Mengenal Paspampres, Pasukan Pengamanan Presiden yang Pacarable

Menjadi bagian pasukan ini ternyata tyda semudah ikutan Pramuka setiap Jumat sore di lapangan sekolah, my lov.

Mengenal Paspampres, Pasukan Pengamanan Presiden yang Pacarable MOJOK.CO

Mengenal Paspampres, Pasukan Pengamanan Presiden yang Pacarable MOJOK.CO

MOJOK.COProfesi Paspampres yang selalu siaga menjaga presiden dan keluarganya ini jarang disorot, meski selalu terlibat dalam setiap urusan kenegaraan.

Selain menjadi hari gelaran Piala Oscar, tanggal 4 Maret 2018 juga menjadi hari terakhir rangkaian Kejuaraan Dunia World Indoor Athletic Championship di Birmingham, Inggris. Dalam kompetisi ini, ada seorang atlet Indonesia dengan nama yang agak India mewakili Indonesia di cabang lari gawang. Namanya Rio Maholtra.

Rio sendiri adalah seorang atlet lari gawang dari Sumatera Selatan yang juga berstatus sebagai Paspampres (Pasukan Pengamanan Presiden), meski saat ini ia sedang tidak aktif.

Wooooooooooooooow!

Hm, bicara tentang Paspampres, kita tentu tak akan lupa pada insiden Anies Baswedan dan seorang anggota Paspampres, bukan? Hmm….

Untuk mengisi waktu-waktu yang selo ini, marilah kita mengenal lebih jauh soal profesi yang telah bertugas menjaga keselamatan presiden ini~

Dilansir dari Kompas, cikal bakal Paspampres adalah delapan orang personil Tokubetsu Keisatsutai (pasukan polisi istimewa) yang mengajukan diri pada Presiden Soekarno menjadi pengawal pribadi sejak pertama kali Indonesia merdeka. Saat itu, kondisi pemerintahan kian panas di Jakarta sehingga Presiden Soekarno memutuskan untuk memindahkan pemerintahan ke Jogja.

Rencana ini diikuti oleh perintah rahasia Presiden untuk menyiapkan rangkaian kereta api dengan tujuan menyelamatkan petinggi negara yang terancam keselamatannya. Di sinilah kedelapan pemuda tadi berperan!

*terekdungces*

Keren, yha? Kalau delapan pemuda tadi lahir di zaman milenial, kayaknya lebih besar kemungkinan mereka bersatu untuk menjadi boyband. Hehehe~

Mulanya, Paspampres disebut dengan nama Paswalpres. Namun, selanjutnya, kata “pengamanan” dinilai lebih tepat digunakan karena maknanya lebih mengarah pada keselamatan obyek. Sejak tahun 1988, namanya pun berubah menjadi seperti sekarang.

Menjadi bagian pasukan ini ternyata tyda semudah ikutan Pramuka setiap Jumat sore di lapangan sekolah, my lov. Modalnya juga bukan buku SKU, tongkat pramuka, tali, dan hasduk (YA IYALAH!).

Asisten Personel Kolonel Ahmad Fauzi menyebutkan syarat-syarat yang harus dipenuhi babang-babang Paspampres:

Nah, gimana? Udah cukup amazed?

Kalau dianalisis, pemuda-pemuda Paspampres ini sungguh merupakan bibit unggul lelaki sejati. Gimana nga, mereka adalah laki-laki yang cowok banget dengan kemampuan bela diri dan badan tinggi, serta berotak encer. Mereka yang tergabung dalam Paspampres pun mempunyai jiwa rela berkorban yang tyda main-main; menjadi “perisai hidup” demi keselamatan presiden~

Yang lebih penting lagi….

…mereka mampu membaca mimik dan gerak tubuh!!!!!

Memang sih, kemampuan ini penting dimiliki demi menjaga keselamatan presiden dari segala marabahaya. Tapi, coba bayangkan kemampuan ini dimiliki oleh seorang laki-laki yang memiliki pasangan. Sungguh berkah yang membahagiakan~

Perempuan ngambek? Huh, nga zaman. Paspampres bisa langsung ngerti apa maksud dari si cewek, lewat mimik dan gerak tubuh.

*tepuk tangan*

Selain itu, meski tegap dan berlatar belakang tentara, Paspampres ternyata harus bersikap lembut dan humanis, khususnya saat mengawal Presiden Jokowi yang hobinya blusukan.

Singkatnya, Paspampres harus gesit dan mampu memutar otak lebih cepat agar presiden merasa aman dan nyaman. Maka, dengan beban kerja yang complicated, sebuah hiburan tentu tidak salah diberikan pada mereka.

Dalam sebuah wawancara tahun 2016 di Mata Najwa, Gibran Rakabuming, putra Presiden Jokowi, bercerita bahwa ia sekeluarga pernah menonton film komedi bersama-sama, dengan kawalan Paspampres. Saat ditanya siapa yang tertawa paling kencang, tanpa ragu Gibran menjawab,

“Paspampres!”

Ya maklum, Paspampres kan juga butuh hiburan.

BACA JUGA Gibran Maju Pilkada Solo Itu Tak Mengapa, tapi Caranya Nggak Gitu Juga dan tulisan lainnya dari Aprilia Kumala.

Exit mobile version