Ternyata Begini Rasanya Merindukan Aroma Tahi yang Dibersihkan dari Jeroan Kambing dan Sapi - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
  • Home
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Politik
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Pojokan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Uneg-uneg
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Politik
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Pojokan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Uneg-uneg
  • Terminal
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Uneg-uneg
  • Terminal
Beranda Pojokan

Ternyata Begini Rasanya Merindukan Aroma Tahi yang Dibersihkan dari Jeroan Kambing dan Sapi

Agus Mulyadi oleh Agus Mulyadi
31 Juli 2020
0
A A
kenangan
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Rindu tak selalu tentang yang indah-indah, kadang, rindu bisa muncul dalam bentuk yang amat menjijikkan: tahi.

Iduladha atau lebaran besar saya pikir selalu menjadi momen yang istimewa bagi banyak anak. Saya, selalu mengingat masa kecil saat lebaran besar di mana saya dan kawan-kawan saya, sesaat sebelum salat ied, melihat dan sibuk menghitung berapa kambing dan berapa sapi yang akan disembelih nanti setelah salat Ied.

Tiap kali melihat jumlah kambing dan sapi yang banyak itu, selalu muncul ketakjuban, betapa kayanya desa saya. Atau lebih tepatnya, betapa kayanya warga desa saya yang berani membayar kambing dan sapi tersebut untuk kemudian disembelih dan dibagi-bagikan.

Penyembilahan dan pemotongan daging selalu menjadi momen yang paling menyenangkan bagi saya, dan mungkin bagi anak-anak lain.

Saya, selalu kagum dengan kecepatan kerja lelaki-lelaki dewasa dalam menyembelih dan mencacah-cacah daging yang jumlahnya sangat banyak itu, sehingga dengan kecepatan yang luar biasa itulah daging-daging tersebut sudah terbungkus dalam plastik dan siap untuk dibagikan setelah salat zuhur,

Menyaksikan para bapak dan para pemuda itu mencacah, timbul semacam keinginan sederhana bagi saya saat itu.

Baca Juga:

Baceman kepala kambing

Menikmati Baceman Kepala Kambing H Sukirman yang Katanya Jadi Kasta Olahan Terenak

22 Desember 2022
Pukka Simbolon: Capcapung dan Rahasia Kesuksesan di Baliknya

Pukka Simbolon: Capcapung dan Rahasia Kesuksesan di Baliknya

24 Oktober 2022

Saya berharap, kelak, kalau saya tumbuh besar, saya akan menjadi bagian dari mereka yang ikut mencacah-cacah daging tersebut. Rasanya seperti tak ada yang lebih menggairahkan menjadi seorang dewasa selain bisa mencacah-cacah daging kurban.

Kelak, keinginan sederhana itu rupanya susah untuk terwujud. Saat saya dewasa, ternyata saya tak punya skill yang mumpuni dalam hal potong-memotong.

Tak ada sejumput pun nyali jagal yang tumbuh pada diri saya.

Dan puji Tuhan, ternyata bukan hanya saya anak yang tumbuh dewasa tanpa nyali jagal ini. Banyak kawan-kawan saya yang juga demikian.

Kondisi tersebut lantas membuat kami mendapatkan peran yang kelak, ternyata saya begitu menyukai dan menikmatinya: mencuci jeroan di sungai.

Karena kami tak bisa ikut membantu mencacah-cacah daging, maka mencuci jeroan menjadi tugas yang paling memungkinkan bagi saya dan kawan-kawan lain agar tak tampak nganggur-ngaggur amat dan masih cukup layak untuk dianggap “berkontribusi”.

Kami mengangkut jeroan-jeroan itu menggunakan gerobag celeng. Semacam gerobag dorong satu roda yang iklannya dibintangi komedian Doyok dengan tagline andalannya “Tinggal soroooong!” itu.

Ada satu bagian yang begitu saya sukai dari mencuci jeroan ini, yakni menyisir bagian usus (atau saluran pembuangan?) dan menggiring tahi yang ada di sana agar mau keluar semuanya.

Sungguh, itu sangat menyenangkan. Usus sapi atau kambing benar-benar menjadi wahana permainan yang sangat menyenangkan. Ia serupa labirin yang panjang.

Saya tipikal orang yang cukup suka dengan video-video satisfying seperti memencet jerawat, mengeluarkan duri dari daging, mengeluarkan peluru dari tubuh, dan sebangsanya itu. Dan menurut saya, kegiatan mengeluarkan tahi dari dalam usus kambing dan sapi itu adalah aktivitas yang juga satisfying.

Dan ya, lagi-lagi, bukan saya saja yang menyukai aktivitas ganjil itu. Beberapa kawan saya dan beberapa bapak-bapak (yang sebenarnya punya skill menjagal tapi tak punya pisau yang cukup tajam sehingga terpaksa ikut golongan pencuci jeroan) juga menyukainya.

Ada semacam kepuasan tersendiri tatkala tahi yang ada di dalam lintasan usus itu bisa dikeluarkan dengan baik. Dengan hanya menyisakan sedikit sekali kotoran. Sebab memang mustahil kami bisa membersihkan dan mengeluarkan semua tahi yang ada. Tugas kami hanyalah membersihkan sebanyak mungkin tahi yang bisa disisir. Selebihnya, biar itu menjadi tugas ibu-ibu yang bakal memasaknya.

Ada kebanggaan yang membuncah yang mampu membuat kami para pencuci jeroan bisa membusungkan dada saat mengangkut pulang jeroan dari sungai jika tahi di dalam jeroan itu bisa kami keluarkan dengan maksimal. Kami laksana senopati yang menang perang karena bisa membasmi banyak musuh dan hanya menyisakan beberapa.

Aktivitas mencuci jeroan dan menyisir tahi itu tanpa sadar sudah saya lakukan bertahun-tahun tiap kali lebaran besar.

Namun kini, di tahun pertama saya menikah, saya tinggal di Jogja.  Dan lebaran besar kali ini, saya tak pulang ke Magelang.

Saya tak bisa bergabung dengan kawan-kawan saya untuk mencuci jeroan dan menyisir tahi yang rasanya sudah seperti gaya hidup tahunan bagi saya.

Ada perasaan yang begitu sentimentil yang sekarang saya rasakan.

Saya rindu dengan aroma dan tekstur tahi kambing dan sapi yang hampir setahun sekali saya bersihkan itu. Tampaknya benar, rindu memang tak selalu tentang yang indah-indah.

Kini rasanya saya paham kenapa seorang Umar Kayam bisa merindukan Jogja bukan dari suasana hangatnya atau keramahan orang-orangnya. Melainkan dari aroma khas bekas tumpukan sampah yang baru saja disapu di salah satu sudut pasar di Jogja.

Ah, rindu memang rumit. Ia serupa tahi.

Terakhir diperbarui pada 31 Juli 2020 oleh

Tags: iduladhakambingsapitahi
Agus Mulyadi

Agus Mulyadi

Blogger, penulis partikelir, dan juragan di @akalbuku. Host di program #MojokMentok.

Artikel Terkait

Baceman kepala kambing
Goyang Lidah

Menikmati Baceman Kepala Kambing H Sukirman yang Katanya Jadi Kasta Olahan Terenak

22 Desember 2022
Pukka Simbolon: Capcapung dan Rahasia Kesuksesan di Baliknya
Movi

Pukka Simbolon: Capcapung dan Rahasia Kesuksesan di Baliknya

24 Oktober 2022
daging kambing mojok.co
Kesehatan

Benarkah Daging Kambing Bisa Tingkatkan Libido? Ini Kata Dokter Gizi

29 September 2022
cara memilih hewan kurban di idul adha 2022 mojok.co
Ekonomi

Cara Memilih Hewan Kurban Terbaik untuk Idul Adha Menurut Peternak

30 Juni 2022
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Dunia Ideal Menurut Seorang Lesbian

Dunia Ideal Menurut Seorang Lesbian

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

Suara Hati Pak Bukhori, Penjual Nasi Minyak yang Dihujat Warganet - MOJOK.CO

Suara Hati Pak Bukhori, Penjual Nasi Minyak Surabaya yang Dihujat Warganet

24 Januari 2023
Cak Nun Salah, Jokowi Bukan Firaun karena Firaun Tidak Setuju UU Cipta Kerja MOJOK.CO

Cak Nun Salah, Jokowi Bukan Firaun karena Firaun Tidak Setuju UU Cipta Kerja

21 Januari 2023
kenangan

Ternyata Begini Rasanya Merindukan Aroma Tahi yang Dibersihkan dari Jeroan Kambing dan Sapi

31 Juli 2020
Xiaomi 13 Series: Monster Baru dari Xiaomi, Hape Terbaik 2023 MOJOK.CO

Xiaomi 13 Series: Monster Baru dari Xiaomi dengan Senjata Kamera Leica Berpotensi Jadi Hape Terbaik 2023

20 Januari 2023
mie ayam takeshi bantul yang ayamnya ora umum!

Mie Ayam Takeshi Bantul, Ekstra Ayamnya Ora Umum!

22 Januari 2023
nasi kapau dan nasi padang punya banyak perbedaan

Gulai Tambusu dan Hal-hal lain yang Membedakan Nasi Kapau dengan Nasi Padang

23 Januari 2023
chatgpt mojok.co

Mengenal ChatGPT, Benarkah Bakal Akhiri Era Google?

24 Januari 2023

Terbaru

PO Haryanto Bikin Perjalanan Cikarang Jogja Jadi Menyenangkan MOJOK.CO

PO Haryanto Sultan Bantul Bikin Perjalanan Cikarang-Jogja Jadi Sangat Menyenangkan

27 Januari 2023
Kepala BPID Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Ivanovich Agusta dan Gubernur DIY, Sri Sultan HB X di Kepatihan, Kamis (26/01/2023) menyampaikan tidak ada lagi desa tertinggal di DIY MOJOK.CO

Disebut Provinsi Termiskin, DIY Tak Punya Desa Tertinggal

27 Januari 2023
kecamatan di sleman mojok.co

5 Kecamatan Paling Sepi di Sleman yang Cocok untuk Pensiun

27 Januari 2023
teror ular kobra

Tolak Safari Politik Anies di Banten, Oknum Lempar Sekarung Ular Kobra

26 Januari 2023
perangkat desa di diy mojok.co

Ribuan Perangkat Desa Geruduk DPRD DIY, Tolak Disamakan dengan Kades

26 Januari 2023
perempuan penyelenggara pemilu

Kenapa Keterlibatan Perempuan Sebagai Penyelenggara Pemilu Masih Rendah?

26 Januari 2023
Suara Hati Petani di Gunungkidul Karena Monyet yang Marah Kena JJLS

Suara Hati Petani di Gunungkidul karena Monyet yang Marah Kena JJLS

26 Januari 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Pojokan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Kunjungi Terminal
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In