MOJOK.CO – Luhut Panjaitan memuji karakter asli bangsa Indonesia yang muncul selama pandemi ini. Yakin munculnya di masa pandemi ini doang, Pak?
Bangun tidur di Indonesia, di masa-masa sekarang ini terasa mengerikan. Saya menulis tentang hal itu di artikel “Sekarang Waktu yang Paling Tepat untuk Menyesali Takdir Terlahir di Indonesia”, tentang bagaimana tiap bangun tidur kita mendengar kabar buruk dari penguasa.
Lha kok ndilalah pagi ini bangun tidur saya nemu berita Luhut Panjaitan ngomongin karakter asli bangsa Indonesia. Badan langsung panas dingin, keringat mengucur keras. Duh, jangan-jangan Pak Luhut ngamuk lagi ini.
Setelah baca artikelnya, saya lega. Ternyata Pak Luhut sedang memuji rakyat Indonesia yang bergotong royong saling membantu di masa pandemi ini.
Luhut Panjaitan mengamati aktivitas rakyat selama masa pandemi ini. Dalam pengamatan tersebut, Luhut melihat karakter asli bangsa Indonesia muncul di masa pandemi ini.
Dikutip dari Kompas, dalam unggahan Instagram story pribadinya, Luhut berkata seperti ini “Di sela-sela rutinitas WFH (work from home) yang sudah beberapa bulan saya lakukan di tengah pandemi, saya melihat ada sebuah gerakan baik yang rasanya layak untuk kita semua dukung dan apresiasi. Gerakan ini yang pasti sangat membantu pemerintah dalam menyebarluaskan Jaring Pengaman Sosial untuk Masyarakat Indonesia”
Solidaritas kepada orang yang kurang mampu, menurut Luhut menunjukkan karakter asli bangsa Indonesia. Karakter asli bangsa itu dibentuk oleh rasa persaudaraan yang kuat lewat gotong royong dan tenggang rasa.
Salah satu buktinya adalah banyaknya donasi lewat berbagai media. Bahkan investor asing pun tidak absen berdonasi, kata Luhut. Intinya nih, Luhut mau bilang kalau orang Indonesia baik, investor asing juga baik. Kamu baik, kamu yang di sana baik, semua baik *insert Oprah meme here*.
Pendapat Luhut Panjaitan kali ini (tumben) benar.
Tapi, Pak, saya musti kasih tahu aja, orang Indonesia itu udah dari sananya suka gotong royong bahkan sebelum pandemi. Bapak ke mana aja, je?
Solidaritas, gotong royong, donasi adalah hal lumrah yang ditemukan di Indonesia, bahkan sebelum pandemi. Untuk menjadi baik, orang tidak perlu mengambil momen tertentu, saya pikir itu adalah common sense. Lha kalau orang-orang aslinya males berdonasi, KitaBisa udah tutup dari dulu, Pak Luhut.
“Kok kesannya nyinyir ya? Iri bilang, Bos!!!”
Nggak gitu. Menunjukkan hal yang terlalu jelas itu cuma terkesan glorifikasi aja. Apalagi sampai bawa-bawa karakter bangsa segala untuk sesuatu yang lumrahnya dilakukan oleh manusia. Kalian nggak capek apa dikasih hal-hal manis untuk diglorifikasi di masa pandemi ini?
Pandemi ini sebenarnya nggak memunculkan hal-hal baru dalam konteks karakter, Pak Luhut. Kita tahu emang kalau manusia itu lumrahnya membantu. Di saat yang sama, kita juga tahu kalau manusia itu ada yang brengseknya minta ampun, ditunjukkan dengan banyaknya penimbun masker.
Pandemi ini tak ada bedanya dengan hari-hari sebelumnya, tidak ada yang baru, tidak ada yang mengagetkan. By the way, penimbun masker pada rugi, ya? Mampus kau babik!
Tapi Luhut Panjaitan sepertinya lupa satu hal, pandemi ini juga memperlihatkan ketidakbecusan pemerintah. Kebijakan yang plin-plan, ketidaksiapan penanganan pandemi, komentar pejabat yang wagu, adalah contoh-contoh kasus yang bisa dijadikan validasi atas ketidakbecusan pemerintah.
Tapi tenang saja Pak Luhut, sama seperti solidaritas rakyat Indonesia, kita nggak kaget dengan ketidakbecusan pemerintah.
BACA JUGA Negara Boleh Goblok, Kita Jangan dan artikel menarik lainnya dari Rizky Prasetya.