MOJOK.CO – Demi berlangsungnya acara, diam-diam muncul kasta sosial dalam kepanitiaan karena perbedaan beban kerja dan kesempatan show off yang sering mengakibatkan kecemburuan.
Aktif berorganisasi disebut-sebut memiliki banyak keuntungan. Pasalnya, aktivitas ini dianggap menjadi wadah belajar dan menempa diri. Meski harus mengalami lika-liku drama yang tidak bikin capek, namun katanya, justru drama-drama itulah yang bakal membentuk kita menjadi pribadi yang lebih namaste serta melatih kita membangun sebuah relasi.
Bagi kamu-kamu yang senang menjalin relasi dan mengasah kemampuan melalui organisasi atau sekadar mengikatkan diri dalam sebuah kepanitiaan, pasti diam-diam merasakan bahwa di balik solidnya kebersamaan kepanitiaan tersebut, ada sebuah pembagian tingkatan kasta sosial dalam kepanitiaan yang tidak menyenangkan dan sering memunculkan kecemburuan. Yaiyalah, namanya digolong-golongin pasti nggak enak. Sebagai manusia, kita kan pengin dianggap sama dan sejajar aja~
Untuk menjelaskan lebih jauh mengenai pembagian tingkatan kasta sosial dalam kepanitiaan, mari simak beberapa info berikut….
Dalam sebuah kepanitiaan, tingkatan kasta sosial dalam kepanitiaan tertinggi, tentu saja—tak perlu dipertanyakan lagi—dimiliki oleh ketua acara dan rekan kerjanya, si seksi acara. Orang-orang yang berada dalam posisi ini dianggap memiliki kasta tertinggi, karena keberadaan mereka sungguh penting dan betul-betul menentukan bagaimana acara tersebut berlangsung. Maka tidak mengherankan, jika yang berhasil menempati posisi ini adalah orang-orang pilihan dan punya track record yang lebih dari baik dalam lingkungan.
Mereka inilah yang bakal bekerja jauh-jauh hari sebelum panitia lainnya untuk menyusun konsep acara tersebut. Oleh karena itu, orang-orang yang tergabung di dalamnya harus punya banyak kreativitas dan ide brilian untuk membuat acara tersebut menjadi kece! Mereka harus menelurkan ide-ide yang kreatif dan inovatif namun juga tetap realitis!
Selain itu, yang bikin orang-orang dalam kasta ini semakin keren ketika hari H acara adalah ketika mereka tampak sibuk dan seolah-olah profesional dengan handy talky-nya.
Selanjutnya, kasta kedua dalam sebuah kepanitiaan dianugerahkan kepada orang-orang yang bekerja di posisi sekretaris dan bendahara. Keduanya merupakan tangan kanan sang ketua panitia yang dipercaya menyiapkan segala kebutuhan administrasi. Sabagai asisten ketua panitia yang ngurusin administrasi, tentu saja tugas mereka nggak babu-babu amat. Masih menunjukkan citra manusia yang memiliki pekerjaan yang elegan, karena nggak perlu kotor-kotoran.
Sementara kasta sosial dalam kepanitiaan ketiga jatuh pada panitia yang tergabung dalam seksi publikasi, dokumentasi, dan keamanan. Mereka memang ‘bekerja keras’ dalam sebuah kepanitiaan. Namun, bisa dikatakan, bahwa kerja mereka sebetulnya nggak keras-keras amat. Nggak sampai berada di posisi tertindas-tertindas bangetlah. Pendapat ini didasarkan pada penampilan mereka yang masih tetep kece ketika acara berlangsung.
Orang-orang yang terpilih sebagai seksi publikasi, biasanya adalah orang-orang yang memiliki kemampuan memanfaatkan media sosial dan dapat menjalin jaringan dengan baik. Supaya acara yang telah dipersiapkan ini, bisa laku terjual! Untuk seksi dokumentasi, ah tak perlu ditanya lagi, tentu saja mereka diam-diam menjadi sorotan banyak orang. Pasalnya, diam-diam orang lain pun ingin menjadi sorotan kameranya. Gimana? Kamu juga pengin diperhatiin orang lain juga? Udah, bawa kamera aja sana. Jangan lupa kamera yang DSLR ya, pokoknya biar kelihatan pro dulu aja lah!
Sedangkan yang terpilih di posisi keamanan, biasanya merupakan orang-orang yang bertubuh gede dan punya kharisma yang bisa bikin orang tunduk. Pasalnya, mereka ini punya tugas untuk menertibkan yang susah diminta tertib. Namun, jika acara yang diadakan cukup besar, biasanya tugas mereka jadi nggak bakal berat-berat amat. Ya, bagaimana tidak? Lha wong mereka udah dibantuin sama pihak kepolisian, Je.
Kasta keempat dalam sebuah kepanitiaan, kami nobatkan pada seksi konsumsi dan perlengkapan. Sudah, jangan tanya bagaimana beratnya tugasnya mereka. Apalagi jika acara tersebut butuh latihan berbulan-bulan, semisal pementasan teater ataupun drama kolosal. Pokoknya, seksi konsumsi dan perlengkapan ini harus siap sedia memenuhi kebutuhan sang juragan seksi acara dan pihak-pihak ‘penting’ lainnya.
Seksi perlengkapan, tak jarang mereka harus lembur kerja keras—yang betul-betul keras—layaknya buruh pada sebelum dan sesudah acara. Bagi perlengkapan, dapat jatah makan lebih banyak daripada panitia yang lain saja, sudah menjadi bentuk perhatian yang mumpuni. Sementara untuk seksi konsumsi, saya nggak paham kok bisa-bisanya disepelekan? Padahal kan kita semua tahu, logika nggak bakal jalan kalau nggak ada logistik~
Nah, yang sering bikin sedih, meski kontribusi kedua seksi ini besar dalam keberlangsungan acara, keduanya jarang disebut-sebut. Bahkan lebih sering terlupakan. Jangankan berharap untuk disebut, untuk bisa tampil kece saat berlangsungnya acara saja, sepertinya menjadi harapan yang terlalu tinggi. Soalnya angkut-angkut berhasil bikin muka jadi kucel dan kumus-kumus.
Biasanya, orang-orang yang masuk dalam kasta keempat ini adalah orang-orang yang tidak terpilih dalam tiga kasta sebelumnya. Saking disepelekannya, seakan-akan tugas seksi konsumsi dan perlengkapan merupakan kemampuan sederhana yang bisa dilakukan oleh semua orang dan nggak memerlukan kemampuan yang spesial.
Untuk kasta kepanitiaan terakhir dalam sebuah kepanitiaan—tentu saja—jatuh pada seksi dana usaha dan sponsorship. Mengenai bagaimana kerja mereka dan kontribusinya bagi keberlangsungan acara supaya sesuai konsep seksi acara, memang tidak perlu dipertanyakan lagi. Mereka ini, bisa dikatakan sebagai tulang punggung atau lebih tepatnya sebagai: budak program kerja yang tertindas!!1111!!!
Pasalnya, mereka tidak hanya harus bekerja keras sejak jauh-jauh hari, namun jika dana usaha yang mereka lakukan ini mengalami kerugian, maka mereka jugalah yang harus menanggungnya sendiri. Sebaliknya, jika ada keuntungan, tentu saja itu untuk kemaslahatan umat.
Dikarenakan sangat jarang ada yang bersedia menjadi seksi dana usaha dan sponsorship—karena risiko besar yang bakal ditanggung tapi nggak bakal show off—biasanya ketua panitia bakal melobi-lobi terlebih dahulu orang yang ia percaya untuk berada dalam posisi ini. Pasalnya, posisi ini harus ditempati oleh sosok-sosok yang memiliki jiwa entrepreneur dan punya kemampuan lobi-lobi bisnis yang mumpuni. Meski mereka tertindas, namun apa kabar jika sebuah acara tidak menerima sokongan dana dari mereka?
Meski memunculkan kecemburuan, toh apapun tugas yang diampu—meski sulit show off—ini ada hikmahnya. Misalnya yang sudah terbiasa menjadi perlengkapan, bakal menjadi pribadi yang peka karena telah terlatih untuk memahami dan mempersiapkan apa yang dibutuhkan oleh orang lain. Sedangkan jika terbiasa menjadi seksi dana usaha dan sponsorhip, tentu semakin menguatkan jiwa wani perih-nya. Lha gimana, Je? Lha wong mereka ini sudah terlatih untuk ditolak.