MOJOK.CO – Iklan kampanye Gerindra pimpinan Prabowo yang menyindir Jokowi tentang lapangan pekerjaan justru blunder dan menyerang pihak mereka sendiri.
Tim kampanye Prabowo sepertinya ingin menggaet hati generasi muda dengan iklan kampanye terbarunya. Di dalam iklan kampanye Prabowo tersebut, diceritakan tentang seorang sarjana jurusan Arsitektur yang baru lulus dengan predikat magna cumlaude.
Iklan tersebut sebetulnya mengingatkan saya pada lagu Sarjana Muda-nya Iwan Fals. Tentang seorang lulusan sarjana yang telah lama berjibaku dengan ilmu pengetahuan, namun belum juga mendapatkan pekerjaan. Dengan mengandalkan ijazah sarjananya yang menunjukkan dirinya sungguh berprestasi di bidang akademik.
Di dalam video itu, sebagai seorang fresh graduate, dia berusaha untuk mendapatkan pekerjaan. Dengan dubbing, “kerja, kerja, kerja” yang digaungkan ketika si mas-mas ini sedang melamar pekerjaan sambil menunggu pengumuman. Sindiran ini di awal disampaikan dengan cukup semangat kemudian perlahan menjadi sebuah keputusasaan. Ya, cukup menyentil kubu lawan.
Melihat si mas-mas ini tidak segera bekerja, bapaknya pun mulai gelisah. Akhirnya, dia memutuskan untuk bekerja apa saja tanpa memilih jenis pekerjaannya. Dia bekerja sebagai driver online, menjaga di pintu masuk untuk menyambut pelanggan, valet parking, hingga fotografer. Namun, sayangnya di dalam video tersebut, dia tidak nyaman dengan pekerjaan tersebut.
Mungkin di dalam hati, mas-mas ini berkata, “Ini bukan passion aku!” Apalagi ditambah adegan, orang tuanya sedih melihat anaknya bekerja tidak sesuai dengan gelar sarjananya. Dan dalam kebimbangan tersebut ujug-ujug, bimsalabim! Muncul sebuah iklan—di dalam iklan—di televisi. Bahwa…
…kita butuh Prabowo-Sandiaga untuk membawa perubahan. Wow, sungguh sangat luar biasa? Eh, btw, memang perubahan yang kayak gimana, sih yang dimaksud? Sungguh ini sangat ngambang sekali, Saudara-saudara.
Nah, daripada kita bertanya-tanya dengan sesuatu yang direncanakan oleh Prabowo-Sandiaga ke depannya. Lebih baik, kita memahami perlahan, bahwa ada beberapa nalar yang ngawur dan blunder dari iklan Gerindra pimpinan Prabowo yang sebetulnya pengin nampak kekinian ini.
Pertama, kita akan memulainya dengan memahami terlebih dahulu, apa makna kata bekerja. Bekerja ini dari kata kerja yang artinya kegiatan melakukan sesuatu. Iya, melakukan sesuatu. Kemudian kata tersebut sering kali lebih dimaknai sebagai seuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah.
Lantas, apakah ada yang salah dengan pekerjaan yang si mas-mas ini lakukan? Lha wong, yang dia lakukan ini juga mencari nafkah. Halal lagi. Salahnya di mana? Apakah hanya karena pekerjaan itu nggak level dengan gelar yang dia sandang? Iya, gitu?
Kedua, saya agak menyesalkan, mengapa si mas-mas ini hanya fokus untuk mencari perkejaan dan ia merasa kecewa ketika tidak ada lowongan pekerjaan yang sesuai dengan passionnya atau dia tidak diterima di pekerjaan idamannya. Hadeh, ini pasti soft skill masnya waktu kuliah masih belum terasah deh. Ini kayaknya waktu kuliah terlalu fokus ngejar IP doang, deh. Jadi nggak mau ikutan kegiatan apapun, yang dapat menyeimbangkan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritualnya.
Kalau memang nggak ada lowongan yang cocok atau tidak berkesempatan untuk bekerja di kantor idaman, yaudah sih, bikin aja lapangan kerja sendiri. Yang kreatif sedikit dong, please~
Selain itu, iklan Gerindra pimpinan Prabowo ini justru menunjukkan kalau kita nggak masalah kalau cuma pengin males-malesan aja. Kita cukup melamar sebuah lowongan dan menunggu. Bukan menjemput kesempatan tersebut. Kalau kayak gini, effort-nya sebagai calon generasi penerus bangsa, sungguh perlu dipertanyakan. Iklan ini pun, justru…
…mendemotivasi generasi muda kita. Persepsi semacam, “Oh, kalau memang pengin dapat kerja itu, yang penting cukup ngelamar dan nunggu aja, itu wajar-wajar aja, ya? Berarti nggak apa-apa, kan? Jadi kalau kita nggak dapat kerja, itu salah pemerintah kan, ya?”
Ya, sak karepmu! Kamu mati karena laper tapi mager dan cuma pengin tiduran di kamar terus tiba-tiba makanan datang sendiri, juga salahnya pemerintah, kok!
Ketiga, iklan Gerindra ini juga membuat generasi muda kita jadi pilih-pilih pekerjaan. Saya sebetulnya agak sangsi dengan dugaan bahwa pengangguran kita jumlahnya banyak. Sepertinya, ini bukan karena lowongan kerja yang sedikit. Menurut saya, ini dikarenakan banyak anak muda yang terlalu pilih-pilih pekerjaan dan tidak mau mengambil kesempatan di depan mata. Ya, tidak mau. Bukan tidak mampu.
Seperti yang diceritakan dalam video tersebut. Apa salahnya seorang sarjana arsitektur yang lulus dengan magna cumlaude bekerja sebagai fotografer misalnya? Salahnya itu di mana, toh, Ya Tuhan~
Saya yang sarjana Psikologi juga nggak jadi psikolog, loh!11!1
Saya sebetulnya bingung memangnya apa sih, pekerjaan idaman si mas-mas di video tersebut? Kalau memang dia pengin menjadi seorang arsitek, dan nggak ada perusahaan yang mau menerimanya, yaudah sih, jadi arsitek lepas aja. Nggarap proyek kecil-kecilan dulu, buat nambah-nambah pengalaman dan kredibilitasnya sebagai seorang arsitek. Bisa, kan? magna cumlaude, loh masak ya kepikiran kayak gitu untuk bertahan hidup~
Keempat, sebentar, jangan-jangan si masnya ini pilih-pilih pekerjaan karena ingin kerja sebentar dan langsung mapan secara ekonomi terus bisa ngelamar Mbak Pacar? Iya? Hadeeh, yang kayak gini, nih, justru bikin mental-mental ‘baru kerja beberapa bulan udah bisa kaya raya’ yang harus dilenyapkan.
Lha gimana? Kalau terlalu pengin bisa cepat kaya raya dengan cara instan, alih-alih bekerja, malah memilih untuk menggandakan uang aja!
Tunggu dulu, apakah ini juga ada hubungannya dengan bisnis MLM yang terlalu sering menjanjikan, “kerja di rumah, hanya dalam beberapa bulan, bisa punya kapal pesiar?”
Kelima, sesungguhnya, iklan Prabowo ini justru menyakiti hati teman-teman kita yang kerjanya freelance. Ya gimana nggak, di iklan tersebut, seakan-akan orang yang bekerja freelance, meski telah bekerja namun tetap dianggap sebagai beban orang tua dan negara!
Aduh mama sayange, apa yang bikin iklan Gerindra ini nggak paham, ya. Kalau di zaman yang sudah sangat dipermudah dengan teknologi sekarang ini, justru lebih banyak kesempatan yang ada di depan mata untuk kita kerjakan dan dijadikan ladang rezeki.
Bekerja tidak lagi harus di kantor, loh. Tidak harus di sebuah pekerjaan besar dengan gengsi tinggi. Saat ini, kita sudah berkesempatan bisa memperoleh penghasilan tanpa harus pergi dari kamar kos-kosan. Kita nggak perlu mandi ataupun macet-macetan di jalan. Gimana? Enak toh?
Modalnya apa? Modalnya, jeli, kreatif, dan nggak gampang sambat.
Maaf, sekadar mengingatkan, fyi, siapa pun yang menjadi presiden kita, jika kita tidak menunjukkan usaha untuk berubah, ya sama aja. Udah, kalau situ memang males, ya males aja. Nggak usah sok cari-cari kesalahan orang lain~
Eits, maaf, no debat.