Setelah membaca naskah liputan tentang Honda ADV 160 yang jadi simbol kesuksesan, saya malah jadi kepikiran hal lain. Yaitu, memangnya beneran masih valid ya mematok simbol kesuksesan dengan barang?
Tidak, jangan bawa-bawa argumen “itu desa, Bro, jelas beda.” Saya hidup juga di desa, tapi saya tak memegang standar itu. Bahwa yang lain masih pake standar itu, saya nggak bisa menampik. Cuman, saya rasa kayaknya kita perlu liat satu fakta yang kelewat terang: orang yang membeli barang agar dianggap sukses, justru seringnya hidup paling menderita.
Ini memang tidak bisa dijadikan patokan, hanya saja, dari banyak contoh kasus yang saya lihat, memang beginilah faktanya. Makin orang pengin dipandang sukses, makin banyak barang dia beli, dan hidupnya justru makin menderita.
Ketika orang sukses itu harusnya tak punya masalah finansial, justru orang-orang yang punya barang yang dianggap simbol kesuksesan ini malah terjerat masalah finansial yang tak masuk akal. Bahkan, untuk makan hari itu aja, ngutang. Bisa jadi seseorang punya Honda ADV 160, mobil, atau hape terbaru. Tapi isi ulang galon saja, mikir dua kali.
Sayangnya, ini nyata. Setidaknya, kenyataan yang saya lihat dari mata kepala sendiri.
Rekening anjlok
Saya punya kerabat dekat. Dia punya segalanya. Jabatan, mobil, rumah besar, dan motor lebih dari satu. Dari luar, tak mungkin orang ini makan susah. Tak mungkin. Harusnya, rekeningnya gendut.
Tapi, ini kan seharusnya. Nyatanya, tidak. Orang ini mungkin punya simbol kesuksesan lebih mahal ketimbang Honda ADV 160, tapi isi rekeningnya, jauh di bawah harga lampu Honda ADV. Bahkan untuk urusan makan, dia kesulitan.
Ini tentu saja bikin saya heran. Bagaimana bisa?
Saya juga punya kerabat lain. Nasibnya sama, bedanya, kerabat yang sebelumnya lebih mendingan. Yang satu ini, sudah nasibnya hancur-hancuran, tapi gengsinya jauh lebih mengerikan. Di saat bisnisnya sudah hancur lebur, dia memilih membeli simbol kesuksesan yang lain, yaitu mobil. Jelas itu lebih mentereng ketimbang Honda ADV 160, tapi efek kehancurannya jelas lebih mengerikan.
Orang ini masih tak mau menurunkan standar. Makan harus enak, rokok harus mahal, mobil harus tetap kinclong. Padahal hidupnya menderita, dan penderitaannya ditularkan pada sanak saudaranya, dengan membuat mereka jadi penyambung hidup. Alias, ngutang tanpa henti.
Saya makin heran, dan hanya bisa bilang, kalian benar-benar gila.
Honda ADV 160 dan kebahagiaan semua
Simbol kesuksesan bisa apa saja. Bisa Honda ADV 160, seperti di naskah liputan Mojok. Bisa jadi mobil kinclong. Atau, bisa jadi jabatan mentereng dan rumah tingkat 3. Tapi semua simbol tersebut punya satu hal mengerikan, yaitu dijadikan patokan, kalau tidak terkejar, artinya gagal.
Padahal kita tahu sendiri, hidup mengejar harta hanya demi validasi tak ubahnya menyayat nadi sendiri dengan pisau berkarat. Tak kunjung terpotong, tapi perihnya tak tertolong, dan karatnya bikin semua usaha pertolongan jadi terlihat seperti omong kosong. Apalagi di masa-masa kini, di mana uang yang besar tak bikin kita makin bahagia, tapi makin merana karena tak bisa lagi jadi jaminan keamanan.
Ketika dicap gagal oleh tetangga dan saudara, banyak yang merasa itu akhir dunia. Padahal kalau otak dipakai, selama pasangan dan anak tak protes, kenapa juga kita harus peduli omongan orang lain. Misalnya, buat apa kalian harus kredit mobil bekas jika ujungnya uang makan keluarga terpotong? Buat apa juga harus beli motor macam Honda ADV 160 agar dicap sukses, tapi beli olinya saja susah?
Tak bijak
Di masa krisis seperti ini, saya rasa tak ada bijak-bijaknya masih berusaha mengejar validasi. Lebih baik menyelamatkan diri sendiri, menutup kuping, ketimbang mendengarkan tetangga, saudara, atau kerabat dekat yang seakan-akan jadi petugas penentu kesuksesan. Percayalah, mereka akan jadi orang pertama yang lari dari Anda ketika kalian bangkrut. Melirik saja tidak.
Jadi, belilah Honda ADV 160 karena butuh, tapi bukan karena ingin terlihat sukses. Jangan pernah menuruti kata siapa pun yang bilang Anda baru sukses karena A, B, C, atau D. Ingat, Anda masih hidup, dan bertahan, masih bisa menemui kebahagiaan, itu adalah kesuksesan. Sebab, bahkan, orang-orang masih tak tahu caranya bahagia, dan harus didikte tetangganya.
Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Motor Honda ADV 160 Memang Keren, tapi Layak Dinobatkan Jadi Musuh Perempuan dan catatan menarik lainnya di rubrik POJOKAN
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.










