Menggugat Anggapan Sesat Honda Beat sebagai Motor Sobat Missqueen

honda beat motor sobat misqueen kartu provider Tri hp Xiaomi identitas kemiskinan sobat misquin misqueen mojok.co

honda beat motor sobat misqueen kartu provider Tri hp Xiaomi identitas kemiskinan sobat misquin misqueen mojok.co

MOJOK.CO Saya, pemilik Honda Beat, bakal meyakinkan kalian kalau jenis kendaraan ini bukan motor sobat missqueen. Pokoknya nggak ada hubungannya!

Sudah lama sejak mengendarai motor Honda Beat, baru kali ini saya ketrigger karena selalu diidentikkan dengan sobat missqueen di media sosial. Kemiskinan belakangan memang diglorifikasi, dan saya tidak berkeberatan menyandangnya. Tapi yang saya nggak paham, bagaimana kemunculan indikator-indikator kocak bin aneh itu.

Ciri-ciri sobat missqueen disepakati sebagai mereka yang mengendarai Honda Beat, pakai provider 3, dan pakai ponsel merek Xiaomi. Kurang beli hape Xiaomi, maka sempurnalah kemiskinan saya.

Ketiganya memang terjangkau secara harga dan merupakan barang yang benar-benar pasaran saking banyaknya yang pakai. Tentu perihal penjualan barang itu secara statistik, saya awam. Maka saya bakal menganalisis fenomena menjengkelkan ini dari sebuah kacamata empiris sebagai pemilik Honda Beat, motor sobat missqueen yang sudah selama sepuluh tahun mengantar saya menuju kesuksesan gemilang.

Saat SMA saya mengalami kecelakaan ketika mengendarai Supra X yang bikin patah tulang kaki. Selama beberapa bulan saya nggak bisa jalan. Karena agak pengecut, saya pun jadi trauma naik motor. Rasanya males. Mendingan naik angkot ke sekolah.

Berbekal keyakinan bahwa anaknya nggak akan menyia-nyiakan barang pemberian, bapak saya nekat beli motor baru. Tanpa pertimbangan harga, fitur, dan tetek bengek lainnya. Lha wong beliau memang nggak peduli sama tren dan nggak ngerti-ngerti amat soal motor kok. Beliau cuma menelepon dan tanya apa warna kesukaan saya. Saya jawab dengan mantap, “Biru.”

Keesokan harinya sebuah motor Honda Beat biru sudah nangkring di halaman parkir pondok pesantren tempat saya merantau. Seorang kolega bapak mengantarkan kuncinya pada saya dan bilang, “Mbak, ini motor dari bapak katanya suruh dipakai.”

Saya membayangkan bapak saya pergi ke showroom dan menanyakan motor seperti apa yang sekiranya cocok untuk remaja perempuan baru patah kaki dan nggak berani mengendarai motor lagi. Lalu seorang mas-mas akan bilang, “Honda Beat aja pak!”

Walau awalnya ragu, dua hari kemudian saya akhirnya mengendarai motor sobat missqueen itu ke sekolah. Edan po, mau tak pamerin ke teman-teman soalnya. Karena masih pengecut, saya sempat malu mengendarai motor matic. Terlihat tidak macho dan lenjeh. Tapi lama-lama saya dikutuk dan terlanjur nyaman pakai motor yang nggak perlu ribet oper gigi.

Ketimbang harus naik Supra X yang kalau ngerem harus ngotot itu, ya, saya lebih betah pakai Honda Beat. Mana bensinnya irit lagi. Lumayan hemat uang jajan, Coy.

Motor biru itu sangat saya sayang bahkan saya bawa kuliah ke Malang. Tanpa perlu dikirim via Pos atau dipaketkan, motor itu saya naikkan ke mobil Kijang milik bapak dan bersama-sama kami ke Malang.

Kok bisa muat?

Yang masih heran kok bisa muat berarti mereka belum paham definisi “efisien” dalam hidup. Saya kasih tahu, kalian harus mencopot jok belakang mobil minivan itu biar bagasi makin luas. Copot juga ban motor depan Honda Beat biar tinggi motornya sesuai dengan tinggi bagasi mobil. Jangan lupa ikatkan stang motornya pada handle di atas pintu mobil kanan dan kiri, niscaya si motor nggak akan goyang-goyang walau ke Malang via Turen.

Saya sempat tergiur beli motor baru dan menjual si Biru begitu saja. Tapi kok rasanya nggak perlu. Membeli barang cuma karena faktor ‘ingin’ adalah selemah-lemahnya orang mengendalikan kekayaan mereka sendiri. Maka saya pun nggak menjualnya hingga sekarang. Motor sobat missqueen itu tidak pernah bermasalah dan masih bandel buat bepergian ke luar kota.

Kesimpulannya, Honda Beat yang selalu diidentikkan dengan motor sobat missqueen itu tetap kaya akan sejarah pemiliknya. Membelinya karena alasan efisiensi adalah hal lumrah. Saya rasa kebanyakan orang yang lalu memutuskan beli Honda Beat melalui pertimbangan kebutuhan dan budgeting yang seimbang. Bukan karena miskin maka pilih motor paling murah.

Sama halnya dengan saya memilih pakai provider Tri karena tower sinyalnya dibangun di belakang rumah saya. Bukan cuma karena harga paketannya murah.

BACA JUGA Menebak Karakter Orang berdasarkan Media Online yang Mereka Baca atau artikel lainnya di POJOKAN

Exit mobile version