Virus Corona: Tetap Waras walau Dibatasi Tembok yang Sama

virus corona, kesehatan mental mojok.co

virus corona, kesehatan mental mojok.co

MOJOK.COSerangan virus corona membuat kita harus tetap di dalam rumah. Namun, kesehatan mental kalian menjadi rentan karena putus kontak dengan dunia.

Makin banyaknya jumlah orang yang positif terkena virus corona membuat pemerintah mengeluarkan imbauan untuk rakyat agar menjaga jarak antar satu sama lain dan juga meminta para pemilik perusahaan agar memberi instruksi para karyawan untuk bekerja di rumah. Jangan dipecat tapi, edan po.

Manusia adalah makhluk sosial, itu adalah hal yang tidak bisa dimungkiri. Entah introvert, ambivert, atau ekstrovert, manusia tetap butuh interaksi sosial untuk kebutuhan. Bisa untuk menenangkan batin, menyalurkan pikiran, dan juga bertukar informasi. Di titik itu, masalah muncul, apakah kita sanggup untuk tetap di dalam rumah dalam waktu lama?

Efek yang ditimbulkan dari kurangnya interaksi sosial tidak hanya ke fisik, namun juga mental. Virus corona memang mengintai orang yang beraktivitas di luar rumah, tapi yang di dalam rumah punya risiko kesehatan mentalnya terganggu. Meski teknologi sudah menghilangkan batas dan jarak, namun sensasi interaksi langsung tidak bisa terpenuhi. Bisa dibilang, kita tetaplah terkena sabetan pedang tak peduli setebal apa pun baju zirah kita.

Ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk menjaga kewarasan kita. Bekerja di rumah, kamar kos, atau rumah kontrakan tetap memberimu risiko. Independent merilis artikel yang berisi tentang langkah-langkah untuk menjaga kesehatan mental di waktu mengisolasi diri. Langkah-langkah ini sebaiknya Anda lakukan untuk meminimalisir efek yang diterima oleh mental Anda.

Ulangi kebiasaan Anda.

Hari senin, hari pertama bekerja di rumah, semua karena virus corona. Anda bangun jam 8, masih ada satu setengah jam sebelum bekerja. Anda mengumpulkan nyawa selama 5 menit, lalu mandi. 15 menit kemudian, Anda sarapan. 10 menit kemudian, Anda sudah menyeduh kopi dan siap untuk bekerja.

Sebentar, kenapa rutinitas dirimu tidak berbeda dengan saat masih ngantor?

Kebiasaan Anda adalah yang membentuk pribadi Anda. Ketika kehilangan kebiasaan yang biasa menghiasi keseharian Anda, pasti lambat laun membuat Anda merasa kosong. Kekosongan yang menguasai diri itulah yang akan membuat kesehatan mental mulai goyah. Dengan mengulangi kebiasaan yang Anda biasa lakukan di rumah, itu bisa membuat Anda tidak merasakan perbedaan yang besar dan tidak dilahap kekosongan. Kebiasaan itu termasuk olahraga kecil yang Anda lakukan tanpa disadari.

Lagian mentang-mentang kerja di rumah terus nggak mandi, mosok yo betah mambu.

Jaga pola hidup sehat.

Membeli soda atau kopi kalengan satu kardus dan makan junk food sembari rebahan nonton film bukanlah ide bagus jika hanya itu yang kamu lakukan. Rebahan emang enak, tapi rebahan selama 12 jam itu juga bukan ide yang bagus. Tetap makan makanan yang sehat, lakukan olahraga kecil, minum air putih yang banyak. Nggak lucu rasanya jika kalian aman dari virus corona tapi malah kena diabetes.

Tetap menjaga silaturahmi.

Komunikasi dengan dunia luar dan kawan-kawan yang terputus lama-lama bakal membuatmu gila. Bukan berarti ketika kamu di rumah, kamu tidak bisa berkomunikasi. Saya nggak perlu membuat daftar aplikasi yang bisa digunakan untuk komunikasi dengan temanmu. Tetap jaga komunikasi secara intens agar kalian tidak merasa sendiri.

Nggak, kalian nggak boleh nongkrong cantik di kafe dengan alasan “menjaga kewarasan”. Please stay at home, you could save thousands.

Jangan percaya grup Whatsapp.

Anda tidak boleh kaget kalau tiba-tiba teman-teman Anda menjadi ahli gizi dan peneliti imun. Bapakmu kalau tiba-tiba cerita corona itu disebarkan lewat aplikasi, jangan kaget. Itu semua disumbang oleh info-info yang muncul entah dari mana sumbernya, dan sering tersebar di grup Whatsapp.

Batasi info yang masuk ke diri Anda tentang virus corona di media sosial hanya dari otoritas yang berwenang. Beri edukasi ke teman-teman dan orang tua kalian kalau info-info yang beredar di grup Whatsapp jangan dipercaya mentah-mentah. Kita yang terdidik harus ikut berpartisipasi dalam meluruskan info-info yang tidak bertanggung jawab.

Tetap positif.

Gabut dalam waktu yang lama akan membuat kepalamu secara sukarela membuka folder-folder memori dan terkadang, otakmu memilih memori buruk dari keputusan yang buruk. Pikiran negatif yang muncul akan menggerogoti kesehatan mentalmu pelan-pelan.

Selalu sugesti pikiranmu bahwa badai pasti berlalu. Kita berhasil melewati Spanish flu, kita selamat dari flu burung, dan dirimu selamat dari banyak masalah dalam hidup. Virus corona memang mengerikan, tapi bukan berarti kamu harus kehilangan semangat hidup. Berpikir negatif tidak akan membantu apa pun, maka tetaplah positif dan beri sugesti pikiranmu bahwa kita bisa melalui ini semua.

BACA JUGA Tak Hanya MS Braemar, tapi Dunia Juga Berutang kepada Kuba dan artikel menarik lainnya dari Rizky Prasetya.

 

Exit mobile version