Mengkritik Tren Hijab Jipon dengan 4 Argumen Mantap

Jilbab poni, pakai jilbab tapi sengaja memperlihatkan poni. Tren macam apa ini?

ilustrasi Mengkritik Tren Hijab Jipon dengan 4 Argumen Mantap mojok.co

MOJOK.CO Bukan cuma kamu, kita semua resah dengan tren hijab jipon alias jilbab poni. Apa faedahnya, di mana nilai estetikanya, ikut-ikutan siapa?

Masa-masa berangkat sekolah naik angkot adalah waktu terbaik untuk mengamati tren hijab hits yang nggak pernah surut, tren jipon alias jilbab poni. FYI, saya terakhir sekolah itu tahun 2011. Ketika itu, jipon sudah berlangsung selama bertahun-tahun. Kemarin, di lini masa, saya masih lihat mbak-mbak macam ini di TikTok. Wow, tren yang betul-betul longlast.

Pada masa itu, saya sudah sebegitu takjub dengan model jipon yang seringnya dipraktikkan oleh bocah-bocah SMA sebelah (bukan SMA saya lho ya). Naik angkot saat berangkat sekolah jadi momen sakral yang mempertemukan saya dengan model jilbab kocak ini. Beberapa siswa sengaja menggerai poni mereka di wajah, melawan garis jilbab yang menjulang lancip di jidatnya. Saya yakin betul mereka sengaja menata poni mereka demikian. Sebab, poni mereka terlihat klimis betul, rapi dan berkilau. Sepertinya mereka juga sempat meminyakinya atau sekadar nyemprotin hairspray biar posisinya steady.

Tren hijab macam ini jelas disengaja. Jipon bukanlah sebuah ketidaksengajaan ketika seorang cewek pakai jilbab dan rambutnya mencuat ingin bebas. Bukan. Syarat jipon nomor satu: ada unsur kesengajaan dalam memperlihatkan poni.

Syarat kedua dari praktik jipon adalah jilbabnya harus dikancing di dagu sebagaimana mestinya. Sering kali ada orang yang pakai hijab cuma setengah, istilah kerennya pakai scarf untuk menutupi sebagian kepala dengan ujung kain yang disampirkan ke pundak kanan dan kiri. Kira-kira gambarannya kayak potret Bu Megawati waktu jadi presiden. Nah, yang begitu nggak termasuk jipon karena, ya, memang belum seratus persen dibilang “berhijab”.

Soal fatwa haram atau tidaknya, jelas saya nggak berani nyenggol. Kamu bisa tanya deh sama ustaz masing-masing atau colek Mas Dafi di Mojok untuk mengulas hal ini di rubrik Khotbah. Kali ini, saya fokus memberikan kritik seputar tren hijab yang sebenarnya nggak masuk akal ini. Saya pengin membuktikan bahwa dari segi fesyen saja, jipon itu nggak jelas.

#1 Pengin terkesan kayak bule retro pakai headscarf, tapi low budget

Style jipon mungkin terinspirasi dari tren bule pakai headscarf dengan gaya retro. Seringnya, mereka pakai kain berukuran persegi 60×60 cm dari brand terkenal sebagai aksesoris penutup kepala. Headscarf dipakai untuk menutupi sebagian kepala dengan posisi miring dan diikat di leher. Perlu dicatat bahwa fesyen macam ini nggak termasuk tren hijab, ya soalnya ini cuma headscarf dan aksesoris pelengkap, bukan atribut religius. Seringnya, aksesoris yang dipakai juga yang mahal karena atribut ini nggak fungsional. Buat mengesankan mewah aja.

Lagi pula, penggunaan headscarf itu nggak menutupi seluruh kepala dan menyisakan poninya doang. Pemakainya melengkapi gaya ini dengan kacamata hitam, gaun tanpa lengan, dan sarung tangan untuk menegaskan kesan retro. Lha kalau jipon, retronya di mana? Pemakainya saja menggunakan hijab untuk atribut religius dengan syarat tangan ditutup baju berlengan, kaki ditutup celana atau rok panjang.

#2 Pengin kelihatan casual, tapi caranya nggak masuk akal

Punten banget ini mah. Kamu yang ngikut tren hijab cabang jipon ini sebaiknya meninjau kembali, sebenarnya kesan apa yang ingin kamu capai. Jika tujuannya pengin kelihatan casual, mohon maaf, gagal, Sis.

Alih-alih kelihatan casual, kamu justru kelihatan “berantakan”. Sebab, konsep casual itu nggak harus dengan cara nabrak-nabrakin konsep begitu. Saran saya sih, kalau pengin terlihat santai ya coba pakai outfit yang santai. Pakai hijab yang nggak usah belibet dan diputer-puter. Itu aja udah kelihatan casual banget kok.

#3 Religius, tapi nakal. Eh, gimana-gimana?

Saya mengerti betul bahwa setiap manusia di dunia ini berhak nakal. Cewek berhijab juga bukan manusia sempurna yang tata lakunya selalu baik. Ttt-tapi, gini lho. Membenturkan atribut religius dengan hal receh semacam jipon begitu sebenarnya nggak membuktikan kamu nakal. Harusnya sekalian lempar lembing, panjat pinang, salto, kayang, dan ikutan Benteng Takeshi biar kelihatan petakilan.

Lagi pula kesan nakal itu kan didapat, bukan dibentuk secara sengaja. Terus ngapain repot-repot ikutan tren hijab jipon dan susah payah mengesankan dirimu nakal?

#4 Kalau pengin adem, pakai kipas angin

Beberapa orang bikin pembelaan bahwa tren hijab jipon ini muncul justru karena modelnya fungsional: biar nggak gerah. Setelah mendengarnya saya cuma mesem, getir.

Memang sudah selayaknya cewek yang memutuskan pakai hijab itu benar-benar jadi WTS (wanita tahan sumuk), nggak boleh gampang kegerahan di cuaca panas. Tapi, nggak apa-apa juga kalau belum bisa, pelan-pelan.

Nah, kalau kalian kepanasan, sebenarnya solusi alternatifnya bukan dengan jipon, tapi kipas angin. Masa saya harus ngasih tau juga kalau kipas angin yang mini itu sekarang bisa dibawa ke mana-mana? Lagian, kalau poninya digerai ke depan begitu, jidatnya malah semakin gerah lho. Udah bener ditahan kain jilbab dan ditarik ke belakang.

Masih gerah juga? Coba masuk kulkas.

Jadi, jelas dong secara look fashion, jipon sebenarnya kurang sip. Adapun kalau kamu tetap nyaman begitu, ya monggo, namanya juga pilihan. Kan ada pilihan yang tepat dan pilihan yang wagu.

BACA JUGA Desain Hijab Syar’i untuk Muslimah Berjiwa Cyborg dan artikel lainnya di POJOKAN.

Exit mobile version