Surat Cinta untuk Ridwan Kamil: Tentang Eril dan Noel

Alam baka dan surga tak akan bisa membatasi cinta dari almarhum anak-anak kita. Mari kita berdoa bersama.

Surat Cinta untuk Ridwan Kamil MOJOK.CO

Ilustrasi Ridwan Kamil dan Eril. (Mojok.co/Ega Fansuri)

MOJOK.COSaya dan Bapak Ridwan Kamil masih punya tugas di kehidupan ini. Demi Noel dan Eril, marilah kita jangan larut dalam kekecewaan.

Kata orang, belum ada istilah untuk sebuah kondisi ketika orang tua kehilangan anaknya. Ada yatim, ada piatu. Namun, tidak ada istilah untuk kepergian sang anak. Namun, Pak Ridwan Kamil, izinkan saya menciptakan istilah untuk kondisi ini. Saya menyebutnya “kesedihan tak berbatas”.

Kunto Wiyoga, teman saya di Twitter berbagi sebuah kalimat yang dengan telak menggambarkan kesedihan Pak Ridwan Kamil setelah ditinggal Eril. Kunto menulis: “Tidak ada orang tua yang mempersiapkan diri untuk terlebih dahulu ditinggalkan anaknya.”

Tidak ada orang tua yang membayangkan dirinya berdiri depan pusara bertanah cokelat. Melihat anaknya diturunkan ke liang lahat. Didoakan sejumlah orang. Menuju alam baka. Diterima oleh Tuhan di sisinya. Sedih. Terlebih ketika orang tua tersebut belum bisa melihat jasad sang anak setelah ditinggal pergi.

Pak Ridwan Kamil, melihat berbagai unggahan di media sosial, saya yakin Bapak adalah sosok yang tangguh. Eril pergi tanpa pamit dan hingga sekarang jasadnya belum ditemukan. Saya tidak bisa membayangkan pukulan keras yang menghantam ulu hati Bapak. Namun, Bapak masih punya sisa senyum untuk mereka yang menyapa Bapak di bandara. Bapak hebat.

Iya, Bapak adalah sosok yang hebat. Saya, mungkin tidak punya secuil mental seperti yang dimilik Bapak ketika ditinggal Eril. Saya, hanya bisa sedikit merasakan kesedihan yang Bapak rasakan. Terutama ketika saya ditinggal meninggal anak saya di akhir Januari 2022 yang lalu.

Saya dan istri sudah memberi nama jauh sebelum anak kami lahir. Pak Ridwan Kamil, kami memberinya nama Noel Pinot. Noel Pinot, di agama Katolik, adalah seorang martir. Dia membela agamanya dengan cara paling tangguh.

Noel dijadwalkan lahir pada 2 Februari 2022. Namun, Tuhan punya rencana lain. Di akhir Januari 2022, masih di dalam kandungan istri saya, Noel mendahului kami untuk bermain di taman Firdaus. Setelah dilahirkan, Noel punya berat 3,9 kilogram dengan panjang 52 sentimeter. Bayi yang besar, seperti saya, bapaknya.

Pak Ridwan Kamil, hingga tulisan ini selesai ditulis, saya masih belum sepenuhnya iklas. Saya masih sering menangis. Di malam-malam tertentu saya tidak mengontrol kesedihan dan murung yang datang. Saya tidak bisa menjawab pertanyaan teman-teman ketika cemas melihat saya pucat. Saya cuma bilang, “Lagi meriang aja.” Saya tidak bisa leluasa berbagi kesedihan di tengah teman-teman yang sedang berbahagia.

Oleh sebab itu, mengikuti berita soal almarhum Eril, saya seperti di tarik lagi ke akhir Januari 2022. Ketika setiap malam, saya dan istri hanya bisa berdoa di tengah tangis yang menguasai. Beberapa kali kami mengunjungi makam Noel di sudut belakang desa. Sebagai orang tua, kami hanya bisa meminta maaf karena gagal menjaga dan merawat. Kami hanya bisa menangis. Lagi dan lagi.

Namun, Pak Ridwan Kamil, satu hal yang kami yakini adalah kematian bukan akhir dari kebahagiaan. Saya dan istri selalu yakin Noel sudah bahagia bermain di taman Firdaus. Mungkin sedang bermain sepak bola bersama beberapa malaikat yang tengah mengaso. Demikian juga saya meyakini Eril sedang dalam perjalanan menuju surga terbaik.

Pak Ridwan Kamil, saya dan istri juga meyakini satu hal lain, yaitu kematian anak punya makna lain. Bagi kami, Noel akan menjadi pendoa. Menjadi sosok yang menjaga kami dengan doa-doa jujur yang dia haturkan kepada Tuhan. Demikian juga dengan Eril. Saya dan istri yakin Eril akan senantian mendampingi Pak Ridwan Kamil dan keluarga.

Eril akan menjadi pendoa. Menjadi sosok yang menjaga setiap langkah Bapak dan keluarga. Dia akan menjadi pendamping. Ikut mencatat dan mengucapkan amin dari setiap doa terbaik yang dihaturkan keluarga Bapak kepada Tuhan. Eril akan selalu ada di sana.

Pak Ridwan Kamil, sebelum Bapak menemukan titik iklas, hari-hari ke depan akan terasa sangat berat. Mungkin Bapak dan Ibu akan selalu menitikkan air mata ketika tahajud di sepertiga akhir malam. Mungkin Bapak akan merasa cepat lelah dan malas menjalani kehidupan lagi. Sebagai sesama bapak yang ditinggal anak pergi ke surga duluan, saya hanya bisa mengirim doa dan mengajak Bapak untuk “bertahan sedikit lagi”.

Saya mungkin tidak bisa iklas ditinggal Noel. Mungkin juga Pak Ridwan Kamil ketika tahu Eril hilang. Saya rasa, perasaan ini normal dan manusiawi. Mumpung kita masih dilingkupi duka yang sama, mari kita sama-sama mengangkat mental dan harapan. Bukan untuk orang lain, tapi untuk almarhum dan diri sendiri.

Saya dan Bapak Ridwan Kamil masih punya tugas di kehidupan ini. Demi Noel dan Eril, marilah kita jangan larut dalam kekecewaan. Meski sangat berat. Meski kesedihan itu tak terperi. Mari saling menguatkan.

Akhir kata, saya juga berdoa untuk para orang tua di luar sana yang ditinggal anak lebih dulu menuju surga. Hari-hari yang berat ini bukan akhir segalanya. Cinta memang tidak berwujud. Kasih tidak bisa digambarkan. Namun, cinta dan kasih bisa kita rasakan.

Alam baka dan surga tak akan bisa membatasi cinta dari almarhum anak-anak kita. Mari kita berdoa bersama.

Mulih ka jati, balik ka asal, dipundut ku nu rahayu.

BACA JUGA Melepas Kematian Orang Tercinta dengan Sukacita dan artikel menarik lainnya dari Yamadipati Seno.

Penulis: Yamadipati Seno

Editor: Yamadipati Seno

Exit mobile version