MOJOK.CO – Saya tertawa saat menonton adegan di salah satu film hantu Suzzanna. Saya tiada menduga bahwa pernah ada suatu masa ketika hantu sundel bolong merutuki musuhnya dengan sebutan “pengedar narkotik keparat”.
Sudah beberapa tahun terakhir ini, saya jarang sekali menonton televisi. Maklum saja, kultur gadget benar-benar telah membuat saya menjadi sangat jauh dengan televisi dan dekat sekali dengan hape. Berbagai hiburan digital sudah saya dapatkan melalui YouTube dan kanal lainnya.
Satu-satunya waktu di mana saya menghabiskan banyak waktu buat menonton televisi adalah ketika saya harus menginap di hotel kalau ndilalah saya sedang ada acara di luar kota.
Karena jarangnya saya menonton televisi, maka ketika sekali ada kesempatan, saya bakal menonton acara-acara yang menurut saya nostaljik.
Nah, satu dari sedikit acara nostaljik itu adalah film horor jadul Suzzanna yang kerap sekali diputar di stasiun televisi ANTV.
Rasanya menyenangkan sekali menonton film yang dulu menghiasi masa-masa kecil saya. Film yang dulu ikut menanamkan rasa takut yang begitu mendalam kepada sosok bernama “hantu”.
Belakangan, saya sering sekali ngisi di luar kota. Itu membuat saya praktis banyak menginap di hotel dan kemudian sering menonton film horor jadul.
Gara-gara sering menonton film horornya Suzzanna, saya kemudian baru menyadari, bahwa ada hal yang unik pada pola film horor jadul Suzzanna. Bahwa sebagai hantu, dia adalah hantu yang sangat peduli dengan masyarakat.
Semalam, saat menonton film Telaga Angker, keyakinan saya akan pola tersebut benar-benar terbukti.
Film Telaga Angker bercerita tentang hantu sundel bolong Anita. Diceritakan bahwa Anita (Suzzanna) yang tengah mengandung menjadi korban keganasan penjahat. Ia bersama Lenny (Nina Anwar), adik suaminya, dibunuh dan mobilnya ditenggelamkan ke telaga. Ketika peristiwa itu terjadi, suaminya Robby (George Rudy) tengah menjemput anaknya, Sandy (Sandy Taroreh). Langkah pencarian bersama satuan polisi dikerahkan, tetapi tak ada hasil. Sementara itu, ada penelepon gelap mengaku bahwa kelompoknya telah membunuh Anita dan Lenny.
Suatu malam keluarga Robby amat gembira, Anita telah kembali ke kamarnya bagaikan mimpi. Keesokan harinya Anita menghilang kembali entah ke mana. Paman Wijaya (Didin Syamsuddin), kakak kandung Anita, datang terutama untuk menghibur Sandy. Kesedihan menjadi bertambah tatkala Robby yang berusaha mencari sendiri pembunuh istrinya juga menjadi korban keganasan para penjahat itu. Akibatnya, arwah Anita yang masih gentayangan, meneror dan membunuh para pelaku kejahatan tersebut.
Naluri keibuan Anita menghendaki Sandy agar ikut serta ke tempatnya. Paman Wijaya yang saleh dan taat beragama, berhasil menenteramkan arwah Anita. Jasadnya diangkat dari telaga, lalu disempurnakan sebagaimana mestinya.
Dalam film tersebut, ada adegan yang sangat keren, di mana hantu sundel bolong Anita hendak membunuh salah satu penjahat yang satu kelompok dengan orang-orang yang dulu membunuhnya.
Belakangan diketahui bahwa para penjahat tersebut ternyata selain membunuh juga berbisnis narkoba.
Sesaat sebelum menghabisi nyawa penjahat, si hantu Anita dengan jelas berkata pada para penjahat. “Dasar pengedar narkotik keparat, kalianlah yang telah membunuhku. Ternyata kalian juga pembunuh masyarakat, perusak generasi muda. Kalian harus aku musnahkan!”
Sedaaaaaap.
Sehantu-hantunya sundel bolong, ia tetaplah makhluk yang peduli dengan masyarakat. Ia adalah hantu yang cocok menjadi mitra kamtibmas.
Saya tertawa saat menonton adegan tersebut. Saya tiada menduga bahwa pernah ada suatu masa ketika hantu sundel bolong merutuki musuhnya dengan sebutan “pengedar narkotik keparat”.
Ini keren. Ini dahsyat.
Kelak, dalam film Suzzanna yang lain yang berjudul “Bangunnya Nyo Roro Kidul”, ada lagi pola di mana hantu ini peduli dengan nasib masyarakat.
Dalam film tersebut, ada adegan di mana Neneng, yang diceritakan sebagai perwujudan Nyi Roro Kidul menasihati pasangan suami-istri dukun Bokir yang ketahuan mencari uang dengan menipu kliennya.
“Kalian carilah uang dengan cara yang benar. Nggak baik menipu orang. Bekerjalah yang benar, cari rejeki yang halal, berkah.”
Bokir dan istrinya pun kemudian memutuskan untuk bertransmigrasi.
Kalau mau menyimak film-film Suzzanna yang lain, saya pikir kita bisa menemukan lebih banyak lagi mutiara hikmah yang terkandung di dalam film-film tersebut. Ada begitu banyak petuah yang disampaikan oleh sosok-sosok hantu yang diperankan oleh Suzzanna.
Saya pikir, di tengah kedegilan jaman yang semakin tak keruan ini, penting kiranya untuk kembali menonton film-film horor Suzzanna.
Ia, meminjam istilah sinetron Hidayah, bukan hanya sekadar tontonan, tapi juga tuntunan.
Suzzanna memerankan peran yang kompleks. Ia bukan saja berperan sebagai kuntilanak dan sundel bolong, lebih dari itu, ia juga berperan sebagai mitra BNN, penyuluh transmigrasi, duta Pancasila, serta sosok-sosok pembangunan akhlak dan kehidupan masyarakat lainnya.
Negeri ini butuh patriot, dan patriot itu bisa kita temukan pada sosok hantu yang diperankan oleh Suzzanna.
BACA JUGA Kejadian Horor di Bioskop saat Nonton Film Horor atau esai AGUS MULYADI lainnya.