MOJOK.CO – Belakangan banyak banget kreator video masak yang agak meresahkan karena masak dengan dandanan menor dan kuku panjang kutekan. Emang pada nggak tahu Chef Renatta?
Kayaknya agak kebangetan jika orang-orang yang berkecimpung di dunia masak-memasak nggak tahu Chef Renatta. Bahkan saya yang bukan penonton setia Master Chef juga paham betul siapa blio. Agaknya tuduhan saya dalam judul tulisan ini agak tendensius. Ya memang. Sebab, saya heran aja banyak banget kreator video masak di media sosial yang kontennya sukses bikin saya merinding. Mereka tampil full makeup dengan rambut tergerai, kuku panjang dan pakai cat kuku pula. Nggak kayak Chef Renatta.
Sabar, jangan marah dulu. Saya bukan seang nyalahin orang karena pakai makeup. Saya juga bukan nggak punya alasan.
Tempo hari pernah ramai seorang influencer atau apalah sebutannya yang membagikan sebuah foto dirinya sedang masak nasi goreng dengan sarung tangan plastik dan rambutnya tergerai. Sekilas nggak masalah. Tapi, sebenarnya foto itu fatal banget.
Jika si mbak yang di dalam foto nggak pakai hairnet dan masak nasi goreng, apa nasi gorengnya nggak jadi nasi goreng mawut rambut? Kalau si mbak pakai sarung tangan plastik apa plastiknya nggak meleyot kena panas? Kritik ini kemudian diteruskan jadi huru-hara yang nyerempet brand nasi goreng terkenal. Reputasi brand nasi goreng yang bagus bisa terjun bebas.
Oke, kita bisa sepakati bahwa foto tersebut blunder. Ditambah dengan sikap ngeyel dari orang bersangkutan yang justru bikin masalah ini lebih pelik. Soal makanan itu bisa jadi hal yang begitu penting, sebab nasi goreng tersebut dia jual.
Sekarang, coba kita tengok beberapa kreator video masak di media sosial. Entah di Instagram atau di TikTok, ada saja tipe orang yang memasak dengan full makeup, rambut digerai, kuku panjang, pakai kuteks pula.
Iya, saya tahu keresahan atas nasi goreng nggak bisa disamakan dengan kreator video masak yang begitu. Sebab, makanan yang dimasak kreator video, ya dimakan sendiri, nggak dijual. Sudah begitu, mereka juga bukan chef, bukan tenaga profesional. Beda sama Chef Renatta yang paham betul SOP seorang juru masak. Tapi, sampai sini pun saya nggak bisa bilang bahwa konten mereka tidak mengganggu.
Pertama. Rambut seorang koki yang digerai itu bisa berakibat macam-macam. Mulai dari makanan yang bisa tercampur dengan rambut-rambut mereka yang rontok, sampai imbas ke rambut mereka sendiri yang jadi bau bawang. Makanya, kita jarang banget lihat chef dengan rambut gondrong yang nggak mengikat rambut mereka saat masak. Nggak pakai hairnet, okelah, tapi ya nggak digerai sambil dipamerin hasil catokannya juga. Kan kreator video masak memang mau masak, bukan mau review cat rambut atau pamer habis dari salon. Ya, kan? Ya dong!
Kedua. Wajah full makeup sekilas nggak ada hubungannya sama urusan masak. Tapi, coba pikirkan betapa kacaunya bila aktivitas di dapur yang bikin berkeringat itu justru membuat makeup mereka berantakan. Nantinya si koki jadi kerepotan fokus ke mukanya sendiri, bukan ke masakan. Diusap sedikit, concealer-nya luntur. Habis itu bulet-buletin perkedel. Yah, jadilah perkedel Maybelline.
Pakai makeup sebenarnya nggak masalah. Tapi, mbok ya nggak usah sampai pakai highlighter, foundation tiga lapis, eyeshadow kuning kunyit, baking powder, tepung tapioka, sekalian kaldu-kaldunya. Apa nggak bikin ribet kalau kena asap mbulak dari bakar-bakar ikan, sayang juga lho, Sis, makeup-nya mahal.
Lagi-lagi, coba lihat Chef Renatta deh. Blio memang figur yang paling cocok dijadikan percontohan karena nggak pernah pakai makeup tebal saat memasak. Jelas, sebab blio chef beneran dan paham betul SOP saat memasak.
Ketiga. Kuku yang panjang dikhawatirkan membawa banyak bakteri di dalamnya. Kreator video masak harus tahu betapa merindingnya saya kalau lihat mereka lagi bejek-bejek tahu dengan kondisi kuku demikian. Ditambah lagi, kuku panjang itu ditambah kuteks, pakai fake nails, udah beneran kayak mau endorse salon. Kalian tuh ngapaeeen?
Memang belum ada temuan yang memuaskan terkait kuteks yang dipakai seseorang bisa meracuni makanan. Beberapa seniman kuku juga udah bikin terobosan kuteks yang aman. Tetap saja, rata-rata kuku chef yang dicat itu pendek, nggak panjang kayak jalan kenangan.
Bayangkan kontaminasi yang bakal terbentuk dari bakteri-bakteri tak terlihat di selipan kuku panjang. Iyuwwwh. Inilah kenapa kebanyakan chef juga nggak memanjangkan kuku mereka. Sekali lagi, coba lihat Chef Renatta deh. Oke kalau kurang lihat aja Chef Farah Quinn. Masih kurang? Chef Devina, Chef Marinka, Chef Arnold, Chef Juna. Semuanya aja sebutin!
Sialnya kebanyakan kreator video masak yang dandanannya mobat-mabit ini memang perempuan. Nggak ada sedikit pun maksud saya nyalahin cewek-cewek yang pengin kelihatan cantik di depan dapur dan di depan kamera, tapi mbok ya lihat sikon dulu deh. Anda-anda ini kan mau masak, bukan ikut ajang kecantikan.
Apa yang netizen harapkan dari konten mereka juga demo masak. Bukan demogorgon. Awas aja kalau konten masaknya juga sontak-sontek video chef sebelah, hash, pusing.
Gini, gini. Saya paham betul imbas ketidakdisiplinan cara masak kreator video tersebut memang nggak secara langsung sampai ke netizen. Mereka masak sendiri, makan sendiri, kalau nemu rambut ya rambut mereka sendiri. Nggak masalah dong.
Ttt-tapi… mbak dan mas kreator video masak kan figur percontohan gitu lhooo. Setidaknya perlu ada sedikit rasa tanggung jawab. Minimal masak pakai SOP yang mendekati benar biar tampak (sedikit) profesional. Jangan bikin netizen merinding karena kuku-kuku itu dong, ah
BACA JUGA Mungkin Chef Renatta Diciptakan saat ‘Tuhan’ Menikmati Dessert dan artikel lainnya di POJOKAN.