Susahnya Menghadapi Humor Grup Wasap Bapak-Bapak

grup wasap bapak-bapak

Humor itu konon punya tingkatan sendiri. Humor paling tinggi adalah humor falsafah. Di bawahnya ada humor gelap alias dark jokes. Di bawahnya lagi ada humor intelektual. Di bawahnya lagi ada humor satir. Di bawahnya ada humor standar. Di bawahnya lagi ada humor receh. Dan yang paling bawah adalah humor grup wasap bapak-bapak kampung.

Jenis humor yang disebut terakhir merupakan humor yang bagi para generasi milenial yang sudah ((( melek internet ))) dianggap sebagai humor yang so yesterday. Jayus.

Ia tak ubahnya seperti humor “Bersatu kita teguh, bercerai kawin lagi”, “Lari dari kenyataan” atau humor “Korban perasaan” menjelang Iduladha.

Sebagai salah satu orang yang termasuk melek internet, saya tentu saja ikut merasakan betapa humor grup wasap bapak-bapak ini begitu menggangu. Lebih dari itu, ia sangat destruktif. Itulah kenapa saya sebisa mungkin selalu berusaha untuk menghindarinya.

Celakanya, hampir di banyak grup wasap, humor jenis ini selalu bertebaran. Maklum, ia mudah sekali diforward atau dicopas.

Dan kita semua tentu paham sendiri, bahwa di berbagai entitas grup wasap, hampir selalu ada, entah satu atau dua, bapak-bapak yang memang hobi menyebarkan humor-humor jayus tersebut.

Nah, sial bagi saya, dari sekian banyak grup yang saya ikuti, selalu ada saja share-share-an humor grup wasap bapak-bapak ini yang melintas.

Kalau ndilalah ketemu, yang saya lakukan biasanya ya cuma mengelus dada. Yah, sambil sesekali meratapi betapa selera humor para bapak yang bagi saya semakin miris saja.

Namun, sebuah peristiwa beberapa waktu yang lalu mau tak mau membuat saya tak bisa diam saja melihat humor grup wasap bapak-bapak ini.

Saya sudah terbiasa dengan gaya humor copas ala-ala grup wasap yang dekaden dan kadang jayus itu, sehingga kalau mendapatkan yang demikian, saya merasa sudah sangat siap.

Tapi kali ini, saya harus terperanjat. Sebab kali ini, penyebar pesan tersebut adalah bapak saya sendiri. Dan itu ia lakukan di grup wasap warga kampung.

Begini kira-kira pesan humor yang ia share di wasap:

FITNAH ATAU FAKTA

Hampir 99% Lelaki beristri lebih sayang kepada anaknya daripada istrinya. Hal ini dibuktikan, jika celana anaknya melorot pasti dibenerin, tapi celana istri yg sudah benar malah dipelorotin.

Hampir 99% lelaki beristri yg sudah punya anak, kalo lihat anak orang lain pasti ingat anak sendiri, tapi kalau lihat istri orang lain, lupa dgn istrinya sendiri.

Hampir 99% Lelaki beristri lebih sayang kepada anaknya. Hal ini terbukti jika di malam hari, anak yg sedang asyik main, dirayu-rayu untuk tidur, sedangkan istrinya yg sedang asyik tidur, eh malah dirayu diajak “main”.

Hampir 99% Lelaki beristri lebih sayang kepada anaknya, karena jika anak mau tidur diselimuti, sadangkan istrinya sedang tidur, eh malah di tarik selimutnya.

Ya Tuhaaaaaan.

Hati saya bergejolak hebat. Ada pergolakan batin yang sangat keras pada diri saya.

Bapak saya, yang saya ketahui punya selera humor yang tinggi ternyata bisa terjerumus juga dalam kubangan humor wasap bapak-bapak.

Saya ingin menegurnya, tapi itu artinya saya menghina pemahaman dan selera humornya. Tapi kalau tidak saya tegur, saya takut hal tersebut akan menjadi kebiasaan dan bisa keterusan.

Ah, agaknya memang benar apa kata pak kiai, bahwa dakwah yang paling utama adalah dakwah kepada anggota keluarga sendiri.

Exit mobile version