MOJOK.CO – Agak salut kalau Kemenag bikin anggaran VPN dengan motivasi tertentu. DPR yang tahunya VPN cuma buat noton bokep tolong dikasih tahu.
Dengan kondisi BUMN kita yang hobi blokir situs ini itu, VPN memang penolong. Secara sederhana VPN membantu kawan-kawan berselancar di internet tanpa khawatir sama benteng internet positif yang lebih terasa seperti kekangan ketimbang perlindungan.
Awalnya kabar tentang Kemenag yang bikin anggaran buat pasang VPN memang agak kocak. Keren banget Kemenag sudah sadar pakai VPN berbayar biar tingkat keamanannya maksimal. Di sisi lain saya juga bertanya, ngapain sih kementrian pakai VPN segala?! Awas aja kalau buat akses Reddit.
Kecurigaan memang berbahaya. Andai saya bodo amat dan nggak paham literasi, berita yang seliweran soal Kemenag dan DPR pasti bakal saya lewatkan karena luweh.
Netizen yang saraf refleksnya dibuat khusus untuk nyinyir jelas langsung menuduh yang aneh-aneh pada Kemenag. Wajar sih, pemerintah dan teknologi selama ini kayak dua sisi mata uang yang nggak bisa bertemu. Lha wong YouTube aja mau disensor, ya ngeribetin diri sendiri dong, Bambang.
Ya siapa tahu orang-orang Kemenag memang hobi marathon Park Saeroyi di Netflix. Atau jangan-jangan lagi nungguin series Dark Season 3 tayang ya? Uhuy! Kalau buat nonton bokep nggak lah, masa Kementrian Agama melakukan kegiatan nirfaedah begitu, jangan suuzan kamu, Mylov.
Belakangan Sekjen Kemenag Nizar bikin klarifikasi soal anggaran VPN yang diajukan Kemenag melalui situs resmi Kemenag.
“Sehingga yang menggunakan jalur VPN hanya pemilik VPN, tidak ada yang lain. Ini bagian upaya menghindari adanya pencurian data yang bisa dilakukan bila menggunakan jalur internet umum.” Ujar Nizar.
Gini ya, Mylov. Tolong jangan ke-DPR-DPR-an dan mikir VPN itu cuma buat nonton bokep doang dong. Teknologi VPN apalagi yang berbayar bisa dimanfaatkan buat jaringan intranet privat gitu. Hayoloh yang udah misuh-misuh, dimarahin Pak Nizar lho qmu.
Jadi, demi kerahasiaan data, akses data kantor pake jaringan intranet, untuk akses dari luar kantor itu perlu vpn khusus.
Dengan vpn khusus pegawai bisa masuk jaringan intranet kantor dari manapun tanpa harus ada di kantor.
Stigmanya vpn buat nonton porno doang, yagitu deh
— .— . -.- ..? (@Zekyog) June 26, 2020
Masalahnya sekarang, ada anggota DPR yang mempertanyakan dan terkesan beropini kalau anggaran VPN bakal dipergunakan untuk kegiatan aneh-aneh. Ihsan Yunus sebagai Wakil Ketua Komisi VIII mempertanyakan atas dasar apa anggaran VPN dibuat Kemenag saat rapat kerja di Gedung DPR (26/06).
“VPN ini bisa digunakan untuk yang baik atau tidak? Setahu saya, kalau anak-anak milenial tahu Pak. Kalau mau masuk situs yang diblokir, mohon maaf, kalau mau buka film porno itu pakai VPN.” Ungkap Ihsan.
Yth. Pak Ihsan, ini kan udah 2020 nih. Ramalan kiamat dari Suku Maya juga udah lewat dua kali. Tapi kenapa VPN masih diasosiasikan buat nonton bokep doang? Nuwun sewu lho Pak, saya sebagai anak muda juga nggak mau dibilang cuma buka film porno pas pakai VPN, saya kadang nonton Netflix, buka Reddit, buka Vimeo, dan tentu saja hal-hal menarik lainnya. Eh tapi kalau saya kasih tahu semua nanti masyarakat dilarang pakai VPN lagi bahaya dong.
Saya rasa Kemenag cukup edgy untuk bikin anggaran VPN dengan alasan keamanan. Kadang orang yang baru ngerti VPN emang kagetan, ngertinya cuma trik dan siasat biar stus-situs yang terblokir tetap bisa diakses. Hadeeeh.
Mau gimana lagi? Stigma pemerintah yang orang-orangnya gaptek sudah cenderung mengakar. Jangankan DPR, lha wong Pak Johny G. Plate sebagai Menkominfo waktu bicara soal seteru Telkomsel aja masih kurang paham sama konsep film streaming. TVRI yang menampilkan banyak tayangan edukatif dari Netfix aja disarankan suruh menayangkankarya anak bangsa.
Duh, Pak, Sexy Killer juga film karya anak bangsa lho.
BACA JUGA Superman Jokowi dan Sindrom Pahlawan yang Menjangkiti Politikus atau artikel lainnya di POJOKAN.