Maling Paket Kurir: Kejahatan Paling Goblok yang Bikin Banyak Orang Kehilangan Paket

Sepertinya maling paket layak dimaki-maki karena kebodohan mereka yang sudah tak tertolong itu.

ilustrasi Maling Paket Kurir: Kejahatan Paling Goblok yang Bikin Banyak Orang Kehilangan Paket mojok.co kurir paket

MOJOK.COMaling paket kurir adalah jenis kejahatan baru yang kejamnya tidak masuk akal. Bakal disumpahi semua korban yang kehilangan paket.

Sejak kecil kita mungkin dicekoki banyak cerita seputar pecuri baik, kayak Robin Hood maupun Lupin. Cerita tersebut sebetulnya menyampaikan sebuah ironi bahwa kejahatan terkadang layak dilakukan kepada mereka yang lebih jahat. Pandangan saya seputar maling saat kecil tak pernah aneh-aneh. Sebagai bocah polos, saya berpikir bahwa maling mencuri karena terpaksa dan butuh makan. Tapi, semua berubah sejak saya jadi korban maling.

Sependek ingatan saya, rumah saya pernah dua kali kebobolan maling, hape saya dua kali dicuri, dompet saya satu kali dicopet. Seperti dugaan, semua barang itu nggak kembali walaupun CCTV merekam malingnya. Perasaan muntab terhadap maling menjalar luar biasa. Bayangkan, nomor ponsel saya jadi harus ganti bolak-balik, dompet yang hilang bikin saya terpaksa mengurus KTP, ATM, dan SIM. Repot minta ampun. Ketika itu, bapak saya juga kehilangan koleksi batu akik yang sedang benar-benar digandrunginya. Agaknya blio nggak enak makan selama seminggu.

Semakin heran, zaman sekarang ada jenis maling yang lebih menjengkelkan, maling paket kurir. Kegoblokan yang sungguh berlapis. Maling paket kurir harus dijadikan sebuah cerita baru buat menyaingi Robin Hood dan Lupin. Bukan sebagai pencuri jatmika, tapi sebagai kriminal paling tidak sopan yang pernah ada.

Sebuah video CCTV beredar di media sosial. Memperlihatkan bagaimana modus operandi maling paket yang bikin banyak orang menantikan kiriman, jadi kehilangan paket mereka. Jika saya jadi salah satu orang yang menanti kiriman belanja online, tapi tak kunjung datang karena paket hilang, saya bakal sebal nggak ketulungan. 

Sekali waktu saya pernah belanja bahan-bahan makanan lewat Tokopedia. Barang itu sudah saya inginkan sejak lama karena dibeli dengan menunggu diskon di tanggal kembar. Lumayan, pikir saya. Bisa dapat barang bagus dengan harga diskon adalah sebuah kesenangan yang layak disyukuri.

Selang satu minggu, kurir paket tak kunjung datang. Sebulan kemudian, status kiriman di aplikasi masih sama, yaitu: paket dalam perjalanan. Saya masih sabar menunggu sampai dua minggu kemudian saya menyerah dan menyimpulkan bahwa saya memang kehilangan paket. Pikir saya, bisa jadi ini juga ulah dari maling paket. Saya pun mengajukan klaim pengembalian dana dan dua hari kemudian uang saya kembali dalam keadaan utuh.

Walaupun begitu, gondoknya masih terasa sampai sekarang. Lha, saya susah payah cari diskonan dan bisa dapat barang bagus harga murah, je. Ending-nya malah kembali dalam bentuk uang. Mau beli barang yang sama pun, saat itu harganya sudah naik, voucher diskon sudah habis. Menyebalkan sekali.

Kesialan yang diderita kurir paket lebih nelangsa ketika maling paket beraksi. Para kurir ini harus mengganti kehilangan barang-barang. Jika mau digantikan oleh asuransi, perlu sederet bukti dan urusan tetek bengek yang pasti menyita waktu cum tenaga. Barangnya bukan punya dia, tapi dia juga yang repot setengah mati. Semoga aja si abang kurir diberikan kekuatan.

Kejahatan macam ini sebenarnya tidak baru-baru ini terjadi. Beberapa kali masyarakat dibuat heran dengan maling paket. Mereka seringnya menggondol sekarung barang saat si kurir paket mengantar kiriman. Tidak sedikit yang kejadiannya berlokasi di kawasan ramai. Kalaupun ketahuan wajahnya, tahu sendiri lah penanganan kehilangan di negara kita ini kayak apa kacrutnya. Memang sudah nggak punya otak waras ini maling-maling lucknut. Ditambah penanganan kejahatan yang payah, terciptalah sebuah bencana tahi kucing.

Begini, saya berani bilang bahwa ini kejahatan yang benar-benar goblok bukan tanpa alasan. Pertama, maling paket sebenarnya mencuri barang yang belum jelas isinya apa. Mereka nggak tahu apakah paket itu berisi ponsel-ponsel mahal, jam tangan KW, atau kebanyakan justru jepit rambut dan jedai yang dibeli pakai diskon tanggal kembar. Kalau ada istilah “membeli kucing dalam karung” berarti maling paket lebih konyol karena “mencuri kucing dalam karung”. Aneh betul.

Kedua, kurir paket sangat dirugikan. Sudahlah jahat, si maling berbuat kriminal sama orang yang cuma dititipi barang pula. Saya nggak berharap para maling punya hati sih, tapi kok ya segitunya sih Bang. Bayangkan, dosanya berlipat ganda, tapi yang didapat belum tentu sebanding. Masih lebih ngotak maling perhiasan mahal. Dosanya besar, tangkapannya besar. Secara logika maling, aksi nyolong paket saja sudah nggak masuk standarisasi. Contohlah para koruptor itu lho, komplotan maling paling expert se-Indonesia.

Ketiga, barang curiannya berat, mencairkannya jadi uang pun PR lain. Maling hape biasanya langsung ke konter buat menjual barang curian. Maling motor biasanya membongkar body motor buat dijual part-nya dan demi tidak terlacak.

Lha, maling paket gimana? Barang-barangnya sekarung berat, pencairannya ribet. Masa harus buka toserba khusus buat menjual semua barang curian? Buka bazzar? Gelar lapak di bawah pohon biar kayak Harvest Moon: Save the Homeland? Ra mashok tenan.

Makanya, dear abang-abang maling yang tercela, waktu berbuat jahat jangan goblok-goblok amat lah. Mendingan sekarang dicek lagi kepalanya, apakah kosong karena otak Abang selama ini portable dan ketinggalan pas lagi maling? Kalau otaknya udah ketemu, dipasang lagi, Bang.

BACA JUGA Seorang Kurir Ekspedisi di Antara Beban Kerja, Persoalan Pengirim, dan Keluhan Penerima dan artikel lainnya di POJOKAN.

Exit mobile version