MOJOK.CO – Panitia aksi 22 Mei para pendukung Prabowo mengimbau disediakan akses kamar mandi. Banyak yang mencibir, padahal imbauan itu perlu kita dukung.
Aksi 22 Mei untuk menolak hasil Pipres 2019 ditanggapi beragam oleh tokoh politik, keamanan, dan masyarakat. Dua keresahan muncul dari rencana aksi massa ini. Pertama, pemerintah khawatir teroris menggunakan aksi massa ini untuk “berjihad”. Kedua, kubu BPN khawatir aksi massa ini disusupi provokator.
Menariknya, beredar kabar kalau Prabowo akan langsung turun ke jalan untuk ikut serta aksi 22 Mei. Sebelumnya, Prabowo dikabarkan “hengkang” ke Brunei Darussalam untuk menghindari aksi 22 Mei yang digosipkan akan rusuh. Namun, Ketum Gerindra tersebut hanya satu hari saja berada di Brunei dan sekarang sudah kembali ke Indonesia.
Dipimpin langsung oleh Prabowo, bisa jadi aksi 22 Mei bakal tambah ramai. Sebelumya, pihak panitia menyebut akan ada 7 juta orang yang ikut aksi massa ini. Puncak aksi ini akan digelar di depan gedung KPU, Jalan Imam Bonjol, Menteng, Jakarta Pusat, ketika pengumuman rekapitulasi.
Untung acara ini dilakan di siang hari, sehingga penitia tidak perlu “cemas” menyediakan konsumsi dua kali makan; siang dan malam. Bulan puasa memang penuh berkah, memudahkan semua orang. Nah, selain konsumsi yang harus disiapkan menjelang berbuka puasa–kalau memang aksi massa ini berlangsung hingga malam hari–pihak panitia sudah memikirkan satu lagi kebutuhan dasar manusia yang sangat penting.
Jadi, panitia sadar betul kalau manusia itu melakukan “pembakaran” di dalam tubuh. Ada saatnya kebelet kencing atau boker. Buat emak-emak, waktu istirahat ke kamar mandi juga penting untuk freshen up. Siang hari yang terik, berdesak-desakan, pupur berpotensi luntur. Keringat perlu diseka dan gincu perlu ditancap lagi.
Bagi bapak-bapak pendukung Prabowo, cuci muka sambil menghilangkan bau matahari sangat penting. Ini semua kebutuhan yang kini mendasar di samping kencing dan boker. Oleh sebab itu, panitia mengimbau dengan rendah hati kepada gedung dan rumah di sekitar gedung KPU, jangan sampai massa pendukung Prabowo ini tidak bisa mendapatkan akses ke kamar mandi ketika aksi 22 Mei.
“Kami mengimbau kepada para pemilik gedung di sekitar Jalan Sudirman dan MH Thamrin untuk memberikan akses kepada peserta aksi misalnya untuk MCK (mandi, cuci, kakus) atau ibadah sehingga lebih meringankan peserta aksi,” tutur Jumhur saat konferensi pers di Rumah Kedaulatan Rakyat, Jakarta, Sabtu (18/5).
Sungguh terpuji, di tengah aksi, pendukung Prabowo masih disempatkan untuk ibadah. Salat jamaah 7 juta orang ketika Zuhur, Asar, dan Maghrib tentu menghasilkan pahala yang besar. Di tengah perjuangan, memang tidak boleh meninggalkan ibadah. Ini rajin ibadah bukan hanya saat aksi 22 Mei saja, kan? Salut saya.
Sayangnya, imbauan ini disepelakan oleh banyak orang. Banyak yang menganggap permintaan pendukung Prabowo ini merepotkan. Sudah demo, yang pasti bikin macet, bahkan melahirkan kekhawatiran akan terjadi bentrok dan aksi teror, masih minta disediakan kamar mandi. Betul-betul tidak peka ini kepada kebutuhan orang-orang yang sedang berjuang di Jalan (paling) Terang (sedunia, yang lain gelap dan sudah pasti salah).
Kamu tahu nggak, sih, para penolak menyediakan kamar mandi, kalau ini kebutuhan yang sangat penting? Tahun lalu, dunia ini sudah masuk dalam krisis kamar mandi.
Pada Hari Toilet Sedunia tahun 2018, diharapkan, pada tahun 2030 semua orang punya toilet yang aman. Target ini tercantum dalam poin enam Suistainable Development Goals tentang sanitasi dan air.
Mengutip World Toilet Day, ada 4,5 miliar orang di dunia hidup tanpa toilet bersih. “Ketika alam memanggil, kita butuh toilet, tapi miliaran orang tidak memilikinya,” tulis World Toilet Day. Krisis toilet secara tidak langsung membuat alam menjadi saluran pembuangan terbuka. Karena nggak ada toilet, warga di dunia membuang kotorannya di area terbuka. Tercatat, 892 miliar orang di dunia buang air besar sembarangan dan berjamaah.
Kamu pernah nongkrong boker di WC darurat, sebelah-sebelahan sama tetangga, sambil ngobrol dan berbagi rokok? Nah itu kotoranmu kan dihanyutkan sungai, larut ke dalam air, dan air itu dipakai mencuci dan mandi oleh orang lain. Sebanyak 1,8 miliar orang di dunia mengonsumsi air yang bisa jadi terkontaminasi oleh kotoran manusia. Enak…
Hal ini menggambarkan betapa buruknya akses sanitasi. Dunia mencatat, sebanyak 62,5 persen orang di dunia tak memiliki akses sanitasi. Sementara di Indonesia, akses sanitasi masih berkisar pada 77,14 persen.
Di Indonesia sendiri, sebanyak 14 ribu ton tinja mencemari air setiap harinya. Data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mencatat bahwa hal tersebut berujung pada tercemarnya 75 persen sungai dan 70 persen air tanah di Indonesia. Air tanah di sumurmu terasa berbeda? Waspada!
Nah, setelah tahu kondisi itu, masak kamu mau membiarkan 7 YUTA aksi 22 Mei itu kencing sembarangan? Kalau mereka sudah nggak tahan dan berjejer di balik pohon untuk kencing, lalu bau pesing dan taman rusak, ujung-ujungnya kamu menyalahkan mereka. Hati-hati, mereka ini kaum yang dirahmati Allah. Dosa kamu kalau bikin susah mereka.
Itu baru kencing, gimana kalau boker berjamaah? Kalau kencing sih masih bisa ditampung botol atau plastik kresek. Lha kalau boker? Bisa sih dimasukkan plastik, tapi mau dibuang ke mana? Apa ya mau bikin lubang di tanah ramai-ramai sebagai tempat pembuangan? Kamu kira ini sedang acara reboisasi; penanaman kembali dan pemberian pupuk massal?
Oleh sebab itu, dear pemilik gedung di sekitar KPU, kalian harus memahami kalau aksi 22 Mei itu masuk akal. Jangan sampai pendukung Prabowo berorasi sambil ngampet pipis. Bahaya, lho. Bisa kena ISK alias Infeksi Saluran Kencing. Itu sakit betul, saya pernah. Apa ya kalian tega melihat 7 juta orang pendukung Prabowo ngebrok bersama?
Peserta aksi 22 Mei pendukung Prabowo itu rata-rata pakai baju putih, bisa kamu bayangkan kalau mereka cepirit ramai-ramai.