Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Orang Kaya Kerap Bikin Orang Miskin Merasa Terintimidasi

Haris Firmansyah oleh Haris Firmansyah
19 November 2019
A A
Cabup Petahana Klaim Kemiskinan di Blora Turun, Tapi 99 Ribu Rakyatnya Cuma Berpenghasilan 400 Ribu Sebulan.MOJOK.CO

Ilustrasi - Cabup Petahana Klaim Kemiskinan di Blora Turun, Tapi 99 Ribu Rakyatnya Cuma Berpenghasilan 400 Ribu Sebulan (Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO –  Pernah merasa segan, takut, salah tingkah, dan sebagainya ketika berhadapan dengan orang kaya? Tenang, kamu nggak sendiri.

Kalis Mardiasih bercerita di status Facebook tentang peristiwa yang disaksikannya di gerbong kereta. Seorang perempuan yang tampak kaya menegur suami-istri yang salah tempat duduk. Harusnya pasutri ini duduk di gerbong premium, tapi nyasar ke gerbong eksekutif dan duduk di kursi punya perempuan tajir tadi. Karena mbak yang empunya kursi nyuruh cepat-cepat pindah dengan ucapan-ucapan sarkastis, si suami pun berkali-kali minta maaf.

Mungkin kisah sehari-hari ini mengesankan bahwa seseorang yang kelas sosialnya lebih tinggi, bisa membuat rakyat biasa-biasa aja jadi inferior. Namun, yang perlu diingat, pasutri ini posisinya salah. Jadi wajar si suami minta maaf tanda kebesaran hati. Sialnya, diperparah dengan kekesalan mbak tajir yang entah harinya berjalan seperti apa, hingga sampai hati memperlakukan sesama penumpang demikian.

Saya sendiri pernah berhadapan dengan mbak-mbak serupa yang menegur saya sewaktu di bioskop.

“Mas, ini bangku saya,” ucap mbak-mbak itu kepada saya yang duduk di bangku yang saya pesan via aplikasi pemesanan tiket.

Saya mulai melihat penampilan si mbak dari bawah sampai atas. Nggak kelihatan, soalnya gelap. Saat itu sebagian lampu sudah dimatikan. Wajahnya yang bete terlihat dari pantulan cahaya layar bioskop. Tapi dari nada bicaranya yang sok kuasa, saya yakin mbak ini punya privilese di hidupnya.

Benar saja, ketika mbaknya turun untuk lapor ke karyawati bioskop, teman nonton saya sempat membisiki saya, “Saya tahu sama orang itu. Dia pemilik toko emas.”

Mbaknya kembali bersama karyawati bioskop, lalu berseru, “Coba lihat tiketnya!”

Saya tunjukkan tiket saya kepadanya. Saya tidak takut karena saya benar. Boleh saja dia di unggul secara finansial, tapi perkara duduk sesuai bangku bioskop, saya ahlinya sejak tahun 2010.

Karyawati bioskop menyenter tiket saya, lalu beralih ke tiket mbaknya.

“Mas udah sesuai bangkunya. Ibu duduknya di ujung sana ya,” pungkas karyawati bioskop sembari mempersilakan.

Mbaknya yang sewot duluan, akhirnya menunduk di depan saya dan mengakui kesalahan, “Maaf ya, Mas.”

“Oke,” jawab saya singkat.

Kekayaan dan kejayaan lainnya mungkin memang bisa menjadi kekuatan tambahan bagi seseorang untuk menakuti sesama manusia. Di ranah sosial, kita masih bisa melawan kesombongan dengan kebenaran. Di ranah hukum (di negeri yang masih lemah penegakan hukumnya), belum tentu kebenaran bisa menang, kadang uang yang menentukan. Ini yang jadi trauma mendalam sebagian masyarakat yang akhirnya takut mendengar kata pengacara dan meja hijau. Apalagi kalau kata itu diucapkan oleh orang kaya.

Iklan

Belakangan, marak di Twitter, seseorang memamerkan jumlah saldo rekening, dilanjutkan tips sukses dalam bentuk utas. Dengan kekayaan, seseorang merasa berhak untuk disegani dan didengarkan. Padahal kan kesuksesan bukan melulu tentang uang.

Cukup ceritakan bagaimana kerasnya kamu berjuang menekuni bidang yang kamu cintai, itu lebih cantik. Nggak perlu embel-embel hasilnya berupa materi. Itu malah bisa bikin orang jadi minder dan kurang bersyukur dengan pencapaiannya sendiri, alih-alih terinspirasi. Memangnya kamu Buset (Budi Setiawan)?

Kaya dan sombong memang kombinasi jitu untuk bikin rakyat kecil terintimidasi. Namun, kaya, baik hati, dan gampang dibodohi, juga bahaya ketika ketemu orang yang cuma mau memanfaatkan kamu kayak di film Parasite.

Bagaimanapun, daripada jadi orang kaya atau orang miskin, paling enak jadi pengendara motor yang ngotot. Ketika tabrakan dengan mobil, yang ganti rugi tetap pemilik mobilnya walaupun pemotor yang salah. Salahnya, dia bawa mobil, udah pasti banyak duit.

Gitu.

BACA JUGA Wacana UU Perlindungan Ulama Tak Cuma Berguna untuk Habib Rizieq atau komentar lainnya di rubrik POJOKAN.

Terakhir diperbarui pada 19 November 2019 oleh

Tags: orang kayasobat miskintakut
Haris Firmansyah

Haris Firmansyah

Pegawai Bank Ibukota. Selain suka ngitung uang juga suka ngitung kata.

Artikel Terkait

kebiasaan flexing mojok.co
Sosial

Fenomena Orang Tajir Pamer Kekayaan, Pakar UGM Ungkap Alasan Flexing

1 Maret 2023
Orang Jogja Susah Jadi Orang Kaya karena Ongkos Transpor! MOJOK.CO
Esai

Orang Jogja Susah Jadi Orang Kaya karena Ongkos Transpor!

18 Maret 2022
Menculik PSS Sleman MOJOK.CO
Pojokan

Manajemen PSS Sleman dan Kelakuan Aneh Orang Kaya di Dunia Sepak Bola

30 Oktober 2021
ilustrasi Armand Hartono yang Bos BCA Itu juga Paham, Aqua Gelas di Seminar Emang Harus Dihabiskan mojok.co
Pojokan

Armand Hartono yang Bos BCA Itu juga Paham, Aqua Gelas di Seminar Emang Harus Dihabiskan

11 Oktober 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.