abal-abal. Padahal, banyak penulis seperti PW yang punya misi memberi tahu orang-orang: begini lho, melakukan hubungan seks tanpa consent itu berarti pelecehan.
PW pun mengaku tak pernah mau buku-bukunya diberi cap “telah dibaca jutaan kali di Wattpad”. Sebab, walau itu sebuah cara promosi, ia merasa tak nyaman. Cenderung memberikan ekspektasi berlebih, lagi pula, kesannya justru nggak bagus-bagus amat.
Selain pepat dengan cerita dewasa yang tak masuk akal, pembajakan cerita itu sesuatu yang lain. AM yang sempat saya tanyai tampak sudah terlalu lelah dengan hal ini. Berulang kali karyanya dicomot. Melapor ke pihak pengembang mungkin membantu, tapi tidak mencegahnya terjadi lagi.
Fenomena semacam ini jujur saja bikin saya juga pusing. Ya kalau dipikir, kok bisa ya, pengguna Wattpad itu kan dipertimbangkan sebagai pembaca, penyuka cerita. Kenapa justru tidak menganggap “sakral” suatu cerita yang dihasilkan secara original? Pembajakan itu terlalu menyakitkan untuk penulis dan pembaca seharusnya tahu persis hal ini.
Ah, tapi saya tidak bisa berharap juga pada orang-orang yang protes label “mature” tak memuat cerita dewasa. Angel wes.
BACA JUGA Wattpad Menunjukan Betapa Menyedihkan Selera Kebanyakan Pembacanya dan artikel lainnya di POJOKAN.