ADVERTISEMENT
Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Pojokan

Jadi Gini, Hidup Terasa Menyebalkan Bagi Night Owl, Soalnya…

Aprilia Kumala oleh Aprilia Kumala
2 Mei 2019
0
A A
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Nama saya Kumala dan sering diplesetkan jadi “Kumenanti Malam Larut”. Siapa sangka, sekarang saya jadi night owl beneran.

Semasa saya jauh lebih muda dari hari ini, saya mengikuti serial Lupus karya Hilman Hariwijaya yang kemudian diadaptasi ke layar kaca. Lagu soundtrack-nya yang terkenal kala itu—saya ingat betul—berbunyi: “Bangun, dong, Lupus! Ayo, bangun. Bangun, dong, Lupus! Pagi menjelang~”

Lirik lagu ini, saya rasa, bakal diamini oleh para ibu di seluruh Indonesia yang mengalami ujian kesabaran saat membangunkan anak-anaknya di pagi hari—termasuk ibu saya saat menggoyang-goyangkan badan saya demi kesadaran saya utuh dalam sekejap. Saat itu, saya nggak punya pilihan lain selain bangun dan mandi—tentu saja karena saya harus berangkat sekolah dan jemputan saya akan datang tepat pukul setengah tujuh pagi—tapi kali ini saya menemukan sebuah fakta baru.

Konon, kalau kita merasa malas stadium sejuta lima ratus untuk bangun dari kasur, kita bisa mengomel dan menyalahkan kebiasaan buruk kita tadi pada…

…genetik yang berada di tubuh kita!!!!1!!1!!!

Ada perbedaan antara “malas bangun” dan merasa bahwa pagi hari bukanlah waktu yang tepat untuk beraktivitas. Kalau saya pribadi, jujur saja, tidak begitu bahagia untuk memulai kegiatan di pagi hari sebagaimana orang normal pada umumnya.

Prinsip saya ini mengingatkan pada dua karakter manusia yang dilihat dari preferensi aktifnya sendiri—atau disebut dengan kronotipe—yaitu morning lark dan night owl.

Saya, sayangnya, adalah manusia yang masuk ke golongan night owl.

Nama belakang saya adalah Kumala dan ayah saya sering bercanda sambil menyebut bahwa Kumala merupakan singkatan dari “Kumenanti Malam Larut”. Tadinya saya menanggapi dengan ketawa-ketiwi ala anak SD, tapi belakangan ini, baik saya maupun ayah saya, sama-sama hampir naik pitam kalau mengungkit hal ini.

“Kamu kok begadang terus, ngapain, sih???” tanya ayah saya suatu hari waktu saya sedang menyelesaikan naskah yang harus naik di pagi hari.

Saya hanya memandanginya tak percaya dan berkata, “Lah, katanya namaku ‘Kumenanti Malam Larut’, ya jadi begadang terus, dong. Hehe.”

Saya sengaja pakai “Hehe” agar ayah saya nggak khawatir-khawatir amat dan kembali ke kamarnya untuk tidur. Tapi, yang biasanya terjadi adalah ceramah panjang soal kesehatan dan saya—terpaksa—pura-pura tidur, untuk kemudian bangun lagi pukul 2 dini hari dan menyelesaikan apa yang saya pikir harus diselesaikan.

Terlepas dari plesetan nama “Kumala” tadi, sebuah penelitian telah menemukan bahwa gen ternyata berperan penting dalam menentukan seseorang untuk menjadi morning lark atau night owl. Setidaknya, demikian disebutkan oleh Michael Weedon, seorang profesor di University of Exeter Medical School.

Data ini diambil dari 700 ribu orang dan menyimpulkan bahwa faktor genetik bisa jadi erat kaitannya dengan kebiasaan tidur dan bangun seseorang.

Tunggu sebentar—sebelum kamu bisa dengan kurang ajarnya bilang, “Aku itu susah bangun pagi gara-gara nurunin Ibu atau Ayah, nih!”, pahami satu risiko ini: kita-kita (hah, kita???) yang baru bisa tidur setelah melek berjam-jam sampai pagi cenderung memiliki potensi lebih besar terkena masalah kesehatan.

Sebuah penelitian dengan 38 orang volunteer dengan karakter acak telah dilakukan, baik pada morning lark maupun night owl. Semua peserta dikenai tes untuk mengukur level hormon tertentu dan diberi perlakuan scan otak saat sedang tidak mengerjakan tes apa pun. Hal ini ditujukan untuk mencari tahu kerja fungsi otak, termasuk perihal kesadaran, refleks tubuh, perhatian, dan memori.

Penelitian dan tes dilakukan dalam waktu berbeda dalam sehari, mulai dari pukul 8 pagi hingga 8 malam. Hasilnya?

Para morning lark mendapatkan hasil terbaik saat mengerjakan tes pagi hari jika dibandingkan dengan para night owl. Sebaliknya, tes yang dilaksanakan malam hari menunjukkan bahwa night owl memiliki hasil terbaik mereka, tapi hasil tersebut sama baiknya dengan apa yang dimiliki morning lark.

Nah, loh, dari sini sudah kelihatan betapa beratnya hidup pejuang tukang-melek-sampai-pagi, kan??? Udah mah mereka kalah di tes pagi hari, eh tes malamnya juga nggak lebih unggul—malah setara!!!!1!!!11!!!

Kalau dijelaskan secara ilmiah, konektivitas otak kita, para night owl, memang lebih rendah dan menghasilkan performa yang tidak lebih baik, reaksi yang lebih lambat, bahkan tingkat ngantuk yang kian bertumbuh.

Tu-tunggu sebentar—ini kenapa jelek-jelek semua, ya???

Tapi, yah, pada akhirnya, menjadi night owl bakal sedikit memusingkan kita kalau berada dalam jadwal kegiatan umum di pagi hari, misalnya pukul 9 pagi hingga pukul 5 sore. Waktu-waktu aktivitas ini jelas tidak sesuai dengan jam internal di tubuh kita yang merupakan pejuang night owl, Saudara-saudara.

Jadwal umum dari pagi hingga sore untuk bekerja memang wajar dan diterima di banyak lembaga. Namun, bagi manusia-manusia malam, hal ini justru bisa berdampak pada performa yang menurun di pagi hari dan kerja otak yang lebih rendah.

Beberapa ahli menyarankan betapa sebaiknya kita mulai bersikap fleksibel dalam mengatur waktu demi produktivitas yang maksimal dan risiko kesehatan minimal karena mereka curiga bahwa para night owl bakal mengalami banyak masalah kalau dituntut kerja secara optimal di waktu-waktu yang bukan “dia banget”.

Ah, tapi perlu diingat, tulisan ini bukan dibuat untuk mengirim ujaran kebencian pada peraturan yang kurang night-owl-friendly, kok. Soalnya—ingat—menjadi night owl ataupun morning lark adalah masalah yang muncul dari genetik kita sendiri, bukan urusan perusahaan, organisasi, atau lembaga manapun.

Mamam~

Terakhir diperbarui pada 12 Agustus 2021 oleh

Tags: begadangkronotipemanusia malammorning larknight owl
Iklan
Aprilia Kumala

Aprilia Kumala

Penulis lepas. Pemain tebak-tebakan. Tinggal di Cilegon, jiwa Banyumasan.

Artikel Terkait

Gen Begadang, Cap Pemalas, dan Omong Kosong Morning Person.MOJOK.CO
Ragam

Gen Begadang, Cap Pemalas, dan Omong Kosong Morning Person

3 Desember 2024
Uneg-uneg dari Saya yang Punya Teman Kos Suka Berisik di Malam Hari. MOJOK.CO
Kilas

Uneg-uneg dari Saya yang Punya Teman Kos Suka Berisik di Malam Hari

2 Juli 2023
Penjaskes

Kamu Insomnia atau Sulit Tidur? Ini 5 Cara Mengatasinya

26 Januari 2019
Manfaat Nonton Drama Korea Maraton dalam Semalam bagi Nusa, Bangsa, dan Rumah Tangga
Esai

Manfaat Nonton Drama Korea Maraton dalam Semalam bagi Nusa, Bangsa, dan Rumah Tangga

6 April 2018
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
magang, magang di instansi pemerintahan jogja.MOJOK.CO

Tidak Ada yang Lebih Baik di Antara Mahasiswa Organisatoris, Akademis, dan Aktivis

Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Upaya Merawat Candi Borobudur di Magelang agar Bisa Bertahan 2000 Tahun Lagi. MOJOK.CO

Upaya Merawat Candi Borobudur agar Bisa Bertahan 2000 Tahun Lagi

13 Mei 2025
Tongseng enthog Pak Badi Kudus, kuliner enak dari Kudus.

Tongseng Enthog Pak Badi Kudus, Kuliner Warisan Bapak untuk Anak yang Suka Touring

13 Mei 2025
Tova Veno: Kreator Asal Gunungkidul yang Lahir dari Kegagalan dan Konsistensi

Tova Veno: Kreator Asal Gunungkidul yang Lahir dari Kegagalan dan Konsistensi

13 Mei 2025
Merger Grab dan GoTo bisa sebabkan ledakan pengangguran MOJOK.CO

Ojol Jogja-Jateng Tolak Merger Grab dan GoTo karena Bisa Kurangi Pendapatan Driver dan Sebabkan Ledakan Pengangguran

13 Mei 2025
Hal-hal yang bisa dikerjakan lulusan S2 biar nggak nganggur dari lulusan S2 UGM MOJOK.CO

Hal-hal yang Bisa Dikerjakan Lulusan S2 jika Susah Cari Kerja, Turuti Gengsi hanya Bikin Nganggur

19 Mei 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.