MOJOK.CO – Nasi campur babi di Grab atau Gojek itu khas banget. Ya dari sisi kondimen, sampai visualnya. Kok bisa ya, sampai ada yang “merasa tertipu”.
Konon katanya, rasa ingin tahu anak kecil itu luar biasa besar. Namun, pada kasus tertentu, kondisi itu dianggap sebagai “salah satu bentuk kenakalan”. Ketika rasa ingin tahu ditekan, bahkan dilarang oleh orang tua, bisa jadi si anak akan menjadi manusia pemalas. Khususnya, malas mencari tahu.
Tentu saja hipotesis di atas adalah karangan saya belaka. Nggak ada landasan teori, rumusan masalah, dan penelitian lapangan untuk mendukung klaim tersebut. Namun, untuk satu hal, soal kemalasan untuk mencari tahu ini jadi perkara menarik.
Tempo hari, seseorang di Twitter mengaduh karena merasa “tertipu”. Sudah enak makan sampai tengah jalan, dirinya baru sadar kalau nasi campur itu adalah olahan babi. Nasi campur yang dipesan via Grab itu nggak dihabiskan, tapi jadi bahan konten.
Pesan makanan onlen.. Ternyataaa…. Ba bi pic.twitter.com/hj2Pd0CIoT
— Fahmi Alkatiri (@FKadrun) July 11, 2021
Seseorang ini merujuk ke warung Nasi Campur Kencana 99 di Karanganyar. Seseorang ini, lewat video yang diunggah ke Twitter, menunjukkan nama-nama menu yang dibuat oleh Nasi Campur Kencana 99 di Grab. Dari video tersebut memang terlihat kalau nama-nama menu yang ada tidak secara jelas menyebutkan kalau nasi campur yang dijual adalah olahan babi.
Iya, beberapa nama menu memang tidak secara tegas menyebutkan kalau itu nasi campur olahan babi. Misalnya, Paket Murmer yang isinya nasi hainan dan berbagai kondimen. Video berdurasi 2 menit 20 detik itu pun viral.
Menjadi masalah kemudian ketika ada netizen yang menemukan salah satu menu di Warung Nasi Campur Kencana 99 yang secara tegas menyebutkan: Sate Babi. Hmm… mungkin sender nggak melihat ada menu satu ini ketika membuka Warung Nasi Campur Kencana 99 di Grab.
Masalah lain yang diperkarakan oleh majelis netizen adalah apakah sender nggak penasaran ketika menemui menu yang “tidak biasa”. Misalnya, lapciong dan baikut. Lapciong adalah sosis khas Cina, tentu saja terbuat dari babi. Sementara itu, baikut merujuk ke iga babi dan dikenal sebagai bagian paling enak. Sialan, saya malah jadi lapar sendiri.
Untuk seseorang dari Indonesia, nasi campur dengan lapciong dan baikut memang masuk akal kalau terdengar aneh. Bukan kondimen yang akrab di telinga seperti ayam suwir. Lagipula, sender video menyebutkan bahwa dirinya tidak tahu apa itu lapciong.
Sebelum memesan, kenapa dia tidak mencari tahu? Apakah manusia itu tidak dibekali akal untuk berpikir? Mau-maunya secara buta makan apa saja yang secara visual menarik meskipun tidak tahu masakan itu bahannya apa saja? Gimana kalau lapciong itu ternyata olahan laler ijo yang biasa nempel di kotoran? MAMAM.
Dan inilah masalah kedua, soal visual. Nasi campur olahan babi di banyak gerai, yang bisa kamu temukan di Grab maupun Gojek, menyajikan visual yang khas. Bahkan saking khas-nya, banyak non-muslim yang langsung curiga itu olahan babi.
Visual nasi campur babi itu khas karena biasanya terdapat irisan daging babi panggang (char-siu) atau babi yang digoreng kering (samcan).
Contoh nasi campur babi yang visualnya khas banget:
Contoh khasnya char-siu.
Contoh samcan:
Ambil contoh nasi campur babi khas Bali. Secara visual, sudah menunjukkan kalau itu daging babi. Irisannya juga khas, bukan seperti irisan daging sapi atau kambing.
Kalau di dalam deskripsi yang terdapat di Grab atau Gojek itu ada nama samcan, ya sebaiknya urungkan niat untuk memesan. Atau, setidaknya, cari tahu dulu karena nama-nama itu asing di telinga saudara non-muslim.
Nama nasi campur sendiri memang menu yang cukup akrab di telingan rakyat Indonesia. Tiap daerah punya kekhasan masing-masing. Ada yang berisi abon dan tempe orek, ada pula yang isinya sambal super banyak untuk menemani daging bebek atau ayam seperti di Surabaya (ada yang menyebutnya sego sambel atau nasi sambal). Namun, kalau sudah ada nama char-siu, baikut, atau samcan ya pasti merujuk nasi campur daging babi.
Untuk mercant di Grab dan Gojek memang ada baiknya mencantumkan keterangan halal atau non-halal di halaman muka. Terkadang, ada manusia-manusia seperti ini yang enggan mencari tahu karena malas, sudah kadung kelaparan, atau cuma tertarik karena visualnya. Jadi perkara nanti. Padahal ini hal yang udah lumrah.
Yah, nama-nama masakan daging babi sekaligus visualnya memang khas. Saran di atas cuma untuk mengantisipasi saja ada pemalas yang menjadikan hal ini sebagai konten belaka.
Lagian kalau sudah kadung makan nasi campur babi, sebaiknya berhenti makan. Habis itu minum air putih biar nggak tersedak. Terakhir minta maaf ke Gusti Allah dengan cara dibatin. Nggak perlu bikin konten karena orang lain itu bukan pemalas untuk mencari tahu, dan kedua, bisa membedakan nasi campur babi, mana yang bukan.
Sudah, akui saja, kita semua itu budak konten. Nggak perlu sok bijak dengan bilang, “Saya tidak ingin merusak nama baik fafifu.” Nggak semua orang itu tercipta goblok, kok.
BACA JUGA Benarkah Asap Sate Babi Najis? dan tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.